Kesebelas

193 3 0
                                    

Fandi POV

Aku mencarinya lagi, berusaha meraih kembali gadisku yang dulu hilang. Tapi... ketika aku telah menemukan nya, ia sudah bersama dengan orang lain... yang mungkin lebih baik dari ku. Aku memang bukan lelaki baik Ra, tidak seharusnya aku meninggalkan mu tanpa kabar... maaf kan aku Ra saat itu aku masih berumur 15 tahun dan tidak mengerti apa-apa soal cinta.

Clarissa POV

Setelah selesai kuliah seperti biasa Ridho mengantar ku pulang raga ku disana tapi pikiran ku masih tertuju pada Fandi bagaimana bisa dia tau kampus ku dan untuk apa dia kesana ? Pikiran pikiran itu terus menghantui ku. Aku tak tau apa yang dia maksud .

" Clara ... udah sampek " Suara Ridho menyadarkan ku dari lamunan. Ternyata sudah sampai di depan gerbang dan aku masih belum tersadarkan diri.
" Ohh iya maaf " aku turun dan melepas helm ku serahkan padanya .
" Aku pulang dulu ya Clara " ia menerima helm itu menaruhnya di motor. " Iya hati-hati Ridho " kami sama-sama tersenyum. Aku melambaikan tangan padanya.

Saat hendak masuk kos aku melihat kotak kado berwarna pink di dekat meja sebelah pintu masuk. Aku ambil kotak itu dan di atas nya ada tulisan To Clara untuk ku ? Tapi dari siapa ? .
Aku membawa nya masuk ke kamar dan membukanya, ada sebuah surat dan sebatang coklat. Aku pun semakin penasaran untuk membaca surat itu.

Ra, maaf jika aku mengganggu mu dengan surat ku ini karena sampai saat ini pesan ku pun belum kau balas, maaf Ra jika kehadiran ku mengusik mu tapi aku hanya ingin kita bicara Ra. Sebentar saja... kalau kau mau aku menunggu mu di taman pelangi dekat kampus mu jam 7 malam. Jangan lupa coklatnya dimakan ya...

Fandi

Aku melempar surat itu kesembarang tempat, ku sandarkan punggung ku ditembok kamar. Aku harus menemuinya harus ! Supaya ini semua cepat berakhir kata ku pada diri sendiri.

~~

Jam 7 tepat aku sudah sampai di tempat yang Fandi katakan, kuedarkan pandangan ku ke sekeliling taman itu, itu dia aku melihatnya tengah duduk di salah satu bangku taman. Aku menghampirinya. Ia langsung berdiri ketika melihatku mendekat.

" Ra... kamu dateng " ia tersenyum, aku bersikap sebiasa mungkin walaupun aku sangat marah padanya. ia mengajak ku duduk aku pun mengikutinya.
" Jadi apa yang pengen kamu bicarain sama aku ? " tanya ku langsung pada intinya.

" Ra ... kamu marah sama aku ? " ia meraih tangan ku tapi langsung ku tepis.
" Enggak Fan, udah deh kamu mau apalagi ngapain kamu kemaren ke kampus ku ? " aku tak bisa tersenyum sama sekali mengingat dia adalah orang yang telah meninggalkan tanpa kabar seenaknya. Membuat ku setiap hari dihantui pertanyaan2 yang tak pernah ku temukan jawaban nya.

" Maaf Ra, aku dulu pindah gak ngasih tau kamu dulu, aku di paksa orang tua ku ikut nenek di Semarang karena nilai ku selalu turun disini dan aku jadi suka bolos sekolah alhasil aku dimasukin pesantren Ra tolong mengertilah..." jelasnya panjang lebar... dia memegang tangan ku. Aku memperhatikan dengan seksama apa ucapan nya tapi itu sudah berlalu.

" Terus kenapa sekarang kamu balik kesini lagi ? " aku membalas tatapan matanya tajam, mata yang dulu sangat aku rindu kan.
" Aku mau nyari kamu Ra aku kangen kamu " tiba-tiba dia mendekat dan memeluk tubuh ku. Membuat ku sedikit terkejut.

" Tunggu Fan, tapi sekarang aku bukan Clara yang dulu lagi. Aku udah lupain kamu semenjak kamu ngilang aku udah anggap cerita kita udah selesai Fan sekarang aku bukan Clara yang dulu selalu kau bela saat aku menangis. Aku bukan Clara yang dulu Fan, aku kesini cuman mau memperjelas aku cuman mau tau kenapa kamu dulu ngilang udah itu aja " aku melepaskan pelukan nya.

Dari raut wajahnya ia nampak sedih, tak terasa bulir air mata jatuh di pipiku.
" Tapi aku akan terus berusaha aku janji Ra aku bakalan memperbaiki semuanya " ia mengusap lembut pipiku, tangan ku digenggam nya.
" Tidak Fan, sudah cukup tidak ada lagi yang perlu diperbaiki cerita kita sudah selesai Fan bahkan sebelum memulainya " aku berusaha menahan laju air mata tapi sulit sekali.

Remember When [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang