Part 7

2.6K 143 10
                                        

Shania duduk di bangku dekat kolam renang. Pandangannya ia arahkan ke atas. Menatap langit malam dengan beberapa bintang menyertainya.

"Dek?"
Veranda menepuk pelan bahu Shania. Membuat Shania menoleh dan tersenyum ke arah Veranda.

"Ngapain disini?"

"Gapapa Kak, lagi pengen aja."Shania kembali menatap langit.

Veranda ikut duduk di samping Shania.

"Kak.,, Viny sakit?"tanya Shania tanpa memalingkan pandangannya.
Veranda menoleh ke arah Shania. Ia sedikit heran dengan pertanyaan Shania. Tumben Shania bertanya tentang Viny. Apa dia mulai peduli?

"Jantung Viny bermasalah. Bisa dibilang kelainan jantung."terang Veranda.

"Sebenernya dia udah dari kecil kayak gitu. Mama Papa juga udah bawa Viny ke Dokter."

Shania terlihat terkejut. Ia langsung  menatap Veranda, menunggu Veranda melanjutkan ucapannya.

"Waktu itu Viny udah dinyatakan sembuh, tapi entah kenapa kemarin jantungnya bermasalah lagi."

'Kelainan jantung, sejak kecil?'batin Shania.

Shania ingat sebelum ia dan Viny masuk hutan ia sempat melihat Viny yang beberapa kali memegangi dadanya. Saat Viny menggendongnya, Shania melihat wajah Viny dari samping seperti sedang menahan sakit.

Veranda menghela nafas panjang. "Dulu waktu dia bayi, Mama Papa sering bawa dia bolak-balik rumah sakit. Mama juga berusaha buat hubungi tante Frieska. Tapi dia sama sekali gak peduli sama Viny."

"Makanya Mama marah pas  tante Frieska dateng buat minta Viny kembali. Setelah apa yang udah tante Frieska lakukan."

"Jujur Kakak takut. Kakak gak mau kehilangan Viny. Kakak sayang Viny sama seperti Kakak sayang sama kamu. Kalian berdua adik Kakak."lanjut Veranda dengan suara bergetar.

Selanjutnya hanya keheningan yang menyelimuti mereka.

"Viny...., bisa sembuh kan Kak?"tanya Shania lirih.

"Dokter bilang masih ada peluang buat Viny sembuh."
Veranda beralih menatap Shania.
"Viny juga sayang banget sama kamu dek. Kamu jangan benci dia ya."ucap Veranda lalu memeluk Shania.

Shania hanya dia dalam pelukan Kakaknya.

~

Gracia berjalan menuruni anak tangga. Dahinya berkerut saat tiba di ruang makan hanya mendapati Papinya sarapan sendiri.

"Mami mana?"

Papinya menoleh.
"Gre, kamu sarapan dulu ya. Nanti Papi yang anter kamu sekolah. Mami lagi gak enak badan."terang Naoki.

Gracia langsung bergegas menuju kamar Maminya. Naoki yang melihat itu hanya menggelengkan kepala. Ia tau Gracia sangat menyayangi Frieska. Ia begitu khawatir mendengar Maminya sakit.

Sejak semalam Frieska merasa badannya tidak enak. Naoki sudah membujuk Frieska untuk pergi ke rumah sakit. Tapi Frieska menolak, membuat Naoki menghela nafas kasar.

Gracia membuka pintu kamar orang tuanya. Ia melihat seseorang tengah berbaring dengan selimut hampir menutupi seluruh tubuhnya. Gracia mendekat kemudian menyentuh dahi Frieska dengan punggung tangannya.
'Panas.'

Ada pergerakan kecil dari Maminya.,
"Gre, kamu belum berangkat?"ucap Frieska dengan suara serak.

"Mami sakit, kita ke dokter ya?"

Frieska menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Mami gapapa, cuma capek aja."

"Badan Mami panas banget. Mami harus ke Dokter."

KARNA KITA SAUDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang