Veranda duduk bersandar di tempat tidurnya. Sudah tiga hari ia sakit, dan selama itu pula ia hanya berbaring di tempat tidur. Sebenarnya Dokter manyarankan Veranda untuk dirawat di rumah sakit. Tapi Veranda menolak dan memilih dirawat di rumah saja. Melody juga sudah membujuknya, tapi Veranda tetap tidak mau.
Pintu kamar Veranda terbuka, Melody masuk dengan nampan berisi makanan dan obat untuk putri sulungnya.
"Sayang kamu udah bangun.,"ucap Melody sambil meletakkan nampan di nakas samping tempat tidur. Melody mengecup singkat dahi Veranda lalu duduk di tepi tempat tidur.
"Gimana keadaan kamu."tanya Melody.
"Masih lemes Ma."ucap Veranda serak.
"Kita ke rumah sakit ya. Mama gak mau kamu makin parah."
Melody mengusap pipi Veranda yang masih terasa hangat."Gak perlu Ma. Ve udah gapapa, tinggal lemesnya aja yang belum ilang."
Veranda hanya tidak ingin membuat yang lain khawatir.Melody menghela nafas panjang, ia tau putri sulungnya itu paling susah di ajak ke rumah sakit jika sedang sakit.
"Ya udah, kamu makan dulu ya. Habis itu minum obat."
Melody mengambil piring yang berisi bubur untuk Veranda.
"Ve bosen Ma makan itu terus."ucap Veranda lesu. Baru kali ini Melody mendengar Veranda mengeluh."Sayang, kamu kan belum boleh makan yang lain."ucap Melody lembut.
"Mama suapin ya."
Melody dengan telaten menyuapi Veranda.Hati Veranda sedikit senang, selama ia sakit Mamanya begitu perhatian padanya. Seharusnya dulu ia tidak perlu iri, karna Mamanya sangat menyayangi putri-putrinya. Mama tidak pernah membeda-bedakan kasih sayangnya terhadap mereka. Hanya saja karna Veranda adalah anak paling tua, ia harus bisa bersikap lebih dewasa dari adik-adiknya. Mau mengalah untuk kebahagiaan adik-adiknya. Dan menyampingkan keinginannya untuk sekedar bermanja-manja dengan sang Mama.
Baru 4 kali suapan, Ve sudah menggelengkan kepalanya.
"Udah Ma."
"Ve baru berapa suapan.,"
Veranda kembali menggeleng.
"Perut Ve eneg banget Ma."Melody menghela nafas berat.
"Ya udah, kamu minum obat ya."Setelah Veranda meminum obatnya, Melody menyuruhnya untuk istirahat. Ia membenarkan selimut yang menutupi tubuh Veranda.
"Mama mau kemana?"tanya Veranda saat melihat Mamanya membawa nampan dan bergegas akan keluar.
Melody menoleh ke arah Veranda yang berbaring di tempat tidur."Jangan pergi Ma, temenin Ve disini."ucap Veranda pada Melody.
Melody tersenyum mendengar ucapan anak tertuannya itu. Mungkin Veranda ingin bermanja-manja dengannya ketika sakit. Melody kembali meletakkan nampan di nakas lalu ikut berbaring di sebelah Veranda.
"Iya Mama temenin. Sekarang kamu tidur ya."ucap Melody sambil mengusap puncak kepala Veranda.
Ve tersenyum melihat perlakuan Mamanya. Tak lama Ve merasa matanya berat. Perlahan ia pun tertidur. Melody menatap wajah anaknya yang terlelap, hal paling menyakitkan untuk Melody adalah saat ia melihat ketiga anaknya sakit dan melihat air mata ketiga anaknya. Di saat itulah Melody juga ikut merasakan sakit. Melody mendekatkan wajahnya lalu mengecup dahi Veranda.
"Cepet sembuh sayang."ucap Melody. Ia ikut memejamkan matanya. Menyusul Veranda ke alam mimpi. Melody merasa ia juga butuh istirahat.~
Melody terbangun dari tidurnya. Ia mendapati Veranda tak ada sebelahnya. Perlahan Melody beranjak dari tempat tidur. Ia mendengar gemercik air dari dalam kamar mandi di kamar Veranda.
'Mungkin sedang mandi.'batin Melody.Tak lama pintu kamar mandi terbuka. Terlihat Veranda sudah berganti pakaian. Bukan lagi mengenakan pakaian yang tadi.
"Sayang, kok kamu mandi. Badan kamu kan masih anget."ucap Melody seraya mendekat ke arah Veranda kemudian menempelkan punggung tangannya di dahi dan leher Veranda.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARNA KITA SAUDARA
FanfictionTentang lika-liku kehidupan sebuah keluarga. Tentang berartinya keberadaan seseorang. Dan tentang sakitnya arti kehilangan., . . . . .