Wajah Sang Takdir
Winda segera menatap Arloji di tangannya, dia gemetar. Ada retakan di jam itu, tapi jarum jamnya tidak berdetak.
Apa yang terjadi? Apa yang sebenarnya terjadi?
Apakah takdir benar benar memiliki wajah?" Jamnya.. jamnya retak!" Ujar Winda gemetar. Aritha langsung meraih pergelangan tangan winda dan melihatnya
" Kau benar, apa yang terjadi?" Tanya Aritha. Mereka saling menatap bingung. Hingga...
" Apa itu Artinya... jika kita bisa melawan semua maut yang dikirimkan takdir maka perlahan lahan belenggunya akan hancur?" Ujar Oswald setelah kembali usai mengantar gurunya
Winda berpikir sejenak, ia kembali menatap arlojinya.
" Winda, kenapa tadi kau terlihat sangat ketakutan?" Tanya Aritha mengusap punggungnya.
Hening, Winda tak menjawab. Dia hanya terus menatap lekat Arlojinya
" Win?" Oswald memegang lengannya. Menutupi Arloji itu dan membuatnya tersentak
" Eh iya. Ada apa?" Tanya Winda pucat. Dia masih ingat dengan jelas sorot mata takdir itu, tatapannya yang mengerikan dan merah bagai darah. Mungkinkah takdir memang memiliki wajah? Kenapa rasanya hatinya ragu.
" Winda?" Oswald kembali menggoyahkan lamunnya.
" Ma..af aku..." Winda tertahan. Haruskah dia mengatakan semuanya?
Tapi bagaimana kalau ini hanya akan menambah beban pikiran saja.
" Win kamu baik baik saja kan?" Tanya Aritha cemas.
Winda menarik napas panjang, ia lalu berdiri dari duduknya dan menatap sahabatnya itu getir
Lagipula setelah ini aku akan mati kan..
Kenapa tidak aku mulai melepasnya dari sekarang
Dan memberi mereka kesempatanAku akan memiliki banyak waktu untuk mengetahui lebih banyak
Apakah takdir, benar benar memiliki Wajah!" Senior, Lo bisa kan nganter Aritha pulang? Soalnya gw ada urusan mendesak." Ujarnya kemudian.
" Gw ikut lo pulang aja. Kan kita searah, lagian ini sudah mau malem juga." Aritha berdiri menjajari sahabatnya. Winda tersenyum menatap Aritha
" Kali ini aja, gw benar benar harus ke arah lain. Biar Senior yang nganterin lo ya." Ujarnya memainkan mata lalu segera beranjak setelah meraih tasnya.
" Win...! Windaa!!" Teriak Aritha hendak mengejar, sebelum...
Jantungnya seakan berdebar lebih cepat saat merasakan genggaman hangat tangan seseorang di lengannya. Dia langsung berbalik menatap Oswald yang tersenyum menunjuk ke arah parkir.
" Kalau kau mau aku akan mengantarmu. Aku masih hafal rumahmu jika kau belum pindah rumah. Tapi..."
" Tapi...?" Aritha benar benar panas dingin hanya dengan menatap senyum dari sosok didepannya
" Aku hanya punya sepeda kayuh untuk membawamu dan aku tahu kau pasti tidak terbiasa dengan itu." Oswald menunjuk ke arah sepeda kayuh tua yang masih terparkir rapi di parkiran
" AKU MAU KOK!!" Seru Aritha penuh semangat, membuat Oswald tersenyum
" Eh maksudku.. it..u anu.. aku.. mau kok, kan enak adem angin angin gitu." Ujarnya kemudian.
" Baiklah ayo!!" Oswald memulai langkahnya yang membuat Aritha meloncat loncat kegirangan dibelakangnya. Bahkan dia sama sekali lupa tentang Derin.
KAMU SEDANG MEMBACA
OSWALD ( The Senior From The Past )
Horror( The Senior Who come from the past ) Hidup Winda berubah setelah ia mengalami kecelakaan tragis yang menewaskan banyak korban dan bersumpah akan merubah semua kebiasaan buruknya asalkan diberi kesempatan untuk hidup. Tapi yang namanya Winda, tak ak...