Clarissa POV
Adam menemani ku sampai hujan reda, tak ada kata yang terucap dari bibirnya ketika diwarung itu. Hanya saja raut wajahnya sangat kesal terlihat dari sorot matanya yang mendadak menajam. Aku takut membuka pembicaan pasti dia akan marah besar padaku. Lebih baik aku diam saja.
Pukul 6 sore hujan baru benar-benar reda, ia menggandeng tangan ku mengarah ke sepeda motornya.
" Aku anter kamu balik kos nanti sepeda motor mu aku titipin ke warung dulu " katanya dingin. Aku hanya mengangguk, tak biasanya dia secuek ini padaku.~~
Sampai di depan gerbang dia berhenti lalu aku turun. " Aku langsung pulang ya Ra, besok pagi aku jemput " katanya. Ia menatap ku datar membuat semakin tak berani berbicara padanya lebih lama.
Aku balas berterima kasih " Makasih ya Dam ". Mencoba memberanikan diri untuk tersenyum padanya.
" Yaudah buruan istirahat masuk "
Aku mengangguk lalu berjalan masuk.Ia kemudian berlalu, sekarang aku bisa bernafas lebih lega. Adam tak banyak bertanya atau memarahi ku seperti biasanya. Aku masuk lalu membersihkan diriku sebelum beranjak tidur.
Aku lelah, bukan cuman soal fisik tapi juga hati rasanya baru kemarin aku bahagia tapi sekarang hatiku sudah terluka lagi. Apa yang Ridho mau sekarang ? Apa yang ia coba buktikan padaku. Aku rasa dia bukan orang yang dulu aku cintai. Dia sudah berubah menjelma jadi orang yang sama sekali tak aku kenal.
Aku merasa tak melakukan kesalahan apapun hingga membuatnya mengubah sikapnya padaku.
Tak terasa air mata ku sudah terjun bebas membasahi pipi. Padahal dulu kau adalah orang yang tak pernah rela melihat ku menangis. Padahal dulu kamu adalah orang yang selalu menjamin kebahagiaan ku.Entah harus dengan apa lagi aku memulihkan semua ini. Rasanya seluruh hatiku sudah luruh. Aku terlalu memberikan sepenuh hatiku padanya.
~~
Author POV
Clara terbangun ketika suara bising alarm ponsel nya terus menggema memenuhi gendang telinganya. Ia bangun mendapati kedua matanya sembab saat berkaca dicermin.
" kenapa jadi kaya gini ? " ia mengusap usap kedua matanya beberapa kali, berharap cepat menghilang saat itu juga. Dan untuk kesekian kalinya ia harus menghadapi kenyataan bahwa dunia harus terus berjalan. Clara tetap harus terbangun dipagi hari menjalani segala aktivitas yang akan menguras waktu serta tenaganya. Dunia tak peduli seberapa hancur hatinya sekarang ia hanya menuntut seuntai senyum terus mengembang di bibir Clara.
~~
" Pagi Dam " sapanya pada pria yang telah menunggu didepan gerbang untuk menjemputnya ke tempat kerja. Clara berusaha melempar senyum pada Adam, tapi dalam matanya sama sekali tak bisa berbohong. Hatinya masih terluka bahkan kedua kantung matanya sungguh lebih nyata berkata kalau dia sedang tidak baik-baik saja.
Adam menatap pada Clara datar, ia hanya mengangguk tanpa membalas senyum. Adam malah berkata " Udah sarapan belum ? " sambil memandang dua manik mata gadis itu. Clara mengangguk beberapa kali.
" Bohong " balas Adam menekan.
" Enggak kok " Dia mengalihkan padangan nya ke arah lain.
" Itu matanya kenapa ? "
" Ayok berangkat nanti keburu siang "
Clara naik memposisikan dirinya. Sementara Adam menghela nafas berat. Ia tau kalau berdebat akan membuat semuanya semakin rumit.~~
" Diliatin mulu makan nya " sapa Linda pada gadis yang tengah duduk di depan nya dengan wajah ditekuk dan kantung mata yang sedari pagi belum juga kempes. Sudah jam istirahat tapi tak sesuap nasi pun ia masukan kedalam mulutnya. Selera makannya telah hilang bahkan sepiring bakso yang biasa menarik perhatian gadis itu pun tak sedikitpun disentuhnya.
Ini yang selama ini Clara takutkan jika suatu saat Ridho menemukan orang yang lebih bisa mengerti dirinya, membuatnya nyaman melebihi nyaman nya dengan Clara dan mulai saat itu ia mulai terfikir akan sebuah perpisahan yang dulu bahkan sedetik pun Clara tak pernah menyangka jika hati orang yang paling dia sayang bisa berubah sedrastis seperti sekarang ini.
Dulu ia adalah orang yang paling Ridho utamakan melebihi apapun, semua yang ada pada diri Clara adalah anugrah bagi Ridho sampai-sampai Clara lupa jika semua hal didunia ini diciptakan berpasangan tak terkecuali dengan pertemuan akan selalu hadir perpisahan didalam nya. Namun apa mau dikata Clara telah memberikan seluruh hatinya pada laki-laki itu.
Kini ia hanya bisa menerka nerka, bermain dengan pikiran nya sendiri, mengira ira apa yang tengah terjadi pada Ridho, apa yang telah mengubah hati kekasih nya itu.
" Lagi gak enak makan Lin " jawab Clara mau tak mau.
" Kamu mah dari dulu juga gak enak terus Clar "
" Ya terus gimana "" Udah lah Clar cowok kaya gitu gak usah dipikirin gak penting banget, dia aja gak peduli sama kamu ngapain kamu mikirin dia sampek gak enak makan gitu " cerocos Linda panjang lebar. Yang dinasehati hanya diam memandangi semangkuk bakso yang ia putar putar dengan sendok. Tak ada sedikit pun minat untuk makan siang ini.
~~
Matahari mulai turun meredupkan cahayanya meninggalkan berkas senja yang terpancar indah di ufuk barat. Sudah saatnya pulang bagi sebagian orang yang memang diharuskan pulang namun untuk sebagian lagi adalah saat dimana ia harus memulai bekerja.
Clara merapikan rambutnya yang berantakan diterpa angin, satu persatu orang berlalu lalang di jalan depan kantornya ada yang terlihat sangat lelah dengan sepeda kayuh tua nya, ada yang kebut kebutan menyerobot jalan dekat trotoar hingga harus berdesakan dengan para pengguna jalan yang lain nya. Suara riuh klakson dan juga asap kendaraan dengan jelas ia rasakan sore itu. Sungguh hari yang sibuk.
Dari kejauhan Adam menatap Clara tengah duduk di kursi pos satpam tepatnya di dekat pintu masuk. Gadis yang dilihatnya itu sedang melamun seperti kebiasaan nya sehari hari hingga saat ia mendekat pun Clara tak menyadari akan hal itu.
" Melamun aja " sapa Adam ikutan duduk disamping nya. Clara menoleh lalu melempar senyum.
" Gak pulang ? " tanya nya balik.
" Belum, kamu sendiri ? " Clara melirik ke arah laki-laki disebelahnya melempar tatapan penuh tanda tanya lalu menghadap ke jalan raya lagi.
" Masih suka disini " dingin. Lebih dingin dari sebelum nya. Adam bisa merasakan kesedihan gadis itu, bahkan sangat bisa.
" Yaudah aku pulang dulu " katanya setelah itu. Ia berdiri meninggalkan Clara sendirian tanpa permisi tanpa menunggu jawaban dari gadis itu. Hatinya telah mati perasaan nya telah hilang melihat Clara terus saja memikirkan pria yang sama sekali tak memperdulikan nya itu. Clara menatao kepergian Adam dengan bingung tak biasanya Adam meninggalkan nya seperti ini. Apa dia sudah berbuat salah ? Pikirnya saat itu.Meski sudah sekian lama Adam berusaha tegar menutupi semua perasaan nya namun tetap saja terkadang ego lebih sering muncul kepermukaan memainkan peran antara diam dan juga berkata. Antara bersikap atau menyaksikan. Semakin Adam mencoba lari perasaan itu lambat laun merambat bagaikan kertas yang di lalap api yang kemudian membakar habis dirinya.
Hingga Adam tak merasakan lagi sakit karena gadis itu.
Aku sudah lelah diam
Aku sudah lelah mengobati luka mu yang kian hari kian dalam
Tapi hari demi hari yang kita lewati layaknya hanya sebuah dongeng pengantar tidur untuk mu
Aku tak pernah ada disana
Aku tak pernah kau masukan dalam cerita mu
Aku hanya tokoh fiksi, pelengkap atau mungkin hanya gurauan saja
Kini sebelum semuanya terlihat lebih menyakitkan. Aku akan menjauh
Pergi dari kehidupan mu
Bukan untuk menyerah atau kalah
Aku hanya ingin tau seberapa berartinya aku dalam dongeng pengantar tidur mu.Adam
~~

KAMU SEDANG MEMBACA
Remember When [SELESAI]
Teen FictionKita adalah dua manusia yang tak sengaja bersama~ Selamat menikmati 💕 Jangan lupa vote 🤗