36

2.9K 520 42
                                    

Sinar matahari berhasil menembus tirai jendela kamar Taeyong, membuat tidurnya terganggu akibat cahaya yang menusuk matanya.

Taeyong mengeratkan tangannya dan memeluk pinggang ramping itu dengan posesif, menghirup rambut itu dalam hingga membuatnya kembali ke alam sadar. Harum rambut yang ia rasakan berbeda dengan harum lemon yang sering Taeyong rasakan akhir-akhir ini.

"Oh shit!" Taeyong mengumpat ketika menemukan Jennie diatas tempat tidurnya dengan keadaan full naked tak jauh dari dirinya.

Taeyong mengusap wajahnya kasar, dia pasti mabuk parah semalam hingga kepalanya terasa begitu berat dan tak mengingat apapun yang ia lakukan semalam.

"Kau sudah bangun?" Tanya Jennie yang mulai sadar dari alam tidurnya. Tentu dia tersenyum bahagia.

Taeyong tak segera menjawab, tatapannya penuh amarah. Dia meraih celana boxer yang tak jauh dari dirinya kemudian memakainya dibawah selimut. Tak lama setelah itu ia beranjak dan mendekati lemari pakaiannya, menarik t-shirt bersih dan segera mengenakannya.

"Kenakan pakaian mu dan keluarlah" lirih Taeyong memerintah Jennie. Kemudian Taeyong mendekat kearah lemari es dan mengambil air mineral serta obat pereda nyeri dari sana.

Jennie tertegun, hatinya yang semula berada di padang bunga kini serasa terlempar begitu saja di kebun kaktus. Jennie tak mau tinggal diam, ia kenakan bajunya kembali, kemudian memeluk Taeyong dari belakang. Terdengar decakan dari bibir Taeyong.

Taeyong kembali meletakkan botol minumnya, kemudian melepaskan tautan tangan Jennie dari perutnya. Ia tatap Jennie dengan tajam namun teduh. Begitupula Jennie menatap Taeyong dengan mata yang penuh permohonan. Kemudian kedua tangan Taeyong berada di kedua bahu Jennie.

"Hampir tiga tahun kita saling mengenal, aku mengetahui banyak tentang mu begitupun denganmu, benar?"

Pertanyaan lembut Taeyong ditanggapi anggukan lemah dari Jennie.

Perasaan Jennie berubah menjadi suatu perasaan waspada, pasalnya Taeyong tak pernah berbicara selembut ini lagi padanya semenjak kedekatan Taeyong dengan Kim Jisoo.

"Aku tak menuduhmu berbohong tentang Kim Jisoo yang menjadikanku bahan taruhannya. Tapi kau tahu sendiri jika aku bukanlah tipe orang yang akan mudah percaya dengan ucapan orang lain tanpa bukti"

"Tapi Taeyong aku bisa membuktikannya untukmu"

"Ya, suatu saat jika kau bisa membuktikannya maka buktikanlah. Aku pasti akan melihat bukti itu"

Jennie menundukkan kepalanya, entah mengapa ucapan Taeyong tak membuatnya puas.

"Jen" suara serak Taeyong berhasil membuat Jennie kembali mendongak kearahnya.

"Kau pernah melihatku jatuh cinta?"

Jennie menggeleng, selama dia mengenal Taeyong, tak sekalipun dirinya melihat Taeyong benar-benar mengencani seorang gadis, kecuali dia membawa jalang ke kamarnya.

Taeyong tersenyum simpul, entah mengapa ia bisa menanyakan hal sekonyol ini.

"Kau tengah jatuh cinta?" Tanya Jennie ragu. Suaranya tercekat tak siap mendengar jawaban Taeyong. Ya, dia menyalahkan dirinya sendiri karena menanyakan hal itu.

Taeyong kembali tersenyum, kedua tangannya masih setia bertahan dikedua bahu Jennie.

"Ya" jawabnya singkat.

"Siapa?" Jennie benar-benar ingin membungkam mulutnya yang tak bisa diajak bekerja sama.

"Kau pasti tahu walaupun aku tak menjawabnya"

L I E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang