Jimin terpatung, rahangnya terbuka melihat setumpukan kardus-kardus besar yang berada didepan pintu apartemennya
Hyera berjalan menuju pintu, melewati beberapa kardus yang menghalangi jalannya
dia terkekeh dalam hati melihat reaksi Jimin
'siapa suruh menyuruhku tinggal disini' batinnya dalam hati.
Hyera berbalik "berapa password nya?" tanya nya pada Jimin yang masih belum bereaksi
melihat reaksi yang belum berubah, Hyera memencet-mencet tombol asal agar pintu terbuka
Jimin mengeraskan rahangnya, dia berjalan menuju Hyera lalu membalik tubuhnya hingga mereka berhadapan
"singkirkan kardus-kardus mu!" ucapnya kesal.
Hyera mengangkat bahunya "aku akan tinggal disini, jadi barang-barang ku juga harus tinggal disini" jawabnya
Jimin menatapnya tajam, mungkin jika difilm-film telinga dan hidungnya sudah mengeluarkan asap
dia ingin kembali berteriak jika saja ia tidak ingat kalau gadis didepannya sangat keras kepala
Jimin menggeser tubuh Hyera dari tombol-tombol yang berada di samping pintunya lalu memencet password apartemennya dan masuk langsung menutup pintu sebelum Hyera menyadarinya.
Hyera melotot dengan pergerakan Jimin yang sangat tiba-tiba
dia menggedor-gedor pintu "YA AJUSSI GILA!! BUKA PINTUNYA ATAU AKAN KU DOBRAK!" teriaknya membahana
dari dalam Jimin terkekeh "coba saja jika kau bisa dobrak pintu besi itu" ucapnya monolog lalu masuk kedalam kamarnya.
mengabaikan gedoran pintunya yang semakin menjadi
Hyera memberhentikan gedorannya, percuma saja, Ajussi itu tetap tidak akan mau membukakannya
apa salahnya jika dia menaruh semua barangnya disini? lagi pula memang dia akan tinggal disini. apa salahnya jika ia menaruh semua barang-barangnya?
.
.Jimin keluar kamar mandi hanya dengar balutan handuk yang melilit pinggangnya
ia menatap pintu yang sudah tidak ada gedoran dan teriakan gadis itu.
kemana bocah itu pergi?
ia berjalan menuju layar kecil ditembok yang berada disisi pintu apartemennya
memencet tombol layar memperhatikan keadaan di depan apartemennya
Jimin melipat dahinya saat hanya melihat tumpukan kardus-kardus yang berada didepan pintu apartemennya.
tidak melihat sosok gadis itu dari tadi, ia akhirnya membukakan pintu,
namun belum setengah pintu itu terbuka, tiba-tiba dari arah luar ada yang mendorong pintu itu kencang sehingga mengenai wajahnya.
HyeraPOV
aku langsung meringis saat melihat Ajussi itu terdorong pintu yang aku dorong dengan kencang.
aku benar-benar tidak tau jika dia ada dibelakang pintu, tadinya memang aku sangat ingin mendorong paksa agar dia tidak menutup pintu lagi tapi ternyata dia berada dibelakang pintu
"YA! NEO--" dia menunjukku sambil menutup hidungnya
whatt the ff--
aku menutup mulutku saat menyadari dia hanya memakai handuk dipinggangnya,
astaga, lihat perut dan lengannya yang sangat terbentuk! dia benar-benar membentuk tubuhnya dengan sempurna!
glek
bagaimana bisa aku tidak menyadari jika badanya sangat-sangat bagus?! pantas saja dia kuat membopongku saat aku tertidur dikantornya.
"apa yang kau lihat?!" teriaknya lalu menutup badannya.
aku tersadar lalu kembali menatapnya, aku kembali menutup mulutku kaget saat melihat darah keluar dari hidung Ajusii itu.
dia menatapku bingung "apa yang kau lihat?!"
"Ajussi .. hidungmu--" ucapku menunjuk hidungku sendiri
dia menyentuh hidungnya lalu melihat tangannya sendiri. dia sedikit terkejut lalu kembali mengusap-usap hidungnya.
"jangan pakai tanganmu! jorok sekali!" ujarku sedikit berteriak lalu menarik tangannya menuju kamar mandi,
aku mengambil handuk kecil, membasuhnya dengan air hangat lalu mengusapkan pada hidungnya yang terus menerus mengeluarkan darah.
kenapa hidungnya tidak berhenti mengeluarkan darah? bagaimana jika darahnya habis? apa aku mendorong pintu itu terlalu kencang?
aku menekan hidungnya, "a-aw! ya! pelan-pelan!" racaunya melotot padaku
aku kembali menekannya dan dia kembali meringis.
aku menyudahi kegiatan meskipun masih ada bekas darah disitu. aku menyodorkan handuk itu padanya "lakukanlah sendiri! kau punya 2 tangan"
dia melipat dahinya "siro, kau yang menyebabkan ini" dia menunjuk hidungnya
sejak kapan Ajussi ini menjadi menyebalkan?
aku menatapnya jengkel, mulutku ingin terbuka protes namun aku menutupnya kembali. tidak tau harus berbicara apa
aku berjalan ingin keluar kamar mandi, namun dia menarikku kembali.
aku tidak tau jika lantai kamar mandi sangat licin, jadilah saat dia menarikku aku langsung masuk kedalam bathup kamar mandi yang hanya ada sedikit air dan
brukk
pantatku ..
Ajussi itu menatapku kaget, rahangnya terbuka lalu sedetik kemudian,
"BHUAHAHHAHHAAHAHHA" tawanya menggelegar
aku mengusap-usap pantatku, sialan.
aku ingin berdiri memukulnya namun aku kembali terpeleset karna masih ada busa sabun di bathup
akkhh—
punggungku ..
dia kembali tertawa, kali ini lebih kencang. dia tertawa sangat lama lalu menatapku iba sedikit terkekeh
aku menatapnya kesal, ingin berdiri namun punggung dan pantataku berasa nyeri.
dia kembali menapku, masih ada sedikit tawa dimulutnya lalu tanpa aba-aba Ajussi menggendongku ditangannya lalu keluar kamar mandi
ia berjalan keluar kamar mandi,
tiba-tiba pintu apartement terbuka, kami bertatapan sebentar lalu menatap pintu itu.
"Jimin-ahh .. kenapa ada kardus--" nyonya Park menatap kami lalu matanya membulat "OMMO--!!"
brukk
dia menjatuhkan tubuhku kelantai, tubuhku rasanya seperti retak lalu pecah
tbc,
POOR HYERA WKWKWKKW
KAMU SEDANG MEMBACA
Married You
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN | TERSEDIA DI GRAMEDIA] "kenapa aku harus menikah dengan Ajussi sepertinya?!"