part 14 : nightmare

885 36 0
                                        

"Justin..." tukas Kylie pelan terbangun dari mimpinya dan mendapati Justin tengah meneliti setiap lekuk wajahnya.

"mmm...." ia bergumam masih memainkan rambut lembut milik Kylie.

"kenapa tidak tidur?" tanya Kylie karena sedari tadi Justin terus memandanginya dan itu membuatnya risih.

"just go back to sleep babe" Justin mendaratkan sebuah kecupan lembut di kening Kylie membuat gadis tersenyum pelan dan menuruti kata-kata Justin karena ia memang sangat ngantuk.

pria itu masih memikirkan mimpinya yang sangat nyata itu. Justin sedang bernyanyi untuk Kylie karena permintaan gadis itu. tak lama kemudian, gadis itu lalu terlelap. selang beberapa menit kemudian, beberapa suara tembakan pistol mulai terdengar dari luar rumah. Justin yang penasaran itu berjalan menuju jendela dan melihat apa yang sedang terjadi. pria itu terkejut saat melihat Shaun tersenyum licik tapi Justin tidak menunjukkan mimik terkejutnya dan saat pria itu berbalik ke kasur, Kylie sudah tidak ada...

Justin memilih untuk tidak tidur dan menjaganya karena ia tidak mau mimpinya menjadi kenyataan.

perlahan, langit gelap mulai berubah menjadi terang. tentunya setelah mengikuti beberapa proses. sebuah sunrise indah berhasil menangkap perhatian Justin. ia menjepret foto pemandangan itu sambil tersenyum tipis berharap jika Kylie bisa melihatnya bersamanya tapi ia juga tidak boleh egois untuk membangunkannya karena gadis itu jauh lebih membutuhkan tidur.

sunset itu berhasil membuat hati dan pikiran Justin tenang. pria itu kemudian mengantuk dan tertidur di samping Kylie sambil memeluknya.

Kylie's pov

suara kicauan burung mulai terdengar menandakan kalau hari baru telah datang lagi. aku membuka mataku dan menguceknya pelan sambil menguap. ingin rasanya aku kembali balik ke dunia mimpi tapi itu tidak mungkin. Justin masih tertidur lelap sambil melingkarkan tangannya di perutku. aku tersenyum tipis, mengangkat lengan kekarnya pelan dan berjalan menuju kamar mandi untuk melakukan rutinitas pagiku seperti biasa.

aku mencari sebuah kaos Justin yang menurutku agak kecil dari tubuhnya karena aku tidak membawa baju sama sekali, bajuku ketinggalan di rumah Kendall. omong-omong soal Kendall, bagaimana keadaannya? aku baru menyadarinya kalau aku dan Justin meninggalkannya sendirian di party itu.

ku raih ponselku untuk menelefon Kendall tapi ponselku mati dan aku lupa mengecasnya semalam. selesai mandi dan berpakaian, aku turun ke bawah, membuatkan sarapan untuk semuanya mengingat aku lah satu-satunya wanita disini. ku lihat ada beberapa roti juga selai di atas meja makan. ku putuskan untuk membuat french toast.

beberapa saat kemudian, aku merasakan sepasang lengan kekar melingkar di pinggangku, memelukku dari belakang. aku tersenyum tipis.

"aku sangat khawatir denganmu ketika aku tau kamu tidak ada di sampingku. lain kali, kau harus memberitahuku kalau kau mau kemana-mana okay" bisik Justin pelan di leherku membuatku gugup. aku hanya bisa mengangguk pelan.

"kau buat apa? wangi. and you look so beautiful in my shirt" Justin semakin mengeratkan pelukannya.

"kamu tunggu saja di meja makan. sebentar lagi siap" ujarku sedikit risih karena Justin masih memelukku.

"baiklah babe" pria itu meninggalkan sebuah kecupan di leherku membuatku semakin gugup lalu pergi. dasar Justin.

setelah selesai, aku membawa 2 piring berisikan french toast dengan rasa yang berbeda ke meja makan. Justin tersenyum melihatku dan langsung melahap french toast buatanku. padahal aku yakin ia bahkan belum mencuci tangannya.

"ini sangat lezat babe. thankyou so much untuk sarapan terlezat yang pernah ada" ujarnya di sela-sela makannya dengan sisa makanan yang ada di bibirnya. aku mengangguk sambil tertawa pelan. tidak lama kemudian, Lautner dan Nash datang ke dapur melihat kami sedang makan, langsung mengambil french toast itu dan memakannya. Justin memberi mereka tatapan tajam tapi mereka tidak peduli.

"ini sangat enak Key..." ujar Nash sambil melahapnya dan duduk di sebelahku yang membuat Justin sedikit emosi.

sebenarnya, aku tidak hanya membuatkan sarapan untuk berdua tetapi untuk semuanya. hanya saja aku menggabungkannya di 2 piring besar agar lebih mudah ambilnya.

"thankyou buat sarapannya Kylie. ini sangat enak. kau boleh sering-sering datang dan membuatkan kami makanan lagi" ujar Lautner meneguk segelas susu yang ada di hadapannya.

"iya. Lautner benar. kau harus lebih sering datang kesini karena tidak ada wanita lain yang ada disini selain kamu yang bisa memasak seenak ini" Nash tersenyum tipis lalu bangkit dari meja makan bersama Lautner. Justin terlihat kesal dengan sikap kedua sahabatnya.

"kau itu milikku. dan cuma aku yang boleh merasakan masakanmu" ia memutar kedua bola matanya kesal lalu pergi. aku mendesah panjang mengumpulkan semua piring dan gelas lalu membawanya ke dapur untuk di bersihkan. setelah semuanya selesai, aku pergi ke kamar Justin. sifat pria itu cepat sekali berubah.

dan Kendall, ia sudah pulang semalam di antar Nash. kami sempat berbincang-bincang saat sarapan tadi. aku merasa lega jika Kendall bisa pulang dengan selamat.

"Justin..." tukasku pelan. ku lirik jam sejenak. ini sudah pukul 10 pagi dan aku harus segera pulang. ia tak menjawabku sama sekali. aku melangkahkan kakiku mendekatinya dan duduk di sampingnya. aku tidak tau apa salahku.

"Justin..." panggilku lagi, kini ia menoleh. bola matanya berubah menjadi coklat tua menandakan kalau ia sedang emosi dan kesal.

"sebenarnya kau itu milik siapa? harusnya kau tidak duduk di samping Nash tadi!" bentakknya. aku terkejut dan langsung terdiam. itu bahkan bukan salahku sama sekali.

"kau itu milikku, Kylie, kau tau itu?!" bentaknya lagi. airmataku sudah mengalir. kenapa aku sangat lemah di hadapan Justin? pria itu memelukku erat.

"m-maaf... aku cemburu melihat kalian berdua" ujar Justin akhirnya. aku masih diam dan menghapus airmataku kasar. ia mengelus punggungku membuatku tenang.

"a-aku mau pulang..." lirihku. pria itu mengangguk pelan dan membawaku pulang.

mobil Justin kini berhenti tepat di rumah Kendall, aku melihatnya bingung tapi kemudian aku mengerti. aku harus mengganti pakaianku kalau tidak kedua orangtuaku bisa marah besar nanti apalagi aku sedang memakai baju pria. that guy knows me so well.

setelah memencet bel berkali-kali, pintu akhirnya terbuka dan terlihat Kendall yang masih mengantuk. Justin mengikutiku masuk.

setelah selesai ganti baju, kami berjalan menuju pintu depan lagi untuk pamitan dengan Kendall. tapi aku menemukan sebuah surat di lantai rumahnya yang mungkin masuk melalui pintunya. aku mengambil surat itu dan memberikannya kepada Justin karena surat itu memang di tujukan kepada Justin. ini aneh, bagaimana mungkin seseorang mengirimkan sebuah surat untuk Justin di rumah Kendall? entahlah, aku bingung....

bad boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang