Ending

380 43 24
                                    

~ Cinta

3 tahun kemudian...

Gaun yang ia kenakan menyapu tanah, bola mata jernihnya masih  basah. Menyiratkan duka dan sesal yang berbaur menjadi satu. Perlahan, ia melangkah menyusuri setiap jengkal rumput hijau yang tertata rapi menghiasi beberapa tempat terakhir kenangan yang terkubur dalam kata selamanya.
Kemudian, langkahnya terhenti di hadapan sebuah nisan. Seikat bunga mawar merah yang tertata begitu cantik ia letakkan di depan nisan itu, entah ke berapa kalinya, ia meneteskan air mata.

" Maaf." Ujarnya kemudian bersimpuh. Terduduk penuh sesal dengan kepedihan yang mendalam.

" Maafkan aku." Ulangnya sesenggukan.

Sementara di lain tempat...

Jejak langlahnya membaur bersama gema lantai yang memenuhi ruang bernuansa putih itu. Senyumnya begitu indah menyapa setiap warga rumah sakit yang juga terpukau menatap kehadirannya.

" Hei, Dokter Azka memanggil anda!" Tukas sebuah suara memanggilnya.
Gadis itu langsung melangkah cepat menyusuri lorong setelah mendengar panggilan itu. Sesekali ia melirik arlojinya kemudian mengeluh

" Ouch aku terlambat. Dia akan memotong motongku." Keluhnya panik. Dengan terampil ia mencepol rambut panjang halusnya asal lalu segera memasuki ruang ganti. Namun...
Saat hampir membuka kancing blousenya, tiba tiba...

" Halo suster Winda." Sapa seorang pria seraya memeluknya dari belakang

" Astaga!!"

Benar, itu adalah Winda 3 tahun kemudian.
Ia segera mengancingi blousenya, lalu berbalik dan menatap sosok di belakangnya dengan raut kesal.

Ya, Winda masih hidup.
Waktu dan takdir memberinya waktu
Tapi siapa yang menyelamatkannya waktu itu? Itu masih menjadi misteri

" Kau? Sudah kubilang kan jangan menyelinap lagi ke ruang ganti dasar mesum!" Ujar Winda dengan wajah merona

" Mesum? Tapi bukannya kamu cinta?" Goda pemuda itu lalu mengangkat dagunya dan mendekat. Menyatukan napas mereka. Membuat Winda terhenyak dan melupakan segalanya lalu... perlahan, mereka hanyut dalam ciuman singkat yang mesra.

Hingga...

Tok tok tok

" Senior lepaskan aku!" Ujar Winda saat kekasihnya itu tak mau melepaskan pinggangnya.

" Raditiya Oswald, ayolah... aku akan di telan hidup hidup oleh dokter itu." Senyum Winda manis.

Dan satu misteri lagi.
Oswald juga ada di masa depan?

" Aku merindukanmu Winda. Kau tidak ada waktu denganku, aku takut kau akan melupakanku dan mulai menyukai dokter itu. Kau pasti tau kan dokter amerika itu sebenarnya menyukaimu." Bisik Oswald semakin memeluk Winda erat

" Sayang, aku tidak akan mungkin melupakanmu seumur hidupku. Dokter itu tidak ada bandingannya denganmu." Balas Winda lalu mengecup pipi Oswald sekilas.

Tok tok tok

" Suster Winda!!!" Teriak suara di luar

" Senior pleasee!!" Winda membelai lembut pipi putih Oswald.

" Oke dengan satu syarat." Ujar Oswald memainkan mata

" Apa?"

" Datanglah kerumahku nanti sore." Pintanya. Winda terdiam beberapa detik

Bukannya aku tak mau ke rumahnya. Tapi... ~ Batin Winda

" Winda?" Oswald membelai sisa anak rambut Winda yang menggantung di sisi wajahnya.

OSWALD ( The Senior From The Past )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang