Hi. Im back, guys. Im sorry if i took so long to upload another story. My old phone is gone with all of those stories ive made. But i finally got time to write another chapter. Ive been so busy with college and all the assignment.
Dont forget the vote and the comment. Hope you enjoy the story.
***
Kylie's Pov
Sudah sebulan lamanya aku tidak lagi bertemu dengan pria tersebut. Bagaimana kabarnya? Apa yang sedang ia lakukan sekarang? Apa ia kangen denganku? Entahlah. Aku sangat sangat merindukannya. Tidak. Aku rindu dengan pelukannya yang selalu membuatku nyaman bila aku sedang mempunyai masalah.
Di sekolah pun, kami tidak pernah bertemu satu sama lain lagi karena orangtuaku menyewa 2 bodyguard untuk mengikutiku kemanapun aku pergi dan aku sangat membenci itu.
***
Musim sudah berganti. Daun-daun kini berjatuhan meninggalkan rumah mereka. Aku sedang berjalan-jalan di koridor sekolah yang agak gelap menuju perpustakaan. Aku melihat sosok yang sangat ku rindukan, Justin. Pria itu terlihat kurus dan lesu.
Kedua ujung bibirku naik membentuk sebuah senyuman. Tak lama kemudian, ia yang tadinya menundukkan kepalanya melihat ke arahku. Mata hazel itu membuatku semakin merindukannya. Tapi tiba-tiba aku teringat sesuatu yang membuatku takut dan berpikir dua kali untuk menghampirinya.
*flashback*
Airmataku tak berhenti mengalir setibanya di rumah. Beribu pertanyaan di lempar oleh kedua orang tuaku tapi aku tak menjawab satu pun.
"Kalau kau masih mau melihatnya hidup, jauhin pria itu. Ia tak pantas untukmu. Dan ayah serius dengan perkataan ini. Jangan coba-coba untuk mendekatinya atau ia akan mati" ancam ayah mengunci pintu kamarku.
*flashback off*
"Kylie..." Justin berjalan cepat ke arahku tidak percaya dengan apa yang sedang di lihatnya. Aku masih mematung tidak tau mau berbuat apa. My heart ask me to come near him, but my mind dont let me do it.
"Tidak. Justin. Ku mohon jangan mendekat" ujarku dengan suara gemetaran. Ia melihatku bingung.
"Kau akan terluka kalau kau dekat-dekat denganku. Kumohon. Jangan dekati aku" airmata yang sedari tadi ku tahankan akhirnya jatuh juga. Dan pria itu. Pria itu berlari cepat dan memelukku erat seakan tidak ada hal yang terjadi.
"I miss you so much babe. Dan aku tidak perduli meski aku harus mati sekalipun. Because I'd rather die in your arms rather than not seeing you. It's killing me slowly. Beside, I'm a rule breaker, remember" he smirks. Kata-kata yang baru saja ia ucapkan membuat kupu-kupu berterbangan di perutku. Aku membenamkan kepalaku di dadanya menghirup aroma khas milik Justin. I miss him so much.. dan aku sudah tidak peduli lagi dengan orangtuaku dan bodyguard sialan itu.
Tiba-tiba bunyi bel masuk berbunyi. Pria itu masih memelukku erat seolah tak ingin membiarkanku jauh-jauh darinya. Ia melihatku dengan tatapan memohon. Aku tau maksud dia apa..
"Ayo lah Justin. Aku masih punya kelas. Kau juga. Orangtuaku akan memakanku hidup-hidup jika aku bolos sekolah." Jawabku. Sejujurnya, aku juga masih ingin bersamanya tapi aku tidak bisa.
Tak lama kemudian aku mendengar beberapa suara langkah kaki dari arah berlawanan. Tidak. Ini buruk sekali. Itu kedua bodyguardku. Mereka pasti sedang mencariku karena aku tak kunjung balik dari perpustakaan.
"Justin, aku harus pergi sekarang. I'll see ya later. Okay" ujarku langsung pergi tanpa menunggu balasannya karena aku tak mau mereka sampai melihat Justin.
***
Hari minggu..adalah hari yang paling membosankan dalam hidupku sejak aku di kurung oleh kedua orangtuaku. Bahkan sahabat terbaikku, Kendall tidak diperbolehkan datang lagi. Aku hampir gila akibat kelakuan kedua orangtuaku. Tapi kemudian aku terpikirkan untuk menelepon Justin agar ia bisa datang dan membawaku pergi, semoga saja...

KAMU SEDANG MEMBACA
bad boy
FanfictionKylie akhirnya bertemu dengan sahabat kecilnya lagi tidak mengetahui kalau semuanya telah berubah. gadis itu tidak mengetahui kalau sahabatnya, Justin merupakan seorang kriminal. dan diam-diam gadis itu ternyata menyimpan sebuah perasaan yang lebih...