"Mas Nathan" mendengar ada yang memanggil namanya dengan spontan Nathan langsung menoleh kearah belakang dan tanpa dengan kening Elena terpntok ke dada bidang Nathan
"Aduh" Elena mengadah untuk melihat wajah Nathan
"Apa? Mau bilang saya tojang, tapi memang benar saya ini tinggi"
"Sebelum Mas ke kantor boleh aku salaman dulu sama Mas?" tanya Elena
"Kenapa ? Kan sekarang nggak ada orang tua kita"
"Jadi Mas nggak mau ? Oke nanti tinggal aku kasih tahu Mami terus Mami jadi sedih deh" ancam Elena
"Oke tapi jangan pernah kasih tahu sama Mami aku ataupun Papi aku" akhirnya Nathan memenuhi permintaan Elena.
Elena mengambil tangan kanan Nathan dan mencium punggung tangan Nathan.
"Assalamualaikum Mas Nathan, hati-hati di jalan ya" kata Elena dengan senyum termanisnya. Tapi Nathan langsung pergi tanpa sepatah kata pun.
***
"Gimana Nya ? Tuan sudah pergi ?" tanya Esi yang mulai membersihkan piring makan Nathan"Udah pergi. Ini biar aku saja yang bereskan semuanya bi"
"Nyonya kan mau sarapan dulu terus ke butik. Kalau Nyonya yang bereskan nanti bisa-bisa telat
"Aku perginya nanti aja sekitar jam setengah sembilan"
"Terus Nyonya mau ngapain ?" tanya Esi yang tidak mengerti
"Mau bereskan rumah dulu cuci piring, menyapu, ngepel, nyuci pakaian"
"Pakai baju serapi ini ?" tanya Esi yang masih belum mengerti
"Ya nggak lah bi, selesai aku sarapan baru diganti"
"Owh sekarang bibi ngerti Nya, supaya Tuan tahunya Nyonya sudah mau pergi ke butik dan rumah bibi yang bereskan padahal sebenarnya Nyonya yang melakukan semua ini" Elena tersenyum karena bibinya cepat mengerti.
'Nyonya-nyonya seharusnya Tuan bersyukur punya istri seperti Nyonya ini malah disia-siakan. Sayangnya Bibi nggak punya anak laki-laki, kalau ada bibi mau punya menantu seperti Nyonya' -batin Esi
KAMU SEDANG MEMBACA
ELENATHAN
Teen FictionElena seorang desaigner muda yang memiliki butik yang cukup terkenal, dijodohkan oleh orang tuanya dengan teman papanya. Dijodohkan dengan seorang CEO yang tampan dan mapan bak seorang pangeran yang bernama Nathan.