Keenam

283 4 0
                                        

Clarissa POV

Pagi Jogja !

Langit nampak cerah pagi ini memancarkan kemilau birunya angin berhembus sepoi-sepoi menerpa wajah-wajah penuh keceriaan. tak ada mendung tak ada panas semua terasa begitu seimbang.

Semenjak percakapan ku dengan Ridhi dalam pesan semalam membuat ku lebih dekatnya, dia anak yang humoris dan baik , hari ini dia ingin menjemput ku berangkat ke kampus, entah sihir apa yang ia gunakan untuk membius ku dan itu berhasil.

Aku sempat menolak nya karena aku ingin berangkat bersama Sasa namun nampak nya Sasa telah bekerja sama dengan nya, dia membuat banyak alasan agar aku berangkat bersama Ridho entah apa yang dipikirkan anak itu. Aku tak tahu.

" Ciiee yang mau dijemput gebetan nya " kata Sasa dari balik pintu , mengagetkan ku yang tengah memakai sepatu. " Ihh gebetan an cobs apa orang cuman temen kok "

" Temen apa temen " katanya lagi menggoda. " Hemm, kamu tuh jahat di barengin aja gak mau " aku berdiri dan mengambil tas , bersiap untuk keluar. " Biarin , udah sana sana " Dia mendorong bahu ku. " Sasa... awas ya kamu ntar " kata ku sambil ku tunjuk hidung nya .

Dia hanya tertawa melihat ku .

" Hati-hati ya Clar ntar pegangan loh takut nya jatoh... jatoh ke hatinya Ridho " ia tertawa dan berlari kabur ke kamar nya.

" Dasar Salsabila jelek " teriak ku,

Aku mengunci pintu kamar, ternyata Ridho telah menunggu ku disana , ia mengenakan kaos coklat dengan jaket baseball biru tua dan celana jeans hitam ditambah lagi sepatu sneakers dan jam tangan yang semakin menyempurnakan penampilan nya. Ia nampak sangat mempesona hingga aku pun tak sadar telah memperhatikan nya terlalu lama.

" Clara... kok bengong "

" Ehh enggak kok, ayok berangkat " aku langsung naik ke sepeda motor nya . Semoga saja dia tak menyadari bahwa aku melamun karena melihat nya tadi.

Dia menyalakan mesin motor nya dan mulai berangkat menuju kampus sebenarnya jarak dari kos ku dengan kampus tak begitu jauh hanya 15 menit jalan kaki tapi dia malah berbelok tak melewati jalur yang seharusnya. " Lohh kok belok Dho, kita mau kemana ? " tanya ku. " Mau ke kampus "

" Kok lewat sini sih muter donk " kata ku lagi. " Biarin kan emang biar bisa lebih lama sama kamu " katanya, dia menoleh ke arah ku dan tersenyum. Aku menepuk bahunya, " Gak usah jaim kalo senyum ya senyum aja " dia melirik ku melalui kaca spion.

" Apa.an sih Dho," aku bersembunyi di balik punggung nya.

Di sepanjang jalan dia bercerita banyak tentang masa-masa sma nya, bercerita tentang guru2, teman2 dan berbagai hal tentang kehidupan khas anak sma . Aku sebenarnya tak terlalu memperhatikan apa isi ceritanya karena aku tenggelam dalam perasaan ku sendiri, menikmati setiap detik ku bersama Ridho.

Aku tenggelam Dho, bersama harapan-harapan yang aku bingkai sendiri

Hingga waktu berjalan begitu cepat, sampai lah kita di parkiran kampus dia memarkirkan motor aku pun menunggu di dekat pintu masuk. Kali ini aku tidak kabur lagi.

" Ayok Clar " dia mengulurkan tangan nya kepada ku. " Apasih udah jalan sana " kataku sambil ku tepuk tangan nya. Dia tertawa , dan kami pun berjalan beriringan menuju kelas masing-masing. " Aku duluan ya Clar , nanti aku tunggu di kantin " katanya di pertigaan jalan gedung B2.

" Iya Dho " balas ku . Aku masih terbawa suasana tawa dengan nya hingga tanpa ku sadar di sepanjang jalan menuju kelas aku senyum-senyum sendiri.

Aku lanjut berjalan menuju lantai 2 tempat kelas ku berada, terlihat kampus telah ramai. Kelas ku pun telah ramai mungkin karena kelas akan dimulai dalam 10 menit lagi . Seperti biasa aku duduk di dekat Rina dan Tasya. Baru sebentar aku duduk sudah ada yang berulah.

" Ciiee tadi yang di anterin cwo nya " teriak salah seorang teman ku. Dia bernama Daffa anak paling jahil dan si pembuat gaduh dikelas.

Sontak teman2 yang lain pun jadi ingin tau siapa perempuan yang dimaksud oleh Daffa tersebut. " Siapa sih Daf ? " tanya Rika ikutan kepo. " Itu tuh yang duduk sebelah nya Tasya yang pake baju biru " ia melirik ke arah ku. Aku menutupi wajah ku dengan buku mata kuliah yang ada di atas meja Tasya.

" Ciiee... ciiee... Clara " seisi kelas riuh mengejek ku. " Enggak bukan kok " elak ku. " Wahh gerak cepat nih Clara langsung dapet aja " kata Nia menyambung. Kelas kembali ricuh karenanya.

Aku hanya terdiam di bangku ku seolah tak mendengar apa kata mereka. " Clar, kamu bneran jadian sama Ridho " tanya Tasya keheranan.

" Yang tukang laudry itu ya ? " sahut Rina polos. Aku menepuk jidat.

" Enggak ya aku gak jadian kok sama dia, tadi dia nganterin aku ke kampus doank " kata ku lirih agar tak terdengar dengan teman lain nya. Tasya dan Rina adalah orang ketiga yang mengetahui kedekatan ku dengan Ridho selain Sasa, mereka hanya mengganguk paham.

Tak lama kemudian dosen kami pun masuk kelas, seketika seluruh isi kelas hening dan suasana pun kondusif untuk belajar. Aku menghela nafas berat mungkin sekarang pipiku telah semerah tomat karena malu, aku berusaha berfokus pada mata kuliah hari ini. Walaupun bayang-bayang wajah Ridho melayang layang dikepala ku.

~~

Remember When [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang