04

4.9K 799 11
                                    

Kim Jisoo berjalan menuruni anak tangga dirumahnya pagi ini tanpa semangat. Terlihat seragam dan atribut sekolah lainnya telah rapi melekat di tubuhnya

Namun, terlihat ada yang berbeda dari Jisoo, matanya yang sembab akan membuat setiap orang yang ia temui dapat dengan mudah menilai keadaan dirinya.

"Duduk, ayah ingin bicara!"

Perintah sang ayah, Kim Donghae yang kini tengah duduk di meja makan.

Mau tidak mau Jisoo menghentikan langkahnya, mengurungkan niat awalnya yang ingin langsung pergi ke sekolah tanpa sarapan demi menghindari sang ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mau tidak mau Jisoo menghentikan langkahnya, mengurungkan niat awalnya yang ingin langsung pergi ke sekolah tanpa sarapan demi menghindari sang ayah.

Pertengkaran tadi malam tentu membuat Jisoo merasa kesal pada ayahnya.

Pertengkaran yang terjadi ketika Jisoo meminta penjelasan tentang mengapa sang ayah merahasiakan kenyataan bahwa ibu tirinya telah meninggal.

Sandara dan putranya, Guanlin juga marah besar pada Donghae sehingga membuat mereka berdua langsung kembali ke Beijing pada penerbangan pribadi.

Jisoo merupakan anak yang penurut, sekesal apapun yang dia rasakan dia akan selalu memendamnya sendiri.

Akhirnya Jisoo menuruti ayahnya untuk duduk pada bangku kosong dihadapannya.

Jisoo menunduk, menyembunyikan wajahnya. Dia tidak mau memandang wajah sang ayah.

"Kita akan pindah ke Amerika"

Ucap Donghae, sambil mengusap mulutnya dengan tissue setelah menyelesaikan sarapan paginya.

Jisoo sedikit mengangkat wajahnya agar dapat melihat mata sang ayah, berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya dipikirkan sang ayah.

"Aku tidak mau" tolak Jisoo dengan suara yang lirih, namun Donghae masih dapat mendengarnya.

Bagaimana bisa Jisoo pindah sekolah lagi, dia baru pindah ke Seoul 2 bulan yang lalu. Itu terlalu singkat jika untuk pindah. Walaupun Jisoo sudah beberapa kali pindah sekolah dikarenakan mengikuti pekerjaan sang ayah.

"Kau tau konsekuensinya kan Kim Jisoo?"

Kini wajah Jisoo telah tegak sempurna, matanya ia beranikan menatap sang ayah. Protes yang dilayangkannya tadi malam bahkan tak berarti apapun bagi ayahnya. Dan kini, masalah baru telah tercipta.

"Kalau begitu biarkan aku ikut ibu ke Beijing"

Rahang ayah Jisoo menegas, ini bukan pertama kalinya Jisoo meminta pindah ke Beijing mengikuti ibu kandungnya, Sandara.

Disisi lain Donghae merasakan sebuah perasaan sesal dihatinya. Dia merasa gagal menjadi seorang ayah, karena putri satu-satunya selalu meminta pindah ke Beijing, mengikuti mantan istrinya.

"Kau sudah tau jawaban ayah, maka aku tidak akan menanggapinya"

Donghae berdiri, ekspresinya yang datar selalu terlihat di wajah tampan itu, diambil tas kantornya yang telah dia siapkan di kursi, kemudian sedikit merapikan dasinya yang kusut.

L I E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang