Jimin terus menarik tangannya, gadis itu sedikit merintih karna Jimin mencengkram tanganya kencang.
"y-ya, Ajussi!" rintih Hyera lalu menarik tangannya membuat Jimin berhenti.
gadis itu mengusap-usap pergelangan tangannya yang tadi dicengkram oleh Jimin. "kau gila?" ucap Hyera sedikit lelah
"tidak bisa kah kita berbicara baik-baik? tidak usah seperti ini" lanjutnya pelan yang membuat amarah Jimin sedikit mereda,
apakah dirinya terlalu kasar padanya tadi?
"kenapa kau baru pulang selarut ini?" tanyanya dingin,
"aku pikir kau tidak akan pulang lagi malam ini"
"lalu jika tidak ada aku, kau akan bebas keluar malam dan tidak pulang seperti ini?"
"tidak seperti itu, aku hanya—"
Jimin maju satu langkah "sudah kubilang berkali-kali jika kau sekarang adalah tanggung jawabku!"
"aku tau itu! tapi—"
"dan bagaimana bisa aku membiarkanmu bersama laki-laki lain selarut ini tanpa suami mu sendiri tau!"
"kau bukan suami ku dan aku bukan—"
"aku suami mu dan kau istriku sekarang!"
"bagaimana bisa kau sebut aku istrimu sementara kita bahkan tidak saling mempunyai rasa?!"
Jimin terdiam, nafas mereka memburu satu sama lain.
gadis itu menatap Jimin, Jimin menatapnya. tatapan mereka terkunci.
Jimin kembali maju selangkah mendekati gadis itu "siapa bilang aku tidak mempunyai rasa apapun padamu?"
deg,
kemana arah pembicaraan ini?
"apa kau pikir selama ini aku baik-baik saja melihatmu dekat dengan Jungkook?"
jantung Hyera berdegup kencang, Ajussi ini pasti habis meminum alkohol.
"y-ya Ajussi—"
Jimin kembali maju, sekarang jarak mereka hanya sejengkal. nafas Hyera semakin memburu.
dia bisa mencium parfum Jimin dari jarak sedekat ini.
tidak ada yang bicara, hanya mata mereka yang saling beradu tatap. gadis itu tidak bisa mengalihkan pandangannya, Ajussi ini sudah mengunci matanya.
"Ajussi a-aku—"
belum sempat selesai berbicara, Jimin sudah menarik pinggangnya menempel pada tubuhnya yang berotot.
Hyera membelakkan matanya kaget, namun belum sempat kembali berperotes, Jimin sudah memajukan kepalanya dan menciumnya.
gadis itu mengedipkan matanya tidak percaya, tangannya berada di pundak Jimin. mencoba mendorongnya tapi tangan kiri Jimin menahan lehernya membuat ciumannya semakin dalam.
Hyera menutup matanya rapat, semakin ia memberontak semakin Jimin akan mendekapnya.
tubuhnya menjadi sangat kecil saat berada direngkuhan Jimin sekarang. ia lemas, Jimin mengambil semua tenaganya yang tersisa dengan ciuman ini.
Jimin memundurkan kepalanya perlahan, keningnya menempel pada dahi gadis itu.
mata Hyera masih tertutup rapat, Jimin masih mendekap tubuhnya. "buka matamu" ucap Jimin serak,
Hyera perlahan membuka matanya dan langsung bertemu dengan mata Jimin yang sangat dekat dengannya.
dahi mereka saling menempel,
"aku tidak ingin kau seperti ini lagi" ucapnya sedikit menekan.
"jika aku kembali melihatmu bersamanya dilarut malam seperti ini—" Jimin mengelus pipi gadis itu pelan "aku akan mengurungmu diranjangku"
seluruh tubuh Hyera merinding, ini pertama kalinya Ajussi terlihat sangat marah.
apakah ini bertanda Ajussi mencintainya? apa dia yang hanya kepedean?
Jimin kembali menciumnya, kali ini lebih dalam. entah kenapa tapi bibir gadis ini membuatnya ketagihan.
manis, lembut dan menggemaskan.
Hyera kewelahan, dia pasrah. mengikuti alur Jimin yang sangat agresif. tangannya beralih mengalungkan lengannya di leher Jimin.
Jimin tersenyum di tengah ciumannya,
.
.#HyeraPOV
aku bergulat, rasanya tidak nyaman. seperti ada yang menahan pinggangku.
perlahan mataku terbuka, berapa jam aku tidur? sebentar sekali.
saat aku membuka mata, hanya hitam didepanku. dimana aku sekarang? aku mencoba mengadah,
"astaga!" aku langsung menutup mulutku, kenapa Ajussi ini sangat dekat denganku?
aku mencoba menarik diriku perlahan agar dia tidak terbangun tapi pinggangku ditahan olehnya.
sedekat ini dengannya membuat jantungku tidak sehat, bahkan kita tidak mempunyai jarak sesenti pun.
aku mencoba melepaskan tangannya yang melilit pinggangku namun dia malah semakin mempererat tangannya.
sekarang aku seperti guling baginya,
aku menatap dadanya yang masih terbalut kemaja kerjanya, aku bahkan masih memakai seragam.
tiba-tiba daguku ditarik untuk mendongak, aku sedikit terkejut saat melihatnya sudah membuka mata dan menatapku intens.
aku menatap bibirnya, kejadian semalam benar-benar diluar dugaanku.
sekarang tanganku dipegang olehnya lalu ditaruh dilehernya. pipiku seketika memanas, mengingat kemarin malam.
"A-ajussi" ucapku terbata-bata
kulihat dia mengerutkan alisnya lalu tanpa aba-aba dia memutar tubuhnya menjadi diatasku dan langsung menciumku lagi.
aku terkejut bukan main, tanganku memukul dadanya namun dia malah menahan tanganku dengan satu tangannya di atas kepalaku.
satu tangannya menahan daguku.
saat aku mulai kehabisan nafas karna permainannya, dia menarik kepalanya tiba-tiba. membuat aku langsung mengambil nafas sebanyak-banyaknya.
kulihat Ajussi itu tersenyum seperti sedetik yang lalu tidak berbuat apapun.
"berhenti memanggilku Ajussi" ucapnya
aku menatapnya tidak percaya, "kau bisa memanggilku Oppa, karna aku lebih tua darimu. anak kecil"
"michesseo .. ?" aku langsung menutup mulutku, kata-kata itu keluar sendiri dari mulutku.
raut wajahnya seketika berubah, lalu tanpa aba-aba dia kembali menciumku. kali ini lebih dalam.
dia tidak memberiku celah untuk bernafas.
aku mengerutuki diriku sendiri. bodoh.
Ajussi itu kembali menarik kepalanya, dan aku langsung mengambil nafas lagi.
"jika kau tidak bisa memanggiku Oppa, panggil saja Jimin" ucapnya tanpa dosa, aku hanya diam. nafasku masih terengah karenanya.
Ajussi gila,
"jika aku mendengar kata itu lagi, aku tidak akan membiarkanmu bernafas selama 2 jam" lanjutnya lalu melepas tanganku dan beranjak berdiri.
aku langsung duduk disisi ranjang dan melemparnya dengan bantal.
dia hanya tertawa, lalu mengecup bibirku singkat.
tbc,

KAMU SEDANG MEMBACA
Married You
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN | TERSEDIA DI GRAMEDIA] "kenapa aku harus menikah dengan Ajussi sepertinya?!"