Melawan takdir

212 46 11
                                    

" Lo gak apa apa kan?" Tanya Winda saat mengantar gadis itu keruangan BP. Gadis itu mengangguk pelan lalu tersenyum

" Jangan khawatir Erwinda, bapak akan menindak lanjutkan kejadian ini." Sanggup guru BP didepannya. Winda tersenyum lalu mengangguk hormat.

" Kalau begitu, saya keluar dulu pak." Ucapnya yang dibalas dengan anggukan dari guru didepannya.

Winda menarik napas panjang.

" Syukurlah, mungkin dengan begini takdir akan berubah. Kalau dulu aku begitu ceroboh membawa gadis itu langsung ke kelas, sekarang aku membawanya ke ruang guru." Guman Winda kemudian menarik napas lega, keluar dari ruangan itu. Namun...
Baru saja ia menutup pintu dari luar,
Tiba tiba..

" Mmmmmhh."

Semuanya menjadi gelap setelah sapu tangan tiba tiba saja di bekabkan ke mulut dan hidungnya.

***

Winda POV

Dingin, aku merasakan seluruh tubuhku dingin. Dengan darah yang terasa hangat mengalir dari urat nadi. Aku mulai merasakan cahaya matahari yang menembus kelopak mataku, hangat dan menyilaukan.

Aku pun sadar, dengan pandangan berputar putar.. aku mencoba menangkap semua suara yang terdengar mengejek, penuh tawa dan...

" Beri lagi suntikan itu!" Teriak seseorang yang seketika membuat mataku membulat sempurna.

Takdir ini...?

" Hmmmpph." Aku mencoba berontak sebisaku. Tidak, aku tidak ingin takdir itu kembali. Aku tidak ingin merasakannya lagi. Aku menangis, berontak merasakan lilitan tali yang begitu kuat mengikat kedua tanganku pada kaki sebuah kursi. Harry dan Raynald tampak tersenyum didepanku.
Ingin berteriak tapi... mulutku tertutup plaster. Aku hanya... bisa menangis. Berharap mereka memiliki belas kasihan.

Tapi tidak,
Raynald mendekatiku lalu mulai melepas satu persatu kancing kemejaku dan...

" Lumayan." Senyumnya nakal menjelajahi tubuhku dengan mata liarnya yang brengsek itu. Aku benar benar membencinya.

" Nikmati saja Ray, aku akan menyuntikkan dosis tinggi padanya." Ujar Harry kembali membawakan suntikan itu padaku.

Aku menjerit,

Tenang Winda...
Tenang dan berpikirlah..

Aku mengedarkan pandanganku ke segala arah. Mencoba mencari celah, membiarkan ketua OSIS brengsek ini bermain main dengan ragaku. Hingga...

Aku merasakan sesuatu ditanganku yang terikat ke kursi. Kursi yang bersandar pada sebuah lemari tua. Dengan tekad kuat, aku mencoba menggapai sesuatu itu. Mungkin ini bisa membantuku, tapi...

" Kau mau apa?" Dia kembali mendorongku, menekan tubuhku ke kursi itu. Dan...

" Plash." Sebuah tamparan keras membuat pandangan Winda kembali gelap.

***


Apa aku tidak bisa merubah takdir?

OSWALD ( The Senior From The Past )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang