08

4.2K 693 29
                                    

Jam istirahat kedua berbunyi pada pukul 12 siang, pas sekali dengan posisi matahari yang tepat diatas kepala. Membuat Nayeon mengeluh karena betapa lengket badannya akibat keringat yang mengucur deras dan membasahi tubuhnya.

"Kau akan terus disini dan membiarkan kulitku se eksotis milik Mrs. Hyorin?"

Pertanyaan Nayeon hanya mampu dibalas Jisoo dengan senyuman lebar tanpa merasa bersalah.

"Jisoo ayolah ini tidak ada gunanya"

Dan kali ini Nayeon benar-benar menyerah, dia tidak tahan dengan sinar matahari yang begitu menyengat siang ini. Pada akhirnya Nayeon memilih berlari untuk berteduh dibawah pohon rindang yang tak jauh dari lapangan basket.

Nayeon tak melihat tanda-tanda Jisoo akan mengikutinya. Malahan Jisoo semakin mempertajam penglihatannya demi mengamati sekelompok siswa laki-laki yang tengah bermain sepak bola.

"Kau bisa menunggunya disini Jisoo ya!"

Teriak Nayeon, namun Jisoo lagi-lagi tak mengindahkannya. Dia tetap berdiri dibalik tiang ring basket sambil mengamati lapangan sepakbola yang berjarak sekitar 10 meter dari posisinya. Badannya terus menempel pada tiang ring basket guna melakukan penyamaran agar keberadaannya tidak disadari oleh orang yang tengah ia amati.

Saat dirasa tubuhnya mulai lemas, akhirnya Jisoo menyerah juga, ia berjalan lunglai dan duduk dibawah pohon rindang di samping Nayeon.

Ia menghela nafasnya kasar dan menyandarkan tubuhnya pada pohon besar yang sangat berguna itu. Sesekali mengelap tetesan keringat didahinya.

"Apa kau berniat menemui Yuta di apartemennya?"

Tanya Nayeon sambil mengulurkan minuman isotonik yang dia bawa.

Nayeon adalah sahabat semasa kecil Kim Jisoo. Orangtua Nayeon sangat dekat dengan keluarga Jisoo.

Walaupun terpisah bertahun-tahun dikarenakan kepindahan Jisoo, mereka tak pernah lupa untuk menghubungi satu sama lain.

Nayeon jugalah seseorang yang sangat setia pada Jisoo, seseorang yang selalu mendengar keluh kesah Jisoo disaat hancurnya keluarganya.

Dan jangan lupakan, Jisoo pindah ke sekolah ini juga karena rekomendasi dari Nayeon.

"Kau tahu sendiri bagaimana keadaanku saat terakhir kali menemuinya di apartemen. Aku tidak mau mengambil resiko lagi"

Kepala Jisoo mulai pening sekarang, apa yang akan dia lakukan untuk mengetahui alasan ibunya meninggal?

Ya, satu-satunya yang Jisoo bisa hanyalah bertanya pada Yuta, walaupun dia sendiri tahu bahwa Yuta tidak akan semudah itu menceritakannya.

Dug...

Sebuah bola mamantul kearah Jisoo dan Nayeon yang tengah duduk disana. Kemudian mereka saling tatap.

Tidak lama setelah itu seseorang datang ingin mengambil bola itu.

"Lemparkan bolanya!"

Jisoo dan Nayeon tetap tak bergeming walaupun suara itu terus memerintah.

"Hey aku bilang lemparkan bolanya!"

Lelaki yang berjarak dua meter dari posisi Jisoo dan Nayeon itu mulai terlihat kesal. Lalu berjalan menghampiri kedua gadis itu.

"Dasar tuli"

Jisoo dan Nayeon dengan jelas mendengar gumaman yang meledek dari lelaki itu, ya -dia Nakamoto Yuta.

"Jangan!" lirih Jisoo menghentikan Nayeon dengan meraih tangannya agar Nayeon tak melampiaskan kekesalannya pada Yuta yang telah mengejeknya.

L I E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang