06

4.4K 683 36
                                    

Yuta membuka pintu apartemennya , kemudian berniat akan menutupnya kembali saat Yuta mengetahui siapa orang yang memencet bell. Dan rencana awalnya gagal, ketika pintu itu ditahan menggunakan kaki oleh orang di balik pintu itu. Yuta berdecak kesal.

"Ayah ingin bicara"

Mau tidak mau akhirnya Yuta membuka pintu apartemennya lebar-lebar, namun tak mempersilakan orang yang mengaku sebagai ayahnya itu masuk.

"Bicaralah!" Ucap Yuta malas.

"Cobalah untuk memaafkan"

Yuta memandang benci sosok paruh baya yang masih terlihat sangat tampan di usianya yang sudah tidak muda lagi. Kemudian tertawa singkat, mengejek, seolah apa yang dikatakannya ini adalah sebuah lelucon.

"Mencoba? Kau menyuruhku untuk mencoba?" Yuta kembali tertawa, kali ini lebih kencang.

"Aku tidak menyuruhmu untuk melupakan masa lalu, tapi aku sangat ingin kau membuka lembaran baru didalam hidupmu"

Ucap pria baruh baya itu datar, Kim Donghae. Dia memang memiliki tingkat emosional yang tinggi, namun semenjak kesadarannya sebagai seorang ayah pulih, dia berusaha membuang sifat buruk itu jauh-jauh.

Baginya hanya untuk menerapkan kata sabar memerlukan tenaga ekstra, karena selama ini dia tidak pernah mengenal apa sikap sabar itu.

Dan sekarang, Donghae telah mempelajari kalimat itu hingga kini rasanya dia menjalani kehidupan barunya.

Donghae yang hobi marah, acuh, mempermainkan semua orang, kini berbanding terbalik.

"Jangan membenci Kim Jisoo seperti kau membenciku"

Lagi-lagi kalimat yang diucapkan Donghae membuat Yuta semakin kesal, ia mengepalkan kedua tangannya. Sangat memuakkan.

"Aku bersikap seperti ini karena telah belajar darimu" ucap Yuta dengan menekankan kalimatnya.

"Aku tau kau pandai Yuta, sekali lagi aku hanya mengingatkannya, jangan membenci Kim Jisoo, sampai kapanpun kalian tetap bersaudara"

Donghae berbalik, bersiap melangkah menjauhi anak tirinya. Namun di detik berikutnya ia kembali berbalik kearah putranya.

"Dan sampai kapanpun, aku tetap ayahmu"

Ucap Donghae, kali ini dia benar-benar pergi menjauh.

Yuta menatap punggung tegak berbalut setelan jas mahal itu. Kemudian memukulkan sebelah tangannya kearah pintu.

"Brengsek!"

Makinya pada pintu yang tak bersalah itu.

"Jadi kau dan Kim Jisoo adalah saudara?"

Yuta berbalik kearah sumber suara, sadar diapartemennya bukan hanya ada dirinya.

Kemudian Yuta membanting pintu apartemennya, berjalan kearah sofa didepan televisi kemudian berbaring disana. Meletakkan lengannya untuk menutup kedua mata sipitnya.

"Kau bilang kau anak yatim-piatu?"

Johnny mulai bertanya lagi ketika Yuta tak segera menjawab pertanyaan pertamanya. Lalu duduk di sofa kosong disamping Yuta.

"Jangan katakan pada siapapun jika kau sudah mendengar semuanya!"

Jawab Yuta masih dengan menutup matanya dengan lengan. Nafasnya semakin cepat menandakan dia benar-benar emosi.

"Kau bisa percaya padaku" ucap Johnny yang melihat Yuta nampak sangat tertekan.

"Jadi kalian bukan saudara kandung?" Johnny mulai bertanya lagi, rasa penasarannya tak mampu membuatnya untuk tetap diam.

L I E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang