Sebuah Kotak Misteri

190 37 8
                                    

" Kalian mau kemana?" Tanya Derin menarik lengan kekasihnya saat hendak memasuki mobil Winda.

" Em itu der, kita mau belajar bersama. Tadi ada tugas dari guru kan jadi ya kita akan belajar kelompok." Ujar Winda dusta

" Guru siapa, perasaan kan gak ada tugas?" Derin menggaruk tengguknya bingung

" Itu der,, guru matematika tadi kan.. oh itu guru bahasa inggris ngasih kita tugas rahasia, lo tau kan kita berdua agak agak low di pelajaran bahasa." Imbuh Aritha

" Oh begitu, trus bagaimana acara nonton kita nanti?" Tanya pemuda itu kecewa

" Ya.. maaf ya, hari ini saja batal." Ujar Aritha menyatukan tangannya membentuk permohonan maaf.

" Baiklah, hati hati di jalan ya. Oia win jangan lo yang mengemudi, mending Aritha aja." Ujar Derin pada Winda yang langsung manyun

" Yee onta! Emang kenapa?" Cibirnya

" Yang ada lo nabrak tiang listrik entar gara gara teler, kan kasian tiangnya." Tawa pemuda itu lalu mengusap rambut Aritha lembut sebelum melangkah pergi.

Itulah yang aku suka darinya..
Tak pernah banyak bertanya dan selalu menuruti apa mauku
Derin, meskipun aku tak mencintainya sebesar aku mencintai Oswald
Tapi... dia tetap kekasihku ( Batin Aritha )

" Rith ayooo... nunggu ayam ngelahirin lo!!" Teriak Winda menyentakkan lamunannya, tanpa sadar temannya itu sudah berada dibelakang bangku kemudi.

Dan hari itu, perjalanan yang sebenarnya dimulai

" Lo sudah siap kan?" Tanya Winda saat sahabatnya itu memasuki pintu mobil dan duduk disisinya.

" Tentu, bertahun tahun aku ingin bertemu dengannya dan sekarang, aku pasti akan membuatnya terkesan." Jawab Aritha memegang tangan Winda penuh keyakinan.

Winda tersenyum senang kemudian memutar kunci mobilnya dan mobil itupun melaju. Tapi jauh dalam hatinya, sebenarnya tak sepenuhnya gadis itu tersenyum

Selalu ada bagian daru dirinya yang menjerit

Saat ini berakhir, saat Oswald selamat...
Maka itu artinya aku harus mengucapkan selamat tinggal pada semuanya
Bukan karna aku tak rela, aku benar benar sudah siap
Kematian bukan hal yang berarti jika itu demi Senior
Aku hanya berpikir, apakah ada yang akan menangisiku?

" Win lo baik baik saja kan?" Tanya Aritha melihat air mata Winda meleleh turun

Erwinda menoleh dengan penuh senyum

" Im fine." Jawabnya

***


Dia melangkah dikoridor itu dengan jaket hitam yang kontras dengan kulit putihnya, rambut hitam pekat dan tinggi yang sempurna, beberapa mata tampak mencuri pandang dan sebagian laginya menyapanya dengan tatapan menggoda. Sesekali dia melirik arloji di lengannya yang menunjukkan angka 12:41 siang. Senyum mengembang di bibir tipisnya saat melihat ruang guru sudah berada didepannya. Ia menghentikan langkah lalu mengetuk pelan.

" Masuk!" Tegas suara dari dalam

" Klek." Pintupun terbuka

" Waw si jenius!! Masuk masuk, kemarilah Oswald!!" Seru guru berbadan gempal itu berdiri menyambutnya senang

Ya, sosok itu tak lain adalah Oswal dimasa SMA, Oswald dengan wujud yang sama dengan hantu sang senior. Lebih tinggi, lebih manis dan tentunya dia terlihat lebih mempesona.

" Ada apa Mr?" Tanya Oswald ramah

" Selamat nak, kamu terpilih untuk mendapatkan biaya siswa khusus ke Oxford. Aku sangat bangga padamu dan pasti, semua teman temanmupun begitu." Senyumnya mengulurkan tangan. Oswald tersenyum senang mendengar kabar itu, ia menyambut uluran tangan gurunya yang kemudian berdiri lalu memeluknya hangat seraya menepuk pundaknya

OSWALD ( The Senior From The Past )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang