Terciduk

156 32 7
                                    

Dia melangkah cepat masuk kedalam ruangan itu saat Oswald baru saja keluar dari dalamnya. Ditatapnya wajah Anita yang tampak sangat menderita dengan wajah penuh lebam. Sosok itu melirik kesekitar ruang rumah sakit dimana Anita dirawat. Tampak seorang wanita berpakaian sosialita dengan blouse maroon dan blazer putih sepertiga lengan, rok span pendek diatas lutut, tas hermes senada dengan helsnya. Rambutnya dipotong rapi pendek dengan anting mutiara ditelinganya tertidur lelah di sofa pojok sana.
Sosok itupun mengulas senyum lalu melangkah mendekatinya

" Ekhm tante." Sapanya lembut

Wanita itu menarik napas, jelas terlihat ia sama sekali tidak lelap. Dilihatnya sosok pemuda berseragam SMU tampak berdiri di depannya dengan wajah yang tak asing

" Siapa ya?" Tanyanya berusaha berdiri.

" Tante Anisa kan? Masih ingat saya? Ini Derin. Teman putri tante dulu." Senyum sosok itu. Dan ya, dia memang Derin. Tapi... teman?
Apakah Derin mengenal Anita?
Wanita paruh baya itu tampak berpikir sejenak.

" Derin yang mana ya?" Tanyanya

Derin tersenyum lalu mendekati wanita itu.

" Sudahlah... tante tidak perlu mengingat Derin siapa, apa tante tidak mau menghukum penyebab Anita seperti ini?" Tanya Derin dengan sorot mata menajam

" Tante tidak tahu siapa yang harus bertanggung jawab dengan apa yang menimpa Anita. Tadi nak Oswald juga tak mengatakan apapun, dia bilang, Anita ditemukan seperti itu." Tutur wanita itu sedih

" Tapi aku tahu siapa pelakunya tante."

Deg. Apa sebenarnya yang Derin rencanakan?

Siapa dia sebenarnya?

" Namanya Erwinda Scarla, aku juga bersedia menjadi saksi jika tante bersedia." Ujar Derin.

" Erwinda?" Sorot mata wanita itu penuh dendam. Derin tersenyum dingin

" Ya, Erwinda Scarla. Apakah tante rela putri tante dianiaya dan dia masih bebas? Sebelum 24jam sebaiknya tante membuat laporan dikantor polisi atau polisi tak akan menerima laporan itu." Ujar Derin

Ibu Anisa menatap putrinya lalu melangkah ke sisinya. Ditatapnya wajah Anita yang tampak sangat menyedihkan. Air matanyapun tumpah.

" Ibu akan menghukum siapapun yang menyakitimu nak." Ucapnya mencium kening Anita lembut. Ia kemudian berbalik menatap Derin

" Terimakasih informasinya." Ujarnya

" Sama sama tante." Derin tersenyum kemudian menunduk hormat saat wanita itu keluar dari ruangan dengan ekspresi menakutkan

" Tante Anisa masih sama seperti dulu. Sangat mudah marah dan dipengaruhi. Maafkan aku Winda, aku melakukan ini agar Aritha berhenti memikirkan tentang Oswald dan semua itu berawal darimu. Jika kau dipenjara, mungkin Aritha tak akan memikirkan pria itu lagi." Ujar Derin.

Tanpa Derin sadari, sosok berjubah hitam tersenyum di balik topengnya di luar sana. Menatapnya dari balik jendela. Sosok yang mengakui dirinya sebagai takdir

" Karna takdir adalah perisai tuhan, abdi sang waktu dan tak ada siapapun yang bisa mengalahkannya. Lihatlah!! Takdir kembali ke jalannya." Senyumnya kemudian menghilang bersama angin.

OSWALD ( The Senior From The Past )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang