Cinta Sejati

209 44 19
                                    

First Kiss

" Mobil yang gw tumpangi mengalami kecelakaan. Gw dinyatakan meninggal malam itu dan saat di detik kematian, gw membuat permohonan agar takdir memberikan gw kesempatan kedua untuk hidup. Dan sebaliknya, disana.. Oswald membuat permohonan bahwa dia ingin mati. Ritha gw tahu ini salah gw dan ini gak masuk akal bagi lo tapi gw mohon, percaya pada gw kali ini saja. Karna gak ada satupun orang di dunia ini yang rela berbohong demi menyerahkan nyawanya. Di masa depan kita begitu akrab, dan itulah yang membuat gw yakin, lo pasti mau mendengarkan kan?"

Semua cerita Winda di sekolah tadi benar benar membuat Aritha tak bisa memejamkan mata

" Sejak kecelakaan itu, dia mengalami koma... dia tidak hidup dan juga tidak mati, gw pengen banget mengembalikan kehidupan ini padanya. Aritha, gw bener bener ingin Oswald kembali. Lo mau kan bantu gw? Karna gw tahu, lo sangat mencintainya bahkan sampai di masa depan."

Aritha kembali menarik napas panjang. Gadis berambut panjang itu kemudian duduk bersila diatas ranjangnya. Apakah dia harus percaya?

" Apa gadis itu sudah gila? Tapi air matanya? Dan jika itu benar, artinya Oswald dalam bahaya?" Gumamnya pelan. Ia kemudian turun dari ranjang, meraih fotonya bersama Oswald di meja saat kenaikan kelas.

" Apa aku harus percaya padanya?" Tanyanya

Beberapa detik suasana terasa begitu sepi, Aritha mendengar suara gemuruh di luar sana, angin lembut menggoyang goyangkan jendela bersama tirai yang beterbangan seolah olah akan turun hujan. Ia meletakkan foto itu kemudian melangkah pelan menuju balkonnya, menghirup udara segar yang serasa begitu damai. Langit sebelum turun hujan begitu tenang baginya. Beberapa menit, Aritha terpejam. Hingga akhirnya...

Hangat

Seolah udara dingin itu berganti menjadi kehangatan yang biasa terjadi di siang hari. Aritha berusaha membuka matanya, tapi ia tak bisa.

" Rith, Arithaaa! Aritha!" Teriak sebuah suara menepuk pundaknya

Siapa ini? Kenapa ada orang yang menyapaku?
Bukankah aku sedang berada di kamar? - Batin Aritha

Dejavu

Perlahan, kelopak matanya terbuka. Aritha melangkah mundur karna shock saat mendapati dirinya berada di pintu kantin sekolah dengan seragamnya. Wajahnya berubah pucat melihat siswa siswi yang tampak lalu lalang didepannya.

" Kamu baik baik saja kan Rith?" Tanya Nadia temannya yang sejak tadi memanggilnya. Dengan ekspresi shock, Aritha mengangguk. Tatapannya terarah pada Winda yang tampak duduk dengan Naomi di meja sana. Ia ingin melangkah mendekati mereka. Tapi... langkahnya tertahan saat melihat Oswald tampak berjalan ke arah yang sama dan duduk diantara mereka berdua.

" Sabar ya Rith." Nadia mengusap punggung Aritha lembut, ia mengerti, Aritha pasti sakit hati, hanya saja ia terlalu baik untuk marah. Aritha hanya bisa melihat Oswald berdiri dari duduknya lalu melangkah ke arah kasir kantin.

" Ya Tuhan, Oswaaalld!!" Teriak Winda membuat Aritha memperhatikan Oswald. Dan benar saja, sebuah kayu penyangga yang tampak patah diatas Oswald meruncing ke arahnya, siap menjatuhi pemuda 17 tahun itu dan mengakhiri hidupnya.
Tanpa berpikir panjang, Aritha berlari kesana

Aku tahu, cintaku tanpa nama
Aku tahu, cintaku tanpa pengakuan
Aku tahu, cintaku tak terucap
Tapi aku mencintainya melebihi siapapun di dunia ini. Bahkan melebihi takdir!"

Oswald berbalik menatap Aritha yang memeluknya erat. Dan...

" I love you." Ujarnya sebelum...

" Bruk." Kayu itu menjatuhi mereka berdua. Ya, itulah gambaran takdir pertama yang terjadi.
Aritha adalah orang yang memeluk Oswald membiarkan kepalanya remuk terhantam kayu yang sebagian menusuk tubuhnya itu.

OSWALD ( The Senior From The Past )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang