°•¤ Re:XXX • Chapter 59 ¤•°

1.7K 156 13
                                    

Selama jalan-jalan bertiga, harusnya berempat tapi Carlos menolak ikut dan memilih untuk duduk saja di area food court dekat parkiran mobil, Adam menolak keras untuk dibawa jalan-jalan ke Mall oleh Dahlia. Bukan apa-apa. Karena kota tempat mereka lahir saat ini memang tergolong kota kecil. Pemerintah Kota pun, tidak berusaha membuka area wisata untuk hiburan tiap weekend warganya. Tetapi lebih memilih untuk membuka pusat perbelanjaan.

Meskipun tergolong kota kecil, kota mereka ini memiliki sekitar empat buah Mall. Bahkan Adam yang mengira kalau Hotel tempat mereka menginap saat ini adalah satu-satunya Hotel yang memiliki bintang tertinggi pun, masih kalah dengan sebuah Hotel berbintang empat yang dibuka setahun yang  pinggiran kota.

Tak heran, kalau Adam sempat minta diri untuk dibiarkan sendirian saat ia mendadak ingin menghubungi Opa-nya. Seketika Adam menyadari, kalau warga kota tempat ia lahir, termasuk dalam kategori orang-orang konsumtif. Karena Dahlia bilang, warga setempat suka sekali jalan-jalan dan berbelanja. Dan bagi Adam, orang di kategori tersebut adalah ladang uang untuknya. Secara singkat dan rinci, Adam memberikan penjelasan pada Opa-nya.

Dari kejauhan, Dahlia hanya memperhatikan Adam yang sedang berbicara di telepon dengan seseorang. Bulu kuduknya meremang saat ia melihat Adam terkekeh sendiri dengan tampang angker. Tidak hanya raut wajah Adam saja yang membuat Dahlia bergidik ngeri. Ia bisa merasakan aura menyeramkan terpancar di diri Adam.

Dahlia justru merasa heran saat ia melihat Mike yang hanya tersenyum sementara dirinya bergidik ngeri saat melihat tingkah Adam.

"Elu kayaknya tenang banget ngeliat Adam kayak gitu, Mike?" Dahlia bertanya dengan penasaran pada Mike.

"Hehehe... Mungkin karena gue udah mulai terbiasa setelah hampir dua tahun tinggal bareng Kak Adam."

Dahlia hanya bisa terheran-heran. Banyak tanda tanya bermunculan di kepalanya usai mendengar jawaban Mike.

"Ngomong-ngomong... Selama ini kalian tinggal bareng ama cowok bernama Joshua itu?"

Mike mengiyakan dengan menganggukan kepalanya.

"Dia... Si Joshua itu, anak orang kaya?"

Mike memangku tangan kanannya yang sedang mengusap dagunya sendiri. "Seinget gue... Kak Josh itu... anak dari pengusaha Cakrabirawa. Gue gak tau elu pernah denger nama itu atau enggak."

"Enggak pernah denger." Dahlia menjawab cepat.

"Intinya, Papa-nya Kak Josh itu pendiri Hotel-hotel terkemuka. Bukan cuma di Indonesia. Tapi di banyak negara maju di Eropa."

"Jadi kalian tinggal bareng ama Joshua, gitu?"

Mike mengangguk. "Gue denger semalem elu udah di kenalin ke Sean dan Husein juga? Gue, Kak Adam dan Kak Josh, tinggal barengan. Bang Carlos tinggal di sebelah bareng Tante Anna, Mama-nya Bang Carlos. Sementara Sean dan Husein tinggal di sebelahnya tempat tinggal Bang Carlos itu. Ya... Sederet gitu deh."

Yang Dahlia tangkap dari kalimat Mike tersebut, adalah Adam dan Mike tinggal satu rumah dengan Joshua. Sementara Carlos dan Mamanya tinggal di rumah sebelah. Sementara dua adik Adam lainnya, meninggali rumah yang ada di sebelah rumah yang di tinggali Carlos. Karena mereka tinggal bertetangga, Dahlia membuat kesimpulan kalau mereka semua sudah dekat. Layaknya saudara.

Dan untuk itu, Dahlia hanya manggut-manggut saja usai mendengar penjelasan Mike yang sebenarnya masih sangat samar.

"Kak Adam udah pernah cerita, kalo sebenernya dia bukan anak kandung Papa gue?"

Dahlia membelalakan kedua matanya. Tapi ia sempat menggeleng pelan, dengan tetap menatap lekat ke arah Mike.

"Semua orang taunya, kalo gue sodara tiri dengan Kak Adam karena Mama gue yang seorang janda, nikah dengan Papa yang seorang duda. Tapi sebenernya, Kak Adam gak ada ikatan darah sedikit pun dengan Papa. Justru gue anak kandungnya Papa."

°•¤ Re:XXX ¤•° [1st Seasons]Where stories live. Discover now