Part 3

2.1K 263 42
                                    

First Meet


Andai aku bisa menjadi hujan...

Sekalipun terhantam berkali kali tapi darinya tumbuh kehidupan

Andai aku bisa menjadi hujan...

Yang mampu menyatukan langit dengan bumi, walau hanya bersama gelap

Andai aku bisa menjadi hujan,

Setidaknya, waktu memberiku kesempatan... untuk tidak menangis lagi


Winda menutup pintu kamarnya pelan. Malam itu, Erwin pergi setelah makan malam, meninggalkan dirinya seorang diri dirumah, lagi lagi karna urusan pekerjaan yang selalu menuntutnya menjauh dari putri sematawayangnya. Tapi, lama lama hal itu seolah sudah biasa bagi Winda. Hidup sendiri, makan sendiri dan tidur sendiri, ia serasa tenggelam dalam keheningan, dan mungkin karna itu, sikapnya menjadi sedikit brutal. Winda benar benar sendirian.

Di ruang kamar yang dibiarkan remang, gadis itu menatap ke sekelilingnya lalu mendengus kesal, ia benar benar bosan

" Rokokku mana ya?" Tanyanya mencari cari dilaci. Senyumnya mengembang saat mendapati sebungkus Rokok di antara tumpukan baju seragamnya yang entah sudah berapa lama tidak dicuci. Ia langsung merogoh sebatang dari bungkus rokok itu dan segera menyematkannya di antara celah bibir, beberapa detik, gadis itu terdiam

" Eh aku kan sudah janji buat berubah." Ingatnya, namun...

" Bodo amat aaah, berubah kan sikap, gak termasuk rokok juga kan, lagian berubah itu kan butu proses, gak langsung." Seringainya beralibi lalu kembali menyalakan rokok itu setelah menyematkan batangnya diantara celah bibir mungilnya lalu mulai menghisap aromanya dalam dan menghembuskan asapnya lewat hidung mancungnya. Ia benar benar menikmati sensasi itu.

Winda menyandarkan punggungnya ketembok

" Aaahhh enaknya." Ujarnya memejamkan mata, lalu kembali menghisap dan terus menghisap

Itukah yang dimaksud berubah?

Sekali lagi, Winda hanyalah Winda. Dia tak akan bisa memegang kata katanya.

Baru seminggu, dan baru semalam ia berada dirumahnya kembali, bahkan setelah kejadian mengerikan yang hampir merenggut nyawanya beberapa waktu yang lalu, ia tak jera juga.

Ulahnya sudah mulai terlihat. Dimulai dari rokok, mencari minuman beralkohol di lemari esnya dan menenggaknya tandas sambil menari nari heboh hanyut dengan kegaduhan yang ia ciptakan sendiri, menyalakan musik keras ditengah malam tak peduli walaupun mengganggu tetangga yang menggedor pintunya berkali kali lalu berakhir dengan pulang dengan sumpah serapahnya, karna Winda tak juga membukakan pintu. Hingga akhirnya, ia tertidur dilantai dengan posisi memalukan sebagai seorang wanita, itukah yang ia anggap berubah? Tak ada yang mampu merubah seorang Erwinda Skarla kecuali...

Dia-



***


Ting Tong Ting Tong...

Winda membuka matanya yang masih terasa berat. Ini masih sangat pagi, suara musik dikamarnya masih sayup sayup terdengar, serakan puntung rokok berceceran di sisinya, juga pecahan botol Wishky yang tampak kosong

" Siapa sih ah yang mengganggu sepagi ini." Keluhnya menguap lebar lalu kembali mencoba memejamkan mata dengan posisi tertelungkup di lantai.

Ting tong ting tong

" Ggrrhhhh Ganggu amat sih aaaahhh!!" Kesalnya mengacak rambut panjangnya jengah kemudian duduk dengan wajah malas bercampur kesal. Winda mengusap sisa iler di sudut bibirnya dengan punggung tangan lalu mematikan sound sistem yang dari semalam terus menyanyikan lagu lagu yang sama, ia berdiri sempoyongan persis orang gila yang baru kabur dari Rumah Sakit Jiwa dengan rambut berantakan, hotpant yang acak adul dan T shirt yang penuh noda di sana sini

OSWALD ( The Senior From The Past )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang