I'm back again with my story. I'm sorry if its been 3months since the last time I continue this story. I've got lots of assignment to do. Yeah..
Dan aku punya ide untuk buat cerita baru. Jadi... mungkin aku akan mempersingkat cerita ini.
Maaf jika ada salah-salah kata ataupun lama updatenya.
Jangan lupa untuk vote dan comment terus.
Thankyou and enjoy the story ❤
***
Kylie's pov
Justin terus memaksaku untuk pulang pagi harinya. memang tidak secara kasar, tapi aku ga mau. aku sedang kesal dengan mereka ditambah Justin yang terus memaksaku pulang. ku putuskan untuk mengunci kamar Justin dari dalam saat ia keluar kamar. lebih baik aku sendiri disini daripada harus terus mendengar ocehannya.
"babe, buka pintunya.. kau harus pulang. orangtuamu mungkin sedang khawatir sekarang.. kumohon. ini untuk kebaikkanmu" ia mengetuk pintu kamar.
"aku gamau. mereka tidak pernah peduli dengan perasaanku" omelku merasa sudah sangat kesal.
"for god's sake Kylie, open the door!" kini ia mengetuk pintu kamarnya tidak sabaran di campur dengan emosi yang meluap, aku tau itu.
setelah sekian menit kami diam, ia mulai berbicara lagi. "please babe open the door. okay, aku takkan menyuruhmu pulang lagi" aku tersenyum tipis dan berjalan ke arah pintu memutar kunci dan membukanya.
"jadi kapan kau mau pulang? kau masih mempunyai orangtua yang menyayangimu" aku menaikkan kedua bahuku tidak tau. aku tau aku harus pulang dan minta maaf kepada mereka, hanya saja egoku masih terlalu tinggi.
ponselku berbunyi sejak semalam, aku tau Kendall menelefonku juga mengirimku belasan pesan singkat menyuruhku pulang. dan setelah berhenti selama beberapa jam, ponselku mulai berdering lagi tapi kali ini Justin langsung menerbutnya dari genggamanku tak ingin aku merejectnya lagi.
"Kylie, kau dimana? kenapa kau tidak mengangkat telefonku dan membalas pesan singkatku? aku sangat khawatir dengamu. orangtuamu juga. kalau kau tidak pulang malam ini, mereka akan menyuruh polisi unt-" pria itu sengaja me-loudspeaker kan agar aku dapat mendengar ocehan Kendall yang tidak terlalu penting bagiku.
"aku akan mengantarnya pulang" jawab Justin dingin memotong pembicaraan Kendall.
"hey, aku belum selesai bic-" Justin langsung memutuskan sambungan telefonnya.
"sahabatmu cerewet sekali. kau sudah dengar kan? orangtuamu meng-khawatir-kan-mu" ujarnya menekan kata terakhir.
aku mendesah panjang sambil memutar bola mataku kesal "terserah"
setelah melewati argumen-argumen yang tak ada hentinya, akhirnya aku menyerah dan pria itu mengantarku pulang walau sebenarnya aku tidak mau, belum mau. aku takut, aku tidak tau apa yang harus ku lakukan.
Justin bernyanyi sepanjang perjalanan membuatku berusaha untuk tenang. yes, his song, be alright, aku selalu menyukai lagu itu di tambah lagi kalau ia yang menyanyikan lagu itu.
perjalanan terasa sangat singkat saat aku sedang takut. jantungku berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Justin memelukku erat membuatku sedikit lebih tenang. saat aku ingin keluar dari mobil, ia menarik tanganku tegas dan mengecup bibirku kilas.
"aku akan coba bicara dengan mereka" aku menggeleng cepat karena aku takut kalau sesuatu akan terjadi padanya, aku tidak bisa membiarkan itu terjadi.
"please. believe me babe. let me do this for you" aku mendesah panjang dan mengangguk pasrah.
"I love you Kylie...so much" ia mengecup keningku lama sambil memelukku. sekarang aku semakin takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
bad boy
FanfikceKylie akhirnya bertemu dengan sahabat kecilnya lagi tidak mengetahui kalau semuanya telah berubah. gadis itu tidak mengetahui kalau sahabatnya, Justin merupakan seorang kriminal. dan diam-diam gadis itu ternyata menyimpan sebuah perasaan yang lebih...