Twist

260 51 17
                                    

Bagai daun kering yang tiba tiba jatuh tertiup angin..
Patah, lalu berbaur bersama debu

Winda melangkah lunglai memasuki rumahnya, tangannya menggenggam erat lengan Oswald seolah olah enggan berpisah.

" Winda aku mohon. Satu keinginan saja." Pinta pemuda itu sekali lagi.

" Tidak, jika gw penuhi lalu apa? Lo mau pergi hah? Enak amat! Ogah! Pokoknya gak!" Tolak gadis itu dengan mata yang sudah membengkak, ia berbalik menatap Oswald getir.

" Gw gak akan pernah lepasin lo! Sekalipun lo dan gw beda alam. Titik!" Tekannya sekali lagi

" Winda, aku ingin pergi dengan tenang." Ujar pemuda itu lembut

" Tapi gw gak mau lo pergiii!! Lo ngerti gak sih? Gw sayang sama lo!" Teriak gadis itu frustasi.

" Winda...

" Diem lo! Gw gak mau denger apapun lagi!" Sorot mata Winda menajam, wajahnya kemudian memerah. Ia kembali terduduk lalu menangis di hadapan Oswald.

" Winda." Pemuda itu membelai pundak Winda lembut lalu menghapus air matanya.

" Gw gak mau denger. Sekalipun gw harus ngadepin malaikat. Kalau perlu siniin malaikatnya, gw gak takut, gw gak mau lo pergi, gw gak mau nyawa lo, gw gak mau hidup, ambil ni nyawa! Gw gak butuh!" Teriak Winda

" Gw gak mau lo mati." Tangisnya kemudian kembali memeluk Oswald.

" Dengarkan aku dulu." Bisik pemuda itu lembut

" Gak mau."

" Win..

" Ssshh diam!"

Winda menggeleng meremas pundaknya. Ia benar benar enggan melepaskan sosok Oswald

***

Sementara itu dilain tempat...

Tap tap tap ( Suara langkah )

" Dreeet " Bunyi pintu didorong.

Bau obat seketika menyeruak menembus hidungnya yang saat itu masih mengenakan masker, bola matanya kembali memerah menatap seonggok tubuh yang terbujur dipenuhi selang penyambung nyawa yang menjadi satu satunya alasan dia disebut hidup. Air matanya akhirnya meleleh turun juga. Sejenak, ia menatap sosok yang tampak setia menemani tubuh itu disisinya, sosok pemuda dengan rambut pirang yang khas, kulit yang putih cerah dan wajah yang mirip dengan tubuh yang ia temani.

Aritha ingat, sosok itu pernah ia lihat waktu ia masih SMP dulu. Tak salah lagi, sosok itu adalah pemuda yang selalu menelfon Oswald waktu di kantin bersama Aritha dulu. Ya, gadis bermasker itu tak lain adalah Aritha, sementara sosok itu adalah...

" Oswald?" Gadis itu seakan tak mampu melangkah lebih jauh.

Benar, raga Oswald

Akhirnya, aku menemukanmu...
Tapi kenapa, harus...
Seperti ini?

Pemuda disisinya berdiri melihat kedatangan Aritha. Ia tampak dari kalangan atas, mengenakan seragam dari SMU terkenal dan Elit " Damithi High School". Ia meletakkan tangannya di dalam saku lalu melangkah mendekati Aritha dengan tatapan dingin yang juga Oswald miliki.

" Teman Oswald?" Tanyanya seolah ragu. Aritha mengangguk pelan

" B..agaimana keadaan Oswald?" Tanyanya gemetar.

" Tidak hidup dan juga tidak mati, mendekati kematian karna sepertinya dia tidak memiliki alasan untuk bernapas, tapi aku heran, untuk 3 minggu dia koma. Baru kali ini ada seseorang yang menjenguk dan mengaku temannya. Itu kedengaran aneh!" Ujarnya dingin

OSWALD ( The Senior From The Past )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang