Menantang kematian

209 37 4
                                    

" Windaaaa!!!" Suara teriakan itu menggema sebelum seseorang memeluk dan mendorongnya kesisi jalan.

" Bruukk." Dan tubuhnyapun terpelanting menggantikannya lalu ambruk kejalan bersimbah darah

Takdir yang dimulai darimu...
Akan selalu bermuara padamu

Winda menatap sosok berjubah itu yang seakan tersenyum lalu menghilang berbaur bersama bau kematian yang seketika menguar kuat. Dan yang tertinggal hanyalah...

" Oswaaaallllddd!!" Teriak Winda berlari menggapai tubuh yang menggelepar itu. Ya, Oswald lagi lagi meregang nyawa demi dirinya. Darah segar terbatuk dari mulutnya, mengalir dari hidung dan telinga, desah napasnya semakin sesak terdengar. Winda memeluknya erat, menangis, menjerit meminta pertolongan.

" A..ku men..cinta..imu." Ujarnya sebelum akhirnya menutup mata.

" Gak... gak... Oswalldd.. tolooongg!!!" Teriak Winda. Dipeluknya Oswald dengan isak tangis kesedihan yang mendalam. Dalam beberapa detik saja, tempat itu sudah dikerumuni warga.

" Win, Winda... ayo kita bawa Oswald ke Rumah Sakit!" Ajak Aritha yang baru turun dari mobilnya dengan wajah tak kalah cemas. Tapi,
Winda menatapnya dengan gelengan dan kesedihan yang mendalam.
Lalu dengan suara berat, dia berkata

" Dia sudah meninggal." Windapun kembali larut dalam tangisnya memeluk raga Oswald yang sudah tak bernyawa lagi. Aritha terduduk disisinya, menangis menatap wajah pujaannya.

Harus berapa kali lagi
Kau merasakan sakit ini Senior...
Harus berapa kali lagi kebodohanku merenggut nyawamu

Tuhaaann...
Selamatkan dia dari takdir ini.

Rasanya begitu menyakitkan, sangat menyakitkan
Kenapa sesakit ini melihatnya mati berkali kali?
Kenapa rasanya sangat menyakitkan
Aaarrkk

Jiwa Winda seolah menjerit merasakan sakit hatinya. Dia tak mau melepas jasad Oswald yang benar benar sangat dicintainya. Melihat Oswald berkali kali meninggal demi menyelamatkannya benar benar membuat Winda merasa semakin terluka. Hingga...

" Menyerahlah!" Sebuah suara membuatnya mengangkat wajah. Winda tercekat menatap kesekitarnya. Segalanya berubah menjadi gelap, tak ada suara, tak ada bunyi apapun dan tak ada orang lain selain dia dan jasad Oswald. Perlahan, dia mendengar suara detak Jam dinding yang terdengar begitu keras lalu gadis itu melirik Arlojinya yang kembali bergerak, sudah setengah lingkaran untuk kembali mencapai angka 10. Tapi takdir selalu bisa mengalahkannya.

" Menyerahlah. Atau dia akan selalu seperti ini. Erwinda Scarla." Sosok itu samar samar mulai terlihat jelas dihadapannya. Sosok bertudung hitam yang sama. Yang seolah tersenyum disetiap kegagalan usahanya.

" Aku tidak akan menyerah." Jawab Winda memeluk Oswald semakin erat.

" Dia akan hidup. Dia pasti akan hidup dan dia harus hidup!" Ujarnya lagi.

" Dengan mati berkali kali? Hahaha kau membuatnya menderita Erwinda Scarla. Tak ada yang lebih dia inginkan selain kematian saat ini. Rasa sakit itu akan selalu dia rasakan, berkali kali... setiap waktu mengalahkanmu." Ujarnya.

Winda menatap wajah Oswaldnya yang terpejam damai. Dia menggeleng, air matanya kembali jatuh

" Aku tidak akan menyerah. Tidak akan pernah. Tolong berikan lagi aku waktu. Jamku belum berhenti dan kesempatan itu masih ada kan? Aku harus membuatnya tetap bernapas setidaknya untuk merasakan kebahagiaan." Winda mengusap darah dari bibir Oswald penuh perhatian

" Jika itu keinginanmu, kau bisa meminta kehidupannya kembali dan berusaha lagi bertukar tempat dengan waktu. Tapi satu saranku... kau pasti akan kalah."

OSWALD ( The Senior From The Past )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang