Part 12

2.1K 121 9
                                    

Melody merasa badannya tidak enak. Sedari tadi ia tidak beranjak dari tempat tidur. Farish masuk kamar dengan membawa nampan berisi makanan dan obat untuk Melody. Farish meletakkan nampan di nakas samping tempat tidur lalu ia duduk di tepi ranjang.

"Anak-anak udah pada makan?"tanya Melody pada Farish.

"Udah kok, habis makan langsung aku suruh masuk kamar. Mereka nanyain kamu. Aku jawab kamu udah tidur karna kecapek'an."jelas Farish.

Melody tidak ingin anak-anaknya tau kalau dia sedang tidak enak badan. Dia tidak ingin membuat mereka khawatir.

Farish meletakkan punggung tangannya di dahi Melody. Membuat Farish menghembuskan nafas kasar. Ia mengambil piring berisi makanan, berniat untuk menyuapi Melody.

"Kamu makan dulu ya. Abis itu minum obat."ucap Farish pada Melody.

"Rish, tadi aku bicara sama Frieska."ucap Melody di sela-sela Farish menyuapinya.
"Frieska pengen Viny tinggal sama dia."lanjut Melody.

Farish langsung menoleh ke arah Melody.
"Kamu ngijinin?"tanya Farish.

Melody menganggukkan kepalanya perlahan.
"Aku janji sama dia akan bawa Viny ke rumahnya."

Farish terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Kamu serius Mel?"
Melody mengangguk.

"Aku tau kamu Mel, gak mungkin kamu akan nyerahin Viny gitu aja. Terus gimana sama Veranda dan Shania, mereka pasti gak akan mau Viny pergi."

"Seperti yang kamu bilang kan. Kalau aku harus ngerti'in perasaan Frieska."jawab Melody
Farish tidak tau lagi harus berkata apa. Ia menatap Melody sendu.

Setelah selesai, Farish menyuruh Melody untuk istirahat sedangkan Farish akan turun untuk mengembalikan nampan ke dapur. Saat akan kembali ke kamar, ia berpapasan dengan Viny di ruang tengah.

"Viny, kok belum tidur?"tanya Farish.

"Viny mau liat Mama Pa."

Viny tidak bisa tidur, sedari tadi ia memikirkan Mamanya. Sikap Mamanya yang berbeda dari biasanya membuat Viny khawatir.

"Mama baik-baik aja sayang, dia juga udah tidur. Kamu tidur gih, ini kan udah malem. Gak baik juga buat kesehatan kamu."ucap Farish sambil mengusap puncak kepala Viny.

Viny terlihat menghela nafas panjang lalu mengangguk menuruti ucapan Papanya. Viny berjalan gontai menuju kamarnya. Farish menatap punggung Viny dari belakang. Ia tau Viny pasti mengkhawatirkan Melody.

Keesokan paginya, Melody sudah terlihat menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Veranda terlebih dahulu turun dari kamarnya dan menghampiri Melody di ruang makan.

"Pagi Ma..,,"sapa Veranda sambil mengecup singkat pipi Melody.
'Panas'
"Mama sakit?"tanya Veranda sambil menempelkan punggung tangannya ke dahi dan leher Melody. Veranda juga melihat wajah Melody yang sedikit pucat.

"Gak Kak, Mama cuma kecapek'an."jawab Melody sambil tersenyum.

"Tapi badan Mama panas, wajah Mama juga pucet."ucap Veranda khawatir. Farish, Shania, dan Viny berjalan menuruni anak tangga menuju ruang makan. Mereka juga mendengar pembicaraan Mama dan Kakaknya.

"Mama kenapa?"tanya Shania setelah berada di samping Mamanya.

"Mama gapapa sayang. Udah ah, mending sekarang kalian sarapan, nanti telat."ucap Melody sambil tersenyum. Dia tidak ingin membuat yang lain khawatir.

Viny terdiam memperhatikan Mamanya. Dia tau Mamanya memang sedang sakit. Tapi Mama tidak mau jujur.

"Dek?"panggil Veranda yang duduk di sebelah Viny. Viny menoleh ke arah Kakaknya.

KARNA KITA SAUDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang