"apa yang kalian lakukan?"
Hyera langsung saja mendorong Jimin hingga ia jatuh kebawah.
"ya! aduh!" eluhnya memegang pantatnya yang terhantam lantai. Jimin bangun "Eomma! kubilang ketuk dulu jika ingin masuk!" omel Jimin
Hyera langsung merapikan rambut dan bajunya "anyeonghaseyo Eomma-nim" sapanya menunduk,
"aigo .. aku tidak tau jika kalian akan melakukan itu" balasnya santai mengangkat bahunya lalu berjalan kearah dapur
"Hyera-ya, kudengar kau bisa memasak. aku membawakanmu bahan-bahan makanan. cukup untuk seminggu ini" nyonya Park menaruh kantong-kantong besar berisi sayuran itu di dapur.
"ahh .. geumopsimida Eomma-nim" ucapnya lagi
"ah ya, Jimin kau jangan bermain kasar. dia masih gadis SMA. arra?!" tambahnya menunjuk Jimin
"ne ne arraseo. Eomma bisa pulang sekarang. anyeong" Jimin mendorong nyonya Park keluar
"ya! ya! beraninya kau mengusirku! dasar anak durhaka" omel nyonya Park tak terima.
"hati-hati dijalan eomma .. sarange" lanjutnya lalu langsung menutup pintu.
dia berbalik dan langsung menatap Hyera taham. Jimin berjalan kearahnya,
gadis itu balik menatap Jimin horor "mwo? mwonde?"
Jimin sampai didepan Hyera, "kau bisa masak?" ucapnya meremehkan
Hyera yang tadinya menatap Jimin horor berubah datar, "wae? kau tidak pernah melihat perempuan seperti ku memasak?"
"heol .. aku tidak percaya"
Hyera memutar kedua bola matanya lalu berjalan menuju dapur. dia menggeledah kantong-katong yang diberi nyonya Park. ini benar-benar cukup untuk seminggu kedepan
"mwohe?" Jimin muncul dibelakangnya,
gadis itu mengambil beberapa bahan dari kantong lalu menyucinya,
Hyera mengambil pisau dan talenan, menaruh bahan-bahan di situ lalu memotong-motongnya.
"kau benar-benar bisa memasak?"
gadis itu berdecak pelan"kau pikir gadis sekolah sepertiku hanya bisa bermain-main dan berbelanja?"
Jimin mengangkat bahunya "yah .. memang seperti itu biasanya"
Hyera tertawa pelan, ia berjalan menuju wastafel mencuci tangannya "aku tidak punya waktu untuk itu, lagi pula aku lebih menyukai dirumah bermain game dengan Ajumma dan pergi kerumah sakit"
"kau pasti tidak mempunyai teman disekolah,"
gadis itu diam, dia mengingat kejadian beberapa bulan lalu,
Hyera berjalan menuju kompor "tidak ada yang namanya teman didunia ini," balasnya menyajikan makanan itu dipiring lalu menaruhnya di meja makan
"makanlah" ucapnya menatap Jimin yang masih berdiri,
Jimin menatap Hyera dan makanan itu bergantian "kau yakin jika makanan itu tidak beracun bukan?"
Hyera tertawa "ya! jika aku ingin membunuhmu, lebih mudah memakai pisau dari pada bertele-tele memakai peracun"
Jimin berjalan menuju meja makan, duduk dihadapan Hyera "dasar psikopat" ucapnya lalu memakan makanan Hyera
gadis itu menopang dagunya, menatap makhluk didepannya yang sudah makan dengan lahap "bagaimana? apa ada makanan beracun seenak ini?" ucapnya tersenyum mengejek
Jimin mengangkat kepalanya, masih ada mie yang bergelantungan dimulutnya. "aku hanya lapar" balasnya lalu kembali makan
Hyera tertawa lagi, dia berdiri berjalan keruang tengah.
"ya Ajussi--"
"kubilang jangan memanggilku seperti itu!""woah .. kau menyukai lukisan-lukisan ternyata" ucap Hyera menatap lukisan-lukisan didinding apartement.
Jimin berhenti menyendok, pandangannya kosong. ia mengingat saat Yerin memberikan lukisan itu padanya
"Ajussi! kau mendengarkanku?" teriaknya menyadarkan lamunan Jimin
"eoh!"
"apa kau yang melukis ini?"
"eoh! itu mahal jika dijual" balasnya berbohong
Hyera berbalik mentap Jimin tak percaya "seolma .." (tidak mungkin)
"cepat mandi, kita akan kerumah eomma" ucap Jimin mengalihkan pembicaraan
"apa yang harus ku pakai?"
"apanya yang harus kau pakai?""aku tidak membawa baju apapun,"
Jimin mendesah panjang "pakai bajuku dulu! nanti kita kerumahmu mengambil baju"
Hyera menghampiri Jimin "mengambil baju? untuk apa?"
"tentu saja untuk menaruhnya disini,"
"maksudmu?"
"kau akan tinggal disini, molla-yo?" (tidak tau?)
Hyera membulatkan matanya "MWO?! tinggal disini?"
Jimin berdiri, berjalan menuju gadis itu. "apa yang kau pikirkan?"
Hyera refleks berjalan mundur saat Jimin terus melangkah kearahnya
"w-wae?! kenapa aku harus tinggal disini?" balasnya panik. "tentu saja kau harus tinggal disini, kita sudah menikah" Jimin menunjukkan tangannya yang berada cincin putih disana.
ia terus melangkah maju dan maju hingga Hyera tersandung kaki kursi disampingnya
tubuhnya sudah ingin jatuh sebelum ada tangan yang menarik pingganya, tubuhnya tertarik kedepan.
lengan berotot Jimin menahan pinggangnya, sekarang tubuh mereka menempel.
mereka bertatapan,
Jimin tersenyum
"selamat datang istri baruku .."
tbc,
KAMU SEDANG MEMBACA
Married You
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN | TERSEDIA DI GRAMEDIA] "kenapa aku harus menikah dengan Ajussi sepertinya?!"