°•¤ Re:XXX • Chapter 46 ¤•°

2.6K 161 51
                                    

Mendengar ucapannya mengenai ruqiyah, Adam sempat melirik Marco yang hanya bisa tersenyum simpul. Di kepala Marco saat ini, ia tidak pernah menyangka kalau Adam memang akan melakukan segala pekerjaan dengan integritas tinggi, sekaligus sedang bingung dengan arti kata yang asing di telinganya tersebut.

Sementara di sisi Adam sendiri, ia tidak pernah merasa nyaman setiap kali melihat kedekatan seorang anak dengan orang tuanya. Termasuk saat melihat keakraban Kemal dengan Umi-nya. Maupun melihat kedekatan Joshua dengan kedua orang tuanya meskipun mereka lama tidak bertatap muka. Setiap kali Adam melihat hal seperti itu, sebisa mungkin ia akan menghindar.

Hal ini juga berlaku sejak Adam masih tinggal dan hidup di kehidupan sebelumnya, saat ia masih hidup dengan Amar. Ia akan selalu menghindari kedekatan seorang anak dengan orang tuanya. Terlebih saat melihat betapa akrabnya anak dengan orang tua lelakinya. Maka dari itu, Adam akan berbuat sedemikian rupa agar ia bisa membuat Amar fokus terhadap dirinya saja. Adam rela hidup banting tulang untuk menghidupi semua anggota keluarga Amar, asalkan Amar juga tetap fokus dengan dirinya.

Meskipun Adam sudah lama mengubur dalam-dalam kenangan dengan mendiang Mamanya, ia sama sekali tidak punya kenangan dengan Papa kandungnya. Yang seumur hidup bisa ia kenang, adalah pahitnya kenangan antara dirinya dengan Papa tirinya.

°^°^°^°^°^°^°^°^°^°^°^°^°^°^°^°^°

Adam tiba di Paradise Cafe sekitar sepuluh menit sebelum semua Crew kembali dari jam istirahat. Saat ia melangkah masuk membawa sekitar 6 atau 7 paper bag berukuran besar, yang ia ambil dari bagasi mobilnya, matanya melihat kalau Crew dari Coffee Corner sudah kembali dan siap bekerja.

Sementara Adam meletakan semua paper bag tersebut di atas meja, ia memanggil Fajar, Arko, Alexander dan Fathur untuk menghampirinya.

"Ini seragam buat kalian. Masing-masing dapat dua setel. Dipakai setiap hari Senin sampai Jum'at. Sementara untuk Sabtu dan Minggu, kalian bebas pakai baju apa aja, tapi wajib pakai apron."

Adam menyerahkan seragam kepada masing-masing Crew-nya sesuai nama yang tertera di bungkus plastiknya.

"Boleh dicoba?" Arko yang bertanya.

"Silahkan. Kalian bisa ganti di lantai dua." Joshua yang menyahut.

"Fajar dan Arko, kalian coba pake seragam hari Senin dan Selasa. Sementara Alex dan Fathur, tolong pake seragam hari Rabu dan Kamis." Adam berseru dan di tanggapi dengan acungan jempol dari ke empat Crew Barista tersebut yang sedang berjalan ke arah tangga menuju lantai dua yang terletak di antara panggung dengan meja Bar dari Coffee Corner.

"Oliver dan Hugo... Ini seragam buat kalian." Adam berseru saat melihat keduanya jalan tergesa-gesa dari arah pintu depan. "Kalian bisa coba sekarang, atau nanti aja setelah kalian cuci."

"Oh iya. Ngomong-ngomong, kok mesin cucinya ada dua?" Hugo bertanya dengan penasaran setelah menerima plastik berisi seragamnya.

"Yang top loading buat nyuci dan bilas. Sementara front loading, buat ngeringin. Jadi kalian gak repot jemur. Gak bakalan kusut, asalkan langsung kalian keluarin dan di gantung." Adam memberikan penjelasan. "Lagi pula, gue sengaja bikin seragam kalian supaya gak gampang kusut. Gak akan kusut sama sekali malah kalo kalian cuci pake mesin cuci tersebut."

Disisi lain, Oliver sedang sibuk melihat seragam miliknya. Adam memberikan seragam kemeja berwarna hitam dengan mandarin style pada bagian kerahnya. Dimana pada bagian bawah lehernya, diberi aksen seolah mereka sengaja tidak mengancingkan dua bagian kancing teratas.

"Ini bakalan keren banget!" Oliver berseru dengan semangat.

"Suka?" Joshua bertanya saat mendengar ucapan Oliver.

°•¤ Re:XXX ¤•° [1st Seasons]Where stories live. Discover now