°•¤ Re:XXX • Chapter 79 ¤•°

1.5K 136 15
                                    


Bermula dari pertanyaan dan kecemasannya saat melihat pipi Chiko yang merah, Abrar segera mengambil es batu untuk dikompres pada pipi Chiko. Tapi betapa terkejutnya Abrar, saat Chiko yang biasanya terlihat sabar itu, malah meraih es batu yang sudah terbungkus kain dan melemparkannya ke wajah Abrar.

"Gue minta maaf... sekiranya gue ada salah ama elu. Tapi minimal, elu jelasin ke gue, apa kesalahan gue." Abrar bertanya usai menghela nafas panjang. Ia merasa sakit. Bukan pada wajahnya yang terhantam butiran es batu yang dilempar ke wajahnya. Tapi hatinya terasa seperti di cubit.

"Bukan salah lu, Bang." Huda menyahut sambil membantu Abrar memunguti butiran es batu yang tercecer di lantai kamar. "Chiko... Ini masalah kita. Jangan elu limpahin ke Bang Abrar."

"Dia juga salah! Udah lancang ngejamah elu!"

Abrar terbengong-bengong melihat Chiko yang membentak Huda tapi telunjuknya menunjuk kearahnya. Tapi jari itu pun lalu menunjuk ke wajah Huda.

"Sorry, Bang. Chiko cemburu karena tempo hari dia ngeliat kita di kamar mandi."

"... maksudnya?" Abrar bertanya. Wajahnya menunjukan ekspresi kalau ia tidak memahami maksud ucapan Huda. Ia lalu menoleh kearah Chiko. Menuntut penjelasan yang lebih rinci.

"Sebenernya gue ama Chiko deket, Bang. Awalnya kedekatan antara gue dan Chiko sekedar fuck buddy. Tapi dia selalu cemburu kalo ngeliat gue deket ama orang. Puncaknya, dia cemburu waktu ngeliat kita di kamar mandi."

"... ..." Abrar memicingkan matanya. Menatap Huda dan Chiko bergantian.

"Gue yang salah. Karena gue minta Chiko mutusin ceweknya. Karena apa?" Huda beralih menatap Chiko. "Karena kalo elu pengen gue jadi milik lu seutuhnya, harusnya elu juga punya kesadaran, gue ogah elu jadiin pelampiasan birahi lu doang, Chiko!! Elu pikir pantat gue ini apaan? WC umum tempat elu buang hajat?!"

"Paling gak, gue bukan homo murahan macam dia! Yang selalu gatel tiap liat kontol!! Gak jauh beda ama mantannya yang banci itu!!" Chiko membalas.

Kini Abrar benar-benar terbengong-bengong. Dia memang pernah ribut besar dengan Celine yang membuatnya diusir seiring dengan berakhirnya hubungan mereka yang hanya berlandaskan nafsu dan materi.

Abrar tersenyum getir. Usai memungut semua butiran es di lantai. Ia membuang es batu tersebut ke wash basin pada kitchen sink di lemari kabinet. Tanpa balas menatap Chiko dan Huda yang memperhatikannya, Abrar masuk ke dalam closet room.

Selang beberapa menit kemudian, baik Huda maupun Chiko, melihat Abrar keluar membawa sebuah besar tas yang berisi semua pakaiannya.

"Gue minta maaf." Abrar berujar sambil tersenyum. Tapi Chiko dan Huda bisa melihat mata dan ujung hidung Abrar yang merah. "Maaf... udah ganggu... bahkan menjamah... pacar lu, Chiko."

"Tapi itu karena elu gak tau, Bang Abrar..." Huda mencoba menahan Abrar yang sedang mengenakan sepatunya di dekat pintu.

Abrar hanya tersenyum. Paling tidak, ia mencoba untuk tetap tersenyum. Sementara baik Huda dan Chiko, bisa melihat kedua mata Abrar yang sudah berkaca-kaca sebelum ia memalingkan wajahnya.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Abrar melangkah keluar dari kamar. Ia juga tidak menoleh lagi.

"Elu keterlaluan, Chiko!! Bang Abrar itu gak tau apa-apa!!"

"Gue udah turutin kemauan lu! Sekarang elu malah belain dia?!"

"Gue gak belain dia!! Tapi yang elu dan gue lakuin ke Bang Abrar itu salah!!! Pakek otak lu buat mikir!! Jangan cuma kontol lu doang di gedein!!!" Huda balas membentak Chiko. Lalu dengan terburu-buru, ia berlari keluar. Mencoba menyusul Abrar.

°•¤ Re:XXX ¤•° [1st Seasons]Where stories live. Discover now