Rindu...

158 5 1
                                        

" Pagiii Clara ..." teriak seseorang tepat di belakang ku saat aku tengah memasukan coklat dan juga hp ke dalam loker. " Duhh Linn... kebiasaan deh " langsung ku cubiti lengan nya karena membuat jantung ku hampir copot . " Aduhh aduhh iya ampun ampun Clar " aku melotot kearah Linda tapi dia malah cengar-cengir tanpa merasa takut sedikit pun. Kebiasaan tuh anak !

" Ngeselin deh " aku melipat kedua tangan ku di depan dada.

Linda senyum-senyum sendiri mungkin dia kena virus gila nya Adam. Pagi ini kayanya jumlah orang gila makin bertambah, aku harus hati-hati atau aku bisa kena virus gila juga." Duhh mikir apasih aku ini "

Daripada melihat tingkah Linda yang semakin aneh aku memilih duduk dikursi biasanya, suhu ruangan ini menjadi lebih panas melihat sudah banyak manusia yang mulai berkeliaran memenuhi ruangan berebut oksigen. Aku menarik nafas dalam-dalam mencoba merilekskan kepala ku. " Clar... Clara ..." Linda ikutan duduk disebelahku.

" Apasih ..." aku meliriknya,
" Galak banget sih, baru juga pagi belum malem "
" Terus apa hubungan nya ? "
" Yaudah gak penting, aku mau cerita nih "
" Cerita apa Lin ? " aku sedikit menurunkan amarah untuk Linda dia tidak salah dan tak berhak untuk menjadi sasaran kemarahan ku pada pagi ini.

" Emhh... Fandi tuh ganteng banget Clar, dia enak deh diajak ngobrol aku sukakk banget " dengan nada centil nya Linda mendeskripsikan Fandi. " Aduhh duhh kamu mah semua tok bilang ganteng Lin "

" Enggak Clara ini tuh beda "
" Beda gimana ? "
" Ya pokoknya beda gitu... kapan ya bisa ketemu Fandi lagi " Linda mengerjapkan matanya beberapa kali, raut wajahnya berubah sumringah.

" Udah tukeran nomor hp belom ? "
" Belum sih kemarin dia malah minta nomer kamu doang " Linda memajukan bibirnya beberapa centi. Aku malah tertawa karenanya. " Nanti aku kasih nomer nya deh "

" Gak mau ah masak aku duluan yang ngechat dia gengsi lah " aku semakin tertawa geli atas sikap manja campur gengsi nya Linda itu. " Ntar aku suruh Fandi buat chat kamu deh "

" Hah ... beneran Clar ? " mata nya langsung membulat sempurna kalo di tv gitu ya pasti udah di edit dikasih bintang kayanya. " Iya nanti aku bilang sama dia "

" Ahh makasih Clara terbaik deh " Dia memeluk ku erat, " Aduhh suka aja gengsi " sindir ku. Ia cuman mengerucutkan bibirnya sambil senyum-senyum sendiri.

~~

Hari ini kerjaan sedikit lengang jadi kami semua bisa bekerja santai, suasana hatiku juga sedang tidak baik jika dipaksa untuk bekerja serius aku sedang malas-malasnya bekerja.

Jam istirahat berlangsung membosankan aku beberapa kali mengecek hp ada banyak notifikasi dari Ridho aku biarkan saja, menurut mu aku egois ? Ah aku hanya rindu itu saja, jika dia tidak mengerti berarti dia tidak merasakan hal yang sama. Lalu dengan apa rindu ini aku alihkan lagi ? Aku lelah menghindar...

Beribu kata maaf Ridho kirimkan lewat pesan-pesan singkat yang entah kapan aku akan membacanya. Terkadang aku merasa menjadi orang yang tidak begitu mengerti akan keadaan dia, tapi aku berusaha mengerti...

" Udah maafin aja Clar gak baik marahan lama-lama " kata Linda di sebelah ku, kami sedang makan di warung bu Elis seperti biasanya. " Jadi harus aku maafin nih ? " tanya ku meyakinkan. " Yaudah lah toh dia kerja beneran gak main-main "

" Darimana aku tau dia beneran kerja ? "
" Jadi sekarang kamu udah gak percaya lagi sama Ridho ? " kata-kata Linda barusan membuat lidah ku kaku. " Apa benar aku sudah tidak percaya lagi dengan nya ? " kataku dalam hati.

Aku menatap Linda yang tengah memakan nasi uduk nya dengan serius " Udah gak usah ngambek lagi cepetan ditelfon gih keburu dianya malah balik ngambek juga "

Remember When [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang