°•¤ Re:XXX • Chapter 64 ¤•°

2.1K 139 23
                                    


°I... hate you...°

"But, I-..."

°Love me?°, dengan dingin ia menyela. °... Right?° ucapnya melanjutkan. Dari ekspresi wajahnya, ia tampak ragu.

Kucoba mengangkat tanganku sendiri. Aku ingin sekali menyeka air mata yang membasahi pipinya.

Ahhh... Bahkan dalam keadaan menangis pun, ekspresi wajahnya tak berubah. Tapi aku tau, ia berusaha untuk terlihat kuat.

Ya. Aku tau ia memang kuat. Tapi saat ini, ia sedang goyah. Dan penyebab dari kegoyahan yang ia rasakan saat ini, adalah karena diriku.

Selanjutnya, meskipun aku tidak berucap apapun, bagian dari tubuhnya melingkar di pergelangan tanganku. Membantuku agar aku bisa menyentuh wajahnya.

Aku tersenyum saat telapak tanganku menyentuh permukaan kulitnya. Tidak hanya ekspresi dan suaranya yang dingin. Tapi permukaan kulitnya terasa sedingin salju. Begitupun dengan sulur-sulur hitam di pergelangan tanganku, yang merupakan bagian tubuhnya juga.

"Please... Don't cry..." Bahkan untuk berucap seperti itu pun, kini terasa sulit. "... I... real...ly want... to see... your smile..."

Tapi usai mendengar kalimat yang susah payah terucap, yang kulihat bukanlah senyuman. Untuk pertama kali, sejak mengenalnya selama beberapa tahun... aku melihat ekspresi wajahnya berubah.

Kini tak hanya matanya saja yang menunjukan kesedihan. Tetapi wajahnya juga. Ahhh... Aku menyesal. Menyesal sudah melakukan kebodohan ini. Aku hanya ingin melihatnya tersenyum. Bukan melihatnya sedih seperti yang kulihat sekarang.

°Please... don't go... don't leave me...°

Ahhh... Aku benar-benar menyesal. Harusnya aku melihatnya tersenyum. Harusnya aku membuatnya bahagia. Bukan membuatnya sedih dan melukai perasaannya.

Perasaan... Aku baru tau, kalau dia ternyata-

°I love you, Joseph... Really love you...°

...dia memang memiliki perasaan. Perasaan yang sama, seperti yang lama ku simpan sendiri. Selama ini, apa yang kulihat, bukanlah ekspresi wajah sebenarnya.

"Oh boy...!! You are... ugh!! so... handsome, Damian!!" ucapku. Berusaha terdengar gemas. "So nice... Always trying to protect me. But, I..."

Ah! Sial! Andai aku punya sedikit saja waktu....

Damian... Maafkan aku...

°^°^°^°^°^°^°^°^°^°^°^°^°^°^°^°^°

Joshua terkesiap. Selama beberapa detik, ia hanya mengerjapkan matanya masih sambil mendekap erat Adam. Sampai kemudian tangannya meraih bahu Adam dan mendorongnya dengan cepat. Ia terkejut saat melihat wajah Adam.

"Dam... T-ta-tadi itu... apa?"

Adam hanya terdiam. Bagian putih pada bola matanya kini berwarna hitam pekat. Sementara pada bagian iris-nya berwarna putih polos. Sedangkan dari pupilnya yang berbentuk elips, kini mengeluarkan cahaya kemerahan, yang perlahan-lahan padam.

Karena ia terbiasa melihat Adam melakukan eksperimen dengan mengubah wujudnya menjadi tokoh-tokoh fantasi. Baik itu dari film maupun dari buku. Joshua sudah tak terkejut lagi kalau hanya melihat Adam mentransformasi sedikit bagian tubuhnya. Contohnya saja, saat melihat mata Adam tersebut.

Joshua melihat mata Adam berkedip beberapa kali, dan saat pandangan matanya terlihat hidup. Tidak terlihat mati dan menyeramkan seperti sebelumnya, Adam memberikan ekspresi wajah terluka.

Sama seperti pria berwajah Adam tetapi ia panggil dengan nama Damian. Yang menangis usai mengutarakan perasaannya.

"Tadi... adalah perpisahan kita... Lima abad yang lalu..." Adam mulai berucap. "Itu adalah, perpisahan kita untuk kesekian kalinya sejak kita pertama bertemu... tiga ribu tahun sebelum masehi..."

°•¤ Re:XXX ¤•° [1st Seasons]Where stories live. Discover now