°•¤ Re:XXX • Chapter 8 ¤•°

4.8K 183 2
                                    

"Adaaammmmm!!!!"

Sesaat sebelum Adam jatuh pingsan, ia bisa mendengar suara Amar dan Joshua yang berteriak memanggil namanya.

Ia pun bisa mendengar jelas suara Joshua yang panik saat Joshua menggendong diatas punggungnya.

Meskipun mata dan tubuhnya terasa berat, tapi otaknya langsung bekerja mengingat sesuatu yang baginya seperti Déja Vu saat telinganya menangkap suara Joshua yang tadi meneriakan namanya.

'Mimpi itu...!'

Sayangnya Adam merasa tubuhnya terlalu lelah untuk bersuara, maupun bergerak.

Bagi Adam, kejadian tempo hari adalah mimpi. Sedangkan yang sebenarnya terjadi adalah Adam kembali terlempar ke masa depan. Dimana raganya yang sudah berusia 32 tahun saja yang tertinggal di waktu yang tepat.

Adam mengira kejadian itu hanya sekedar mimpi. Karena beberapa benda penting yang dimilikinya di masa depan, terbawa bersama dirinya ke masa lalu.

Begitupun saat Amar dan Joshua berbicara dengan suara tenang di sampingnya. Meskipun Adam mendengar dengan jelas, tubuhnya menolak untuk bereaksi. Mata dan seluruh tubuhnya terlalu berat untuk ia gerakan. Hanya telinganya saja yang menangkap kalimat demi kalimat. Hingga akhirnya Adam menduga, Amar dan Joshua hanya duduk diam. Menunggu dirinya untuk segera bangun.

Disaat itulah, semuanya terasa menjauh. Dan Adam benar-benar terlelap.

°=°=°=°=°=°=°=°=°=°=°=°

Saat terbangun, Adam melangkahkan kakinya menuju aula. Suasana di sekolah masih ramai. Padahal sekarang sudah jam istirahat kedua. Dimana para Guru memberikan kebebasan kepada seluruh murid untuk mempersiapkan segala kebutuhan Festival. Karena Festival sekolah akan diadakan hari Sabtu nanti, sedangkan sekarang sudah hari Senin.

Mengenai Adam yang pingsan saat sedang berada di ruang OSIS bersama dengan Amar dan Joshua, Ibu Siska meminta semua murid tidak memusingkan hal tersebut.

Bukan karena beliau tidak punya hati. Melainkan karena beliau tidak ingin terjadi kepanikan dan stress kepada murid yang lain.

Bu Siska hanya menghimbau, kalau Adam hanya kelelahan. "Dia pemimpin kalian. Jangan tunjukan wajah lelah kalian. Karena di dalam hatinya, Adam pasti juga mengkhawatirkan kondisi kalian. Bukan begitu, Amar?"

Amar hanya tersenyum dan mengangguk.

"Saya baik-baik saja Bu. Tadi cuma kelelahan" Adam yang mendengar himbauan Bu Siska pada seluruh murid di dalam aula, melangkahkan kakinya masuk ke dalam aula. "Terima kasih atas perhatiannya, Bu"

"Elu beneran gak papa kan Dam?"
"Laper gak Dam?"
"Adam aus kali. Minum dulu Dam"
"Dam, elu duduk sini aja. Elu baik-baik aja kan?"
"Elu santai aja Dam. Kerjaan gue udah rampung"
"Bener Dam! Stan gue udah beres kok"
"Iye Dam. Kerjaan gue udah beres juga"
"Kalo udah beres, bantuin gue dong cuy"

"Woy woy! Kalo ngomong satu-satu. Jangan kayak anak ayam berebutan makan!" Adam meninggikan suaranya dan dilanjut mengetuk microphone yang berada di dekatnya. Karena Adam duduk dekat dengan panggung saat ini.

"Woy Dam! Adek lu bilang kalo elu bisa main gitar. Beneran tuh?"

Semua mata kini beralih ke arah Kemal yang sedang berdiri di sebelah Mike. Adam bisa melihat Mike yang menutup mukanya dengan sebuah kertas saat Adam menatapnya.

"Nyanyi Dam!" teriak Bruno, yang juga berdiri disamping Mike.

"Nyanyi! Nyanyi! Nyanyi!"
Seperti beo yang latah, sekarang semua murid meminta Adam untuk bernyanyi.

"Elo nyuruh gue nyanyi... atau main gitar?" Adam manyun dan menatap teman-temannya satu persatu.

"Kalo bisa keduanya, kenapa harus milih satu, Dam?" Sekarang gantian Bu Siska yang mengompori.

°•¤ Re:XXX ¤•° [1st Seasons]Where stories live. Discover now