39

3.2K 566 36
                                    

Taeyong tidak peduli jika setelah ini wajahnya akan cacat. Dan Taeyong tak peduli jika setelah ini ia akan masuk penjara. Bahkan Taeyong tak peduli jika Seung-hyun akan membawanya keluar dari Korea dan hidup di ujung dunia sekalipun.

Sebuah pukulan terakhir mendarat pada kaki besar Johnny yang berhasil membuat lelaki itu ambruk dengan posisi tengkurap. Dada bidangnya membentur lantai apartemen dengan kencang hingga mendorong darah Johnny untuk keluar dari mulutnya.

Taeyong ambruk setelah melepaskan genggamannya pada tongkat basseball berlumuran darah yang dia bawa dari rumah. Tubuhnya lemas serta kakinya bergetar, punggungnya bersandar pada kursi dibelakangnya.

"Pergilah ke neraka!" Desis Taeyong disela nafasnya yang terasa berat.

Johnny mendengarnya dengan jelas, ia meringis kesakitan menahan nyeri akibat pukulan Taeyong.

"Aku yang akan lebih dulu mengirimkan mu ke neraka" ucap Johnny setelah meludahkan darahnya.

"Betapa tak bergunanya selama ini kau menjadi teman"

Johnny tertawa, matanya tajam menatap Taeyong yang berada pada jangkauan penglihatannya.

Apa peduli Johnny ketika seorang gadis telah membutakannya?

"Rencanaku gagal, dan lagi-lagi kau lah yang menjadi pengacaunya!"

Taeyong berdecih. "Apa rencanamu selanjutnya? Kau juga ingin menabrak ku setelah Kim Jisoo?!"

Johnny tertawa kencang, namun tak lama setelah itu ia kembali terbatuk-batuk disertai darah akibat tawanya.

"Aku memang ingin kau pergi ke neraka, tapi bukan itu caraku. Siapapun itu, aku tak akan membiarkan ia hidup setelah menyakiti Kim Jennie"

Taeyong tak habis pikir alasan konyol itulah yang membuat Johnny melakukan hal sekeji itu. "Jennie benar-benar membutakanmu"

"Dan Kim Jisoo juga melakukannya pada mu" seringai Johnny muncul. "Jennie selalu menolakku hanya karena kau. Terlalu banyak yang aku lakukan untuk selalu menjaganya tapi kau!" Johnny menjeda kalimatnya. Ia sedikit sulit untuk menyaksikan ekspresi Taeyong dengan posisinya saat ini. Andai saja Taeyong merasakan apa yang dia rasakan, tapi sayangnya Taeyong tak pernah tahu, dan alasan Johnny melakukan semua ini karena ingin Taeyong merasakan apa yang dia alami.

"Dia selalu memilihmu dan selalu mengabaikan ku!"

"Dan kau tidak perlu harus mencelakai Kim Jisoo jika aku yang bersalah!"

Johnny lagi-lagi tertawa, ucapan Taeyong benar-benar seperti tengah menghiburnya.

"Aku melakukannya karena yakin, kau pasti akan lebih hancur ketika melihat nyawa Jisoo melayang dibanding dengan nyawamu sendiri"

"Diam kau brengsek!"

"Sayang sekali Yuta menyelamatkannya, dia begitu malang hidup di dunia. Tapi aku tak menyesal ketika pada akhirnya Yuta yang akan mati, karena dia juga termasuk orang yang membuat Jennie menderita"

"Kau sudah gila!" Teriak Taeyong mengayunkan salah satu kakinya kearah wajah Johnny namun tak berhasil menjangkaunya.

Johnny tertawa bak psikopat ketika melihat bagaimana usaha Taeyong yang ingin kembali menghabisi dirinya. Johnny tahu Taeyong tak akan sanggup mengingat kondisi lelaki itu tak jauh berbeda dengan dirinya. Lihat saja wajah Taeyong yang terlihat pucat dan berdarah dibeberapa titik. Kemampuan bela diri Johnny memang tak bisa dianggap remeh.

"Yuta menyukai Jisoo, menyukai sebagai gadis, bukan sebagai saudara"

"Aku akan menyumpal mulutmu!" Taeyong semakin memanas, tapi tetap saja ia tak berhasil untuk berdiri dan menghajar Johnny. Kakinya terlalu lemah untuk membuatnya berdiri.

L I E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang