°•¤ Re:XXX • Chapter 28 ¤•°

2.5K 146 19
                                    

Husein baru saja merapikan PlayStation yang ia mainkan sendiri sehabis belajar. Tadinya ia bermain berdua dengan Sean. Tapi setelah Sean pergi menyusul Om Wisnu ke suatu tempat, Husein mau tak mau merasa kesepian juga.

Saat ia memutuskan untuk membuat susu panas seperti yang biasa Sean buatkan padanya, agar membuatnya mengantuk dan tidur lebih cepat, mendadak saja pintu depan terbuka dan Sean datang dengan wajah yang...

"Sean...? Elu kenapa?"

Sean membalas tatapan cemas di wajah Husein hanya dengan mengerjapkan matanya sendiri beberapa kali. Ingin sekali Sean membalas senyuman seperti yang biasa ia lakukan. Tapi kali ini...

"Duduk dulu yuk..."

Husein menggenggam bahu Sean dan mengajaknya untuk duduk di sofa.

"... Sein..."

Husein menoleh dan terkesiap saat melihat Sean sudah berlinang air mata. Sementara ia mencoba menutupi matanya dengan lengan kirinya.

"... gue boleh pinjem bahu lu... sebentar?"

Husein tersenyum tipis mendengar suara Sean yang bergetar. "Gue gak mau minjemin bahu gue." Husein berujar dengan suara tenang. "Manusia macam apa yang cuma minjemin bahunya saat sahabatnya sedang terluka, Sean? Come!"

Sean menghambur memeluk Husein yang membentangkan kedua tangannya. Husein memang tidak meminjamkan bahunya, tapi ia memberikan tubuhnya untuk Sean. Agar ia bisa melampiaskan kesedihannya disana.

Sean memeluk Husein. Meremas kaus di punggung Husein seolah tak ingin melepaskannya. Agar ia tak kehilangan Husein. Sementara Husein membalas pelukan Sean, dan mengusap punggungnya lembut.

Sambil menangis, Sean menceritakan kalau ia awalnya tidak benar-benar mencintai Wisnu. Ia hanya ingin main-main dengan Om-nya satu itu. Ia hanya ingin merasakan kenikmatan disetubuhi Om Wisnu yang sangat keren dimatanya.

Tapi tadi, saat Wisnu mengatakan ingin mengakhiri hubungan diantara mereka, Sean langsung menyetujuinya. Dan berlari keluar dari kamar hotel, dimana Wisnu hanya bisa duduk diam disana tak berusaha mengejarnya.

Sean berujar pada Husein, kalau ia merasa lega. Lega sudah tidak membohongi Om-nya yang baik hati itu. Tapi Sean juga harus jujur, kalau ia merasa sedih. Sakit. Terluka. Tak rela.

"Selama ini... gue tau Sein... Kalo Om Wisnu itu... suka ama... Kak Adam..."

Kali ini Husein terkejut. Ia bingung harus berucap apa. Ia tidak berani mengutarakan pendapatnya. Husein menduga, semua hal tersebut tidak sesimple seperti kalimat Sean. Semuanya pasti rumit. Hingga membuat mereka saling berbohong dan menyakiti hati mereka sendiri.

"Sein... elu gak malu...?"

"... Malu kenapa?"

"Gue pembohong, Sein. Mommy gue aja malu... kalo tau gue berbohong..."

"Sean... elu punya alasan untuk berbohong?"

Sean mengangguk.

"Dan gue tau kenapa elu berbohong."

"... Oya?" Sean membiarkan Husein memencet hidungnya dengan beberapa lembar tissue di hidungnya. Sean merasa dirinya seperti anak kecil yang sedang mengadu pada Ibunya. Lalu membiarkan sang Ibu menyuruhnya membersihkan ingus di hidungnya.

"Elu gak pengen hubungan Kak Adam dan Kak Josh diganggu orang ketiga, iya, kan?"

Sean mengangguk. Ia tak menyangka, Husein yang pemalu itu bisa berpikiran sampai sejauh itu. Padahal dalam hal pelajaran, Husein selalu tertinggal jauh darinya. Tapi itu tak membuat Husein memiliki logika yang jauh diatasnya.

°•¤ Re:XXX ¤•° [1st Seasons]Where stories live. Discover now