Waktu memang tak pernah memberikan isyarat bahwa kita sudah mensia-siakan nya, tapi waktu selalu memberi teguran keras bagi siapapun yang melewatkan nya.
~~
Ttuuuutttt...ttuuuutttt...
Suara panggilan suara tak dijawab terus bergema ditelinga ku.
" Ini kan minggu masak dia masih aja sibuk sih " gumam ku pada diri sendiri.
Aku menekan lagi tombol hijau bersimbol telepon itu.
" Tuh kan pasti ingkar janji lagi ihh " aku sudah tak sabar lagi menunggu. Ku masukan hp ke dalam tas lalu pergi masuk ke dalam kamar. Sudah cukup berharapnya.
Dia tak akan datang untuk sekedar menghabiskan waktu membeli buku pasti dia lebih memilih pergi bersama teman teman nya yang sok asik itu.
Kali ini aku sudah benar benar dihapus dari daftar prioritasnya.
Aku kesal marah dan benci semua terasa begitu menyesakkan.
Saat saat seperti ini aku butuh orang yang siap mendengarkan keluh kesah ku.Adam.
Nama itu. Ya hanya dia yang terlitas dalam pikiran ku untuk di hubungi. Tapi ketika hendak mengetik sesuatu aku langsung berubah pikiran. Masih bolehkah aku menghubunginya ? Masih pentingkah aku dimatanya ?
Tidak sepertinya tidak
Aku harus memberi jarak dengan nya.
Ada beberapa hal yang hanya boleh diterima saja tidak untuk dibagi, tidak untuk dihindari.~~
Karena m kabar dari Ridho tak kunjung datang alhasil aku berangkat ke toko buku langganan ku sendirian. Yahh namanya juga nasib mau gimana lagi... punya pacar yang jauh hati sama jarak nya. Huftt...
Hari Minggu.
Toko buku yang jaraknya 3 km dari kost ku ini sangat ramai meskipun tidak terlalu besar toko buku ini sangat nyaman.Aku berkeliling sebentar melihat lihat koleksi buku terbaru mereka, sesekali menyapa pegawai disini. Karena saking sering nya, aku hampir mengenal semua pegawai toko ini bahkan akrab menyapa mereka.
Selain toko buku yang terletak di lantai 2 bagian dasar toko ini ada sebuah cafe yang menjual berbagai minuman manis untuk menaikkan mood. Aku biasanya mampir sebentar untuk membaca buku. Suasananya nyaman dan tenang siapapun yang suka membaca pasti suka juga menghabiskan waktu berlama-lama disini.
Setelah berlama lama memilah milah novel untuk dibaca akhirnya aku menjatuhkan hati pada 2 novel klasik. Aku lebih suka novel tentang kehidupan nyata daripada novel teenlit bukan karena memang aku sudah tua tapi dari dulu aku suka novel yang memang lebih realistis dan penuh dengan nilai kehidupan daripada isinya cinta-cinta remaja yang imajinatif.
Masih pukul 10 dini hari. Aku memutuskan untuk singgah dicafe bawah sebentar sambil menikmati segelas moccachino hangat dan roti bakar.
Aku memilih meja lesehan yang terletak dipaling ujung. Pelayanan nya bahkan sudah hafal sekali dengan kebiasaan ku.
" Mbak Clara. Udah lama gak mampir ? " sapa seorang pelayan wanita bernama Selly.
" Hehe mampir kok Sell di depan nya doang "
" Heem sendirian aja nih mbak " godanya.
" Iya nih lagi pengen sendiri aja "
" Hehee yaudah mbak ini pesenan nya biar gak sendirian nih... " Selly menaruh satu per satu pesanan ku.
" Okey makasih sell "
" Siap mbak , kalo ada apa2 langsung panggil aku aja ya "
" Ihh emang nya ada apa ? " aku mengerutkan dahi.
" Ya siapa tau ada apa gitu " Selly terkekeh. " Yaudah mbak aku kerja lagi. Byee " katanya sambil cengar cengir.
" Iya Sell byee " balas ku heran.
Kenapa sama anak itu makin hari makin gak beres aja kelakuan nya. Batin ku sambil geleng-geleng kepala.Aku menarik gelas moccacino ku menghirup baunya yang menenangkan. Hal paling indah di bumi ini adalah bau moccachino hangat. Hihihi... itu sih menurut ku ya...
" Sendirian aja nih mbak " sapa seorang laki-laki yang tiba-tiba berada di depan ku sambil membawa secangkir kopi.
Aku sangat terkejut akan kehadiran nya.
" Lohh Adam ngapain kamu kesini ? " tanya ku benar-benar heran.
" gak di suruh duduk dulu nih ? " tanya nya.
" Duduk aja kalik " jawab ku sok cuek. Padahal dalam hati aku sangat senang dia disini. Setidak nya ada temen untuk ngobrol. Sepertinya semesta mendukung apa yang aku inginkan." Kok aku gk diajak kesini sih " katanya. Dia duduk pas di depan ku, meletakkan kopinya langsung menyambar roti bakar ku yang belum tersentuh sedikitpun.
" Adammm... ihhh... " aku langsung menepuk tangan jail nya itu.
" Minta dikit pelit banget sih " katanya cengengesan." Beli sendiri dong... " balas ku sambil melotot kearahnya.
" Kan aku gk punya uang Clar " katanya sambil mengunyah roti bakar.
" Yaelah Dam udah jomblo bokek lagi pantesan aja gak ada yang mau sama kamu " sindir ku sambil ikutan nyomot roti sebelum dihabiskan oleh nya.
" Kan yang penting kamu mau " katanya asal-asalan.
" Ihh siapa juga yang mau sama kamu " aku melotot ke arah nya.
" Loh iya lupa udah ada abang Ridho ya... yahh telat deh " katanya lagi. Aku terdiam. Ada sedikit sakit di hatiku ketika ia mengatakan nya.Kalau pun semesta mengijinkan nya sekalipun aku tetap tak bisa mengatakan yang sebenarnya pada Adam. Bahwa hatiku jauh lebih memilih dia daripada siapapun.
Hati tetaplah hati, lemah selalu di tutupi rasa takut. Selalu ditaruh paling belakang supaya apa ? Supaya ia tak sakit. Supaya tetap utuh selamanya. Tapi kali ini aku rasa hatiku sudah tak utuh lagi.
Setelah beberapa saat kami sama-sama diam. Aku sibuk membaca novel yang baru saja ku beli. Adam sibuk mengotak atik hp nya.
" Sssttt... Ssttt ... "
Aku melirik ke arah Adam.
" Paan sih... " kata ku sinis.
" Baca apa.an ? " tanya nya sambil bisik bisik.
" Baca novel " jawab ku bisik bisik pula.
" Novel apa.an ? "
" Brisik... kepo ahh "
" Aku ikutan baca dong..." ia beralih duduk di sebelah ku.
" Beli sendiri ..." kata ku dengan nada tinggi.
" Pelit " balas nya sinis.
" Biarin ! "
" Aku mau baca yang ini aja " Adam mengambil novel satunya lagi yang masih terbungkus rapi di dalam goodie bag.
Dengan sigap dia langsung membuka segel plastiknya. Aku menarik nafas dalam dalam supaya tidak terjadi perang dunia ketiga disini yang efek nya akan mengganggu pengunjung yang lain.Adam cengengesan melihat ke arah ku. Dengan wajah sok ganteng nya dia membolak balik halaman novel itu.
" Klasik " tukas nya.
" Kenapa ? " aku melirik nya.
" Bacaan mu berat Clar aku gak kuat "
" Alay ! Baca aja dulu nanti juga suka "
" Masak sih "
" Yaudah kalo gak percaya "
" Iya nih aku baca nih "Lembar demi lembar ia balik matanya sibuk memahami kata-kata indah yang dirangkai dalam buku itu. Aku baru tau Adam bisa se serius ini. Tak dirasa bibir ku menyunggingkan senyum.
" Dia tampan juga kalo lagi diem " gumam ku dalam hati.
Kejadian itu
Detik itu adalah hal yang tak pernah bisa ku ulang lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Remember When [SELESAI]
Teen FictionKita adalah dua manusia yang tak sengaja bersama~ Selamat menikmati 💕 Jangan lupa vote 🤗