07

4.2K 637 30
                                    

Osaka, 2012

Natal tahun ini mungkin akan menjadi natal paling buruk bagi anak laki-laki bernama Nakamoto Yuta.

Menjadi musim salju tak kalah buruk dengan hari natal nya.

Tidak ada pohon natal mewah seperti hari natal tahun-tahun sebelumnya.

Tidak ada hadiah yang dikirimkan Santa Claus kerumahnya, walaupun Yuta tahu jika selama ini hadiah itu dibeli sendiri oleh ayah dan ibunya. Dan mereka akan mengatakan bahwa hadiah itu dari Santa Claus.

Usia terburuk Yuta adalah di usia ke 12, saat dia baru saja menginjak tahun pertama sekolah menengah pertama. Bagaimana bagi Yuta terlalu sulit untuk mengerti tentang arti perpisahan.

"Yui, kau bisa mengemasi barangmu nak" bujuk Helen, gadis asal Turki yang dipercaya ayahnya untuk mengurus rumah.

Dia tak berhenti membujuk Nakamoto Yui - saudara tiri Nakamoto Yuta, anak dari ayahnya dari pernikahan sebelumnya, untuk segera mengemasi barangnya kemudian angkat kaki dari rumah ini.

Namun Yui tetap tak bergerak dari lantai marmer dingin dirumahnya. Dia terus menangis disamping ibu tirinya -Nakamoto Kahi yang sedang menatap kosong apapun itu didepannya.

"Okaa-san, aku tidak mau pergi, aku ingin disini bersama okaa-san" rengek Yui, hidung gadis kecil itu sudah memerah.

Selain karena dia sudah menangis terlalu lama, dia juga sangat kedinginan karena salju turun begitu tebal diluar sana.

Penghangat ruangan dirumah ini bahkan seperti tak berguna sama sekali.

Rasa-rasanya Yuta ingin sekali berlari kearah Yui dan memeluknya. Menenangkan saudara yang sangat dia sayangi agar tak menangis lagi.

Yuta juga ingin sekali membantu berdiri ibu dan Yui, mereka bisa sakit jika terus duduk di lantai marmer yang dingin.

Namun semua itu hanya angan-angan Yuta semata, egonya lebih tinggi sehingga tidak dapat melawan keinginan yang dia pendam.

Alasannya sungguh rumit bagi anak usia 12 tahun, yang dipikirkannya saat itu adalah kekejaman sang ayah.

Dan perasaan yang muncul pertama kali kala itu adalah kebencian, Yuta memutuskan akan membenci ayahnya, dia juga tidak bisa menahan untuk tidak membenci Yui, saudara tirinya.

Tangisan yang selama ini selalu membuat Yuta merasakan ingin melindungi Yui, kini berubah menjadi suara yang sangat dia benci hingga membuat telinganya berdengung.

Kilat kebencian bahkan sangat jelas terlihat dimata anak laki-laki itu. Yuta tetap tak bergerak, bahkan untuk menghampiri ibunya saja dia takut. Takut akan merasakan luka yang kini baru ibunya rasakan, takut melihat air mata ibunya yang mengalir tanpa henti.

"Okaa-san, aku mohon biarkan Yui ikut okaa-san" dengan terbatuk-batuk dan suara yang semakin tercekat, Yui terus memohon pada Kahi.

Akhirnya Kahi menoleh pada Yui setelah beberapa jam yang lalu dia terus mengabaikan Yui yang merengek sambil menarik-narik bajunya.

Dia menangkup wajah kecil Yui dengan kedua tangannya. Menyeka air mata Yui yang telah membasahi hampir diseluruh wajah manisnya.

Wajah putih Yui kini berubah menjadi merah. Rambutnya berantakan, tidak seperti biasanya yang mana rambut panjang Yui selalu rapi karena disisir oleh Kahi.

"Yui akan tetap bersama okaa-san" lalu Yui memeluk Kahi dengan erat. Kalimat itulah yang Yui tunggu sejak tadi.

Bagaimanapun Yui merasa beruntung mempunyai dua ibu yang sangat baik padanya, tidak dengan satu ayahnya yang mempunyai sifat temperamen.

L I E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang