Mobil Veranda berhenti tepat di halaman sekolah Shania dan Viny. Hari ini adalah hari pertama Shania mulai bersekolah, setelah sekian lama pendidikannya harus terhenti karna kondisinya. Akibat kejadian beberapa waktu lalu tidak hanya kondisi fisiknya yang terluka, psikis Shania pun juga ikut terpengaruh. Shania lebih banyak diam, bahkan dia lebih sering menyendiri dan melamun. Tak jarang Kakak dan juga adiknya mengajak Shania untuk sekedar menceritakan apa yang mengganggu pikiran Shania, walaupun sebenarnya mereka sudah tau apa yang di pikirkan oleh Shania.
Hidup bergantung dengan alat bantu tentu hal yang tidak di inginkan semua orang. Begitu juga dengan Shania. Kondisi kakinya belum juga menunjukkan kemajuan. Semua terapi sudah rutin ia jalani, tapi semua tidak membuahkan hasil. Sampai akhirnya Shania putus asa dengan kondisinya. Mengharuskannya menggunakan alat bantu untuk bisa melakukan aktifitasnya.
Kedua orang tua Shania tak henti-hentinya berupaya agar anaknya bisa kembali normal. Bahkan mereka sempat berencana membawa Shania menjalani terapi di luar negeri. Akan tetapi Shania menolak. Baginya apapun yang mereka lakukan tidak akan merubah keadaan, karna ia akan tetap seperti itu.
Veranda keluar terlebih dulu lalu mengambil kursi roda yang ia letakkan di bagasi mobil. Sedangkan Viny membuka pintu mobil untuk Shania dan membantunya duduk di kursi roda.
"Kalian masuk gih, Kakak mau langsung ke kampus, nanti Kakak yang jemput kalian." ucap Veranda pada Viny dan Shania.
"Kakak hati-hati ya." ucap Viny yang di jawab anggukan oleh Veranda.
Veranda menatap kedua adiknya yang akan berjalan masuk menuju kelas mereka.
Shania terlihat menjalankan kursi rodanya sendiri.
"Viny bantu ya Kak." ucap Viny seraya mendorong perlahan kursi roda Shania."Gak usah, aku bisa sendiri." tolak Shania, membuat Viny mengurungkan niatnya untuk membantu sang Kakak. Viny menatap Shania yang berjalan lebih dulu di depannya. Viny hanya menghembuskan nafas melihat sikap sang Kakak. Perlahan Viny berjalan masuk mengikuti Shania.
Veranda sedari tadi memandang Shania dan Viny dari dalam mobil. Ia pun mengerti, Shania yang sekarang kembali bersikap dingin. Shania bahkan selalu menolak saat kedua orang tuanya ataupun saudaranya ingin membantunya. Terkadang Veranda kasihan melihat adiknya seperti itu. Sebagai seorang Kakak, ia ingin melihat senyum di wajah sang adik. Bukan wajah putus asa yang selalu di tunjukkan oleh adiknya. Veranda hanya ingin meyakinkan Shania bahwa ia tidak sendiri, masih ada kedua orang tua dan juga saudaranya yang akan selalu ada untuk Shania.
'Kenapa kamu jadi gini dek.' batin Veranda dengan masih terus menatap kedua adiknya yang perlahan menghilang dari pandangannya.
Setelah kedua adiknya tak terlihat, ia segera menjalankan mobilnya meninggalkan halaman sekolah.Shania berjalan menyusuri koridor sekolah. Banyak pasang mata yang melihatnya sambil sesekali mereka berbisik. Shania tau, mereka semua pasti sedang membicarakan dirinya. Shania lebih memilih untuk tidak memperdulikan siswa siswi tersebut, ia terus menjalankan kursi rodanya menuju kelas.
Viny tiba di kelas setelah Shania.
"Vin, itu Kakak loe?" tanya salah seorang siswi saat Viny akan masuk ke dalam kelas. Membuat Viny menghentikan langkahnya.
"Iya, kenapa?""Gapapa sih, gue cuma prihatin liat kondisi dia sekarang." ucap siswi tersebut yang tentu saja dapat didengar oleh Shania. Karna mereka mengobrol di ambang pintu.
Viny sempat melirik ke arah Shania yang sudah menepati meja belajarnya.
"Gue masuk ya." ucap Viny tanpa menanggapi ucapan siswi itu tentang Kakaknya. Viny duduk di sebelah Shania, ia menatap sang Kakak yang terlihat sibuk dengan ponselnya. Sejak tadi pagi ia maupun sang kakak terlihat seperti orang asing yang baru kenal. Lebih tepatnya Shania yang tidak banyak bicara saat Viny berbicara padanya. Mungkin bukan hanya pagi ini. Hari-hari sebelumnya pun Shania juga seperti itu. Diam, menyendiri, melamun, bicara seperlunya, dan menjawab seadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
KARNA KITA SAUDARA
FanfictionTentang lika-liku kehidupan sebuah keluarga. Tentang berartinya keberadaan seseorang. Dan tentang sakitnya arti kehilangan., . . . . .