Hari terus berganti hari. Semua berjalan seperti biasanya. Tapi tidak bagi Viny. Ia merasa ada yang aneh dengan Mamanya.
Melody yang terlihat sibuk akhir-akhir ini, membuat Viny jarang memiliki waktu untuk sekedar bermanja-manja dengan Melody.
Entah itu hanya perasaan Viny saja atau memang Melody sedikit menjaga jarak dengan Viny.Seperti kemarin saat Viny menghubungi Melody untuk menjemputnya di sekolah. Biasanya Melody akan langsung datang menjemput. Tapi kemarin yang menjemput bukan Melody, melainkan sopir keluarganya.
'Apa Mama marah sama aku.'batin Viny.
Viny juga terlihat jarang bersama Shania sang Kakak. Mungkin lebih tepatnya Shania yang setiap hari berangkat dan pulang sekolah selalu bersama Agam.
Hufftt
Terdengar helaan nafas dari mulut Viny. Memikirkan hal itu membuat dadanya sedikit nyeri. Ia baru ingat hari ini adalah jadwalnya untuk chek up.
'Apa Mama mau nganterin.'batin Viny.
'Sama Kak Ve aja deh.'Viny mengeluarkan ponselnya lalu mengetikkan sesuatu untuk Veranda. Setelah selesai ia memasukkan kembali ponselnya ke saku seragamnya. Viny menatap lapangan basket dari depan kelasnya. Terlihat siswa-siswi sedang berlatih di sana. Lidya juga ikut berlatih. Hanya dirinya yang sudah tidak diperbolehkan untuk ikut karna kondisi kesehatannya. Viny tersenyum tipis melihat teman-temannya bermain basket tanpa dirinya. Lidya terlihat melambaikan tangan ke arah Viny. Viny yang melihat itu langsung tersenyum lebar ke arah Lidya. Ia balas melambaikan tangan kepada Lidya.
"Semangat om!!"teriak Viny menyemangati Lidya.Viny menghampiri Lidya yang tengah duduk di pinggir lapangan.
"Lid."panggil Viny.
Lidya yang tengah mengelap keringatnya dengan handuk langsung menoleh ke arah Viny. Viny mengambil posisi duduk si sebelah Lidya."Capek banget ya Lid?"tanya Viny.
"Lumayan."jawab Lidya.
"Tim kita jadi agak kurang gara-gara kehilangan satu pionirnya."lanjut Lidya."Kalo boleh, gue pengen banget bisa main."ucap Viny.
"No. Gue gak akan ngijinin loe ikut. Loe tenang aja, tim kita bakal berusaha buat kompetisi nanti."
"Gue percaya sama kalian." Ucap Viny tersenyum manis.
Dari kejauhan Viny melihat Shania dan Agam berjalan dengan diselingi canda oleh keduanya. Viny terus menatap mereka berdua.
Lidya yang berada di sampingnya terheran dengan Viny yang seperti sedang memperhatikan sesuatu. Lidya mengikuti arah pandang Viny."Mereka kelihatan bareng terus ya. Sebagian juga bilang kalau mereka pacaran."ucap Lidya.
Viny yang tersadar langsung mengalihkan perhatiannya ke arah lain."Loe suka sama Kak Agam"?tanya Lidya.
"Hah? Maksudnya?"Viny kaget dengan pertanyaan Lidya.
"Kelihatan Vin. Dan loe pasti jealous kan liat mereka?"
"Apaan sih ngaco'."elak Viny.
"Yee gue kan ngomong kenyataan."
"Sok tau loe."kesal Viny.
Viny terdiam. Ia mencerna ucapan Lidya tadi. Apa benar dia suka pada Kak Agam? Apa dia cemburu melihatnya bersama orang lain?
~
Veranda sudah menunggu Viny di halaman parkir sekolah. Seperti yang diberitahukan Viny tadi bahwa hari ini Viny akan chek up. Ia meminta Veranda untuk menemani.
Viny berlari menghampiri mobil Veranda, nafasnya terlihat terengah-engah akibat ia berlari.
Veranda yang melihat itu langsung keluar dari dalam mobil.
"Kenapa pake lari-lari sih."ucap Veranda sambil memberikan air mineral pada Viny.
Viny menerima lalu meminumnya sedikit.
"Biar Kakak gak kelamaan nunggu."jawab Viny masih dengan nafas yang belum stabil. Terlihat peluh menetes di dahi Viny.
Veranda langsung membawa Viny untuk masuk mobil.
"Lain kali gak usah lari-lari . Kamu jadi susah nafas kan."ucap Veranda khawatir, ia mengelap peluh di dahi Viny. Viny hanya diam, berusaha menetralkan nafasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARNA KITA SAUDARA
FanfictionTentang lika-liku kehidupan sebuah keluarga. Tentang berartinya keberadaan seseorang. Dan tentang sakitnya arti kehilangan., . . . . .