Mistery

242 44 9
                                    

Winda masih menatap Oswald dalam.

" Aku menginginkan banyak hal kecuali hidup."

Tak hanya klise, tapi jawaban itu seakan akan berasalah dari dimensi yang berbeda.

Dia begitu dingin, begitu tenang, dan tanpa ekspresi. Siapa guru lesku ini sebenarnya?

" Melangkahlah lebih dulu, aku harus merapikan tali sepatuku." Ujar Oswald menghentakkan lamunan Winda yang sejak tadi menatapnya.

" Baiklah." Windapun melangkah lebih dulu.
Senyumnya merekah saat melihat seseorang tampak berdiri di depan rumahnya, melambaikan tangan dan tersenyum menunggunya

" Aritha!!" Winda berlari merangkul sahabatnya itu.

" Peluk Gw juga dong." Derin merentangkan tangannya yang membuat Winda mentoyor kepalanya kesal.

" Duh syukurlah, gw nungguin lo dari tadi tauk. Dari mana sih pagi pagi begini?" Tanya Aritha

" Sorry, gw lagi bakan bakso tuh di depot pok mimin sama Senior. Lo ngapain kesini? Bukannya kemarin lo dari sini ya?" Winda mengernyit heran

" Senior?

" Si guru les."

" Oooo yang kemarin kamu bilang teman SMPmu itu bukan beb?" Tanya Derin pada Aritha. Winda mengernyit

" Maksudnya?

" Nah iya, gw tuh datang kemari buat nyeritain tentang guru les lo itu. Tapi bukannya lo bilang lo beli bakso sama dia ya? Mana orangnya?" Tanya Aritha mendongak dan melihat kebelakang sahabatnya itu. Derin pun terlihat celingak celinguk menatap jalan hampa di belakang Winda.

" Ada kok dibelakang gw tuh. Dia lagi benerin tali sepatunya." Winda menoleh. Dan...

Deg. Dimana dia?"

Lagi lagi, sosok itu lenyap bagai ditelan bumi.

" Mana?" Tanya Derin mentoyor balik kepala Winda.

" Noyor gw lagi gw iket lo di pojokan atap sekalian ya." Ancam Winda pada Derin yang sudah siap siap memberikan toyoran ke 2 padanya.

" Lo kira gw ikan asin di jemur. Mubadzir tau sama muka ganteng gw ini." Balas Derin

" Udah udah, yok ah masuk. Gw mau cerita nih tentang Senior lo itu." Ajak Aritha.

" Ayo." Windapun merangkul Aritha dan Derin masuk kedalam rumahnya.

Seperginya Winda,

Diujung jalan sana, Oswald menatap hampa pada halaman rumah Winda, tatapan yang begitu dingin dan seolah dipenuhi dengan kesedihan di dalamnya.

***

Dia adalah siswa dengan prestasi yang membanggakan di sekolah. Dia masuk dengan biaya siswa dari SMP Anugerah kelas 2 dulu. Sifatnya, wajahnya dan kesopanan yang ia tunjukkan membuatnya terkenal dalam sekejab. Oswald seperti matahari yang sinarnya selalu diikuti oleh semua siswi saat itu.

Dia selalu tersenyum dan bersikap sangat baik. Prestasinyapun mampu membuat semua guru menyukai sosok Oswald. Raditya Oswald.
Hanya saja, seolah ada sisi lain dari dirinya yang tak bisa dijangkau siapapun.
Terkadang, Oswald suka menyendiri dan mengurung dirinya di dalam ruang seni selama beberapa menit di jam makan siang atau saat istirahat.

Oswald juga menolak ketika Guru berniat mencalonkannya sebagai salah satu anggota OSIS dengan alasan dia hanya ingin fokus belajar saja.
Dia sangat suka membantu teman temannya yang bingung dengan soal dari guru. Dia juga sering berinteraksi dengan organisasi mahasiswa lainnya.

OSWALD ( The Senior From The Past )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang