01

11K 1K 16
                                    

Dinding itu terus menampar punggung Jisoo yang tak bersalah. Dorongan demi dorongan yang dilakukan Yuta benar-benar telah berhasil membuat panas menjalari area punggungnya. Jisoo yakin jika punggungnya akan memar esok hari.

"Yuta lepaskan aku!"

Bagaikan angin lalu, lelaki bernama lengkap Nakamoto Yuta itu terus berusaha menggapai bibir Jisoo menggunakan bibirnya, kedua tangan kekarnya menahan bahu kecil milik Jisoo.

Jisoo tak bisa berbuat apapun, seluruh tenaganya sudah ia keluarkan untuk berdebat dengan Yuta semenjak 40 menit yang lalu.

"Yuta aku mohon!"

Jisoo terus meronta, tangannya yang mulai lemas terus memukuli dada Yuta agar lelaki itu menjauh darinya. Namun itu sama sekali tak membuat keadaan berubah.

Yuta tetap tak menghiraukan Jisoo, dia terus sibuk dengan aktivitasnya. Bahkan Yuta mulai berani beralih pada leher Jisoo, dan satu tangannya sibuk melepas kancing kemeja putih yang Jisoo kenakan.

Jisoo mulai menahan tangan Yuta, tapi tangan kekar itu telah berhasil membuka 2 kancing teratas miliknya.

"Ibu akan kecewa saat melihatmu!" Teriak Jisoo di iringi dengan isakannya yang mulai terdengar.

Bibir Yuta yang semula sibuk menghisap dan telah berhasil meninggalkan tanda kemerahan dileher gadis itu seketika menjadi kaku.

Tubuh gadis itu merosot kebawah, tangannya meremas kemeja bagian atas agar kulit dadanya tak nampak. Sedikit lega ia rasakan ketika ucapannya berhasil menghentikan Yuta sebelum dia melakukan hal diluar dugaan lagi.

Yuta mulai menjauhi Jisoo, kesadarannya mulai kembali walaupun tak seutuhnya. Alkohol masih sedikit mempengaruhi dirinya.

Mendengar kata ibu selalu membuatnya hancur, marah serta ingin menghancurkan apapun yang dapat ia jangkau.

Dan benar saja, Yuta melakukannya. Ditariknya kain penutup meja itu, dan sesuatu yang berada diatasnya melayang kemudian jatuh berkeping menghantam lantai.

Tak berhenti di sana, Yuta yang masih sempoyongan berjalan menuju meja makan rumahnya, gelas, piring dan alat makan lainnya pun tak kalah miris keadaannya.

"Yuta hentikan kau bisa terluka!"

Entah sejak kapan Jisoo sudah ada dibelakang Yuta, memeluk lelaki itu dari belakang dan menahannya agar Yuta tak lagi melakukan hal bodoh semacam ini.

"Semua ini salahmu! Semuanya!" Jerit Yuta yang kemudian melepaskan tangan yang melingkar diperutnya dengan kasar.

Diraihnya bahu Jisoo dan diremasnya bahu itu kasar. Lagi-lagi terasa begitu menyakitkan bagi Jisoo.

Gadis itu sebenarnya tidak mau menangis, tapi semua kenyataan ini benar-benar telah berhasil menamparnya hingga ia tak tahan untuk tak mengeluarkan air matanya.

"Maafkan aku, aku tidak tahu" Isak Jisoo menyadari penyesalan yang mulai ia rasakan.

Yuta benar-benar kecewa, rasanya ia ingin sekali membuat Jisoo merasakan penderitaan yang selama ini dia rasakan.

Namun isakan ini membuatnya lemah, isakan yang pernah dia dengar 5 tahun yang lalu. Isakan yang pernah membuatnya ingin berlari dan memeluknya, juga isakan yang telah berhasil membuat dirinya membenci Jisoo.

"Jadi setelah 5 tahun kau baru meminta maaf? Setelah ibuku tiada kau baru menemuiku haa?!"

Jisoo menggeleng cepat, itu tidak benar. Selama ini Jisoo selalu mencari keberadaan Yuta.

L I E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang