34

2.9K 508 34
                                    

Ini merupakan hari ke 2 Jisoo berada di Jepang bersama keluarganya. Hari ini pula tepat 6 tahun kematian Nakamoto Kahi, ibu tirinya.

Perjalanan cukup lama ditempuh menggunakan mobil, makam disini terletak di pegunungan tinggi Osaka.

Beberapa jam kemudian sampailah mereka di sebuah pemakaman. Sandara turun dengan karangan bunga yang sengaja ia rangkai sendiri dan Donghae dengan senang hati membantu mantan istrinya.

Ini merupakan kedua kalinya Yuta datang ke makam. Dia tak cukup beruntung untuk bisa sampai ke tempat ini setiap tahunnya. Bisa saja Yuta meminta uang kepada Donghae dan pergi ke tempat ini sendirian, namun Yuta sengaja tak melakukannya.

"Yuta" panggil Jisoo lirih karena lelaki itu terlihat tak segera bergegas.

Sandara, Donghae dan Guanlin sudah lebih dulu menaiki tangga menuju makam.

Yuta menutup matanya, berusaha menenangkan hatinya yang tiba-tiba kalut.

"Tiba-tiba aku merasa takut" ucap Yuta.

Disini Jisoo mencoba memahami Yuta, walaupun bukan hanya Yuta yang merasa takut. Entah mengapa Jisoo merasakan yang sama. Mungkin karena ini adalah pertama kalinya untuk Jisoo melihat ibunya dalam wujud yang berbeda. Ya, dadanya benar-benar terasa sakit.

"Coba aku lihat" Jisoo berdiri dihadapan Yuta. Menyentuh kedua bahu lelaki itu. Senyuman yang terlihat manis namun sendu dapat terlihat oleh Yuta.

"Ternyata kau sedikit berantakan" Jisoo mencoba terus tersenyum, tangannya sibuk merapikan dasi yang dipakai Yuta, kemudian beralih dengan lengan jasnya yang terlihat agak kusut.

Jisoo mundur satu langkah, memperhatikan penampilan Yuta dengan wajah yang ia buat seserius mungkin, kemudian kembali tersenyum. "Sekarang kau terlihat rapi dan sangat tampan. Apa yang kau takutkan lagi?"

Yuta berdecih mendengar ucapan Jisoo, namun ia membalas senyuman tulus Jisoo. Saudaranya itu selalu berusaha membuatnya tersenyum. Yuta menghargainya.

Yuta menarik nafas panjangnya, kemudian menghembuskannya perlahan. Ia rasa ia sudah siap.

"Ayo" Yuta mengulurkan tangannya pada Jisoo, dan Jisoo segera menggenggam tangan kokoh itu dan mulai menaiki tangga bersama.

Setelah sekitar lima menit berjalan menaiki tangga, Yuta dan Jisoo langsung dihadapkan dengan tatanan batu nisan. Donghae, Sandara dan Guanlin terlihat memanjatkan doa disalah satu batu nisan. Tak lupa karangan bunga yang Sandara bawa sudah ia letakkan disisi kanan batu nisan.

Jisoo menoleh pada Yuta, kemudian menuntun lelaki itu untuk mendekat. Donghae yang menyadarinya segera menyelesaikan doanya. Kemudian mundur beberapa langkah agar Yuta dapat menggantikan posisinya. Donghae menepuk bahu putranya pelan agar ia sedikit tenang. Ya, Donghae belum bisa untuk tak menyalahkan dirinya sendiri atas insiden kematian istri keduanya.

Terlihat Sandara mulai melangkah mundur, dan menuntun Jisoo yang berada tepat dibelakangnya untuk menggantikan posisinya.

Sekuat tenaga, Jisoo menahan air matanya agar tak turun. Kemudian memejamkan matanya untuk memanjatkan doa terbaik untuk ibunya di surga.

👑

Sebenarnya ingin sekali Taeyong membolos karena hari ini adalah hari Selasa. Hari dimana semua guru yang Taeyong cap sebagai musuh menjadi guru mata pelajarannya hari ini. Namun mengingat kasus nya dengan Jackson yang baru kemarin terjadi membuat Taeyong menahannya.

"Haruskah kita menghajar Jackson untukmu?" Tanya Bobby di sela jam istirahat, mereka tengah berkumpul di sabana belakang sekolah.

L I E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang