Sekuat apapun kita melawan takdir Tuhan, jika Dia sudah berkehendak kita tidak akan mampu menghindarinya. Semua yang terjadi adalah ketetapan Tuhan, sudah di gariskan oleh Tuhan. Bukan berarti kita pasrah, berusaha percaya bahwa tidak ada yang sia-sia, yakin di balik semua tersimpan hikmah dan pembelajaran hidup. Karna hidup bukan tentang pasrah dan menyerah tanpa melakukan apapun.
Seorang gadis berdiri di dekat jendela kamarnya. Menatap pemandangan langit malam yang tidak tampak satu bintang sama sekali. Mungkin karna sedikit mendung. Sama seperti suasana hatinya saat ini.
Huft
Berkali kali ia menghembuskan nafas berat, memikirkan masalah hidupnya yang rumit, bingung harus melakukan apa.
Lelah.. Sudah pasti. Hatinya benar-benar lelah, memikirkan masalah tanpa ia tau bagaimana menghadapinya.Beberapa waktu lalu, saat pertemuannya dengan ayah kandungnya. Ayah? Masih pantaskah ia menyebutnya Ayah setelah semua rahasia yang tidak ia ketahui terungkap. Tentang sosok Ayah yang meninggalkannya, saat ia sangat membutuhkan kehadirannya.
Mengingat semua itu membuat dadanya terasa sesak. Benci, ia sangat membenci Ayahnya. Ia sempat berfikir, baginya tak perlu ia tau siapa Ayah biologisnya, tak perlu ia bertemu dengan Ayahnya. Karna semua itu hanya menumbuhkan luka lama yang sempat perlahan pudar.Drrtt.... Drrtt.....
Viny menoleh ke arah ponselnya yang ia letakkan di atas meja.
Papi
Itu nama yang tertera di layar ponselnya.
"Iya Pi." jawab Viny setelah ia menggeser tanda hijau di layar ponsel."Viny, bisa ke rumah sakit sekarang? Mami mau melahirkan."
Sontak Viny membulatkan matanya.
"Apa?" kaget Viny. Pasalnya usia kandungan Maminya belum genap 8 bulan. Dan sekarang Papinya bilang Mami akan melahirkan. Tanpa menunggu lama Viny langsung mematikan panggilan dan bergegas pergi ke rumah sakit."Dek? Mau kemana kok buru-buru gitu?" tanya Veranda yang duduk di ruang tengah, melihat Viny berjalan dengan tergesa-gesa membuatnya heran.
"Kak, aku mau ke rumah sakit. Mami mau melahirkan, kakak tolong bilangin ke Mama ya." jawab Viny langsung kemudian melanjutkan langkahnya.
Veranda terkejut mendengar ucapan Viny. 'Bukannya ini belum waktunya' batin Veranda dalam hati.
Di perjalanan menuju rumah sakit, Viny tak henti-hentinya berdoa, berharap Mami dan calon adiknya baik-baik saja. Syukurlah lalu lintas tidak terlalu padat, sehingga Viny bisa cepat sampai rumah sakit.
Viny berjalan cepat menyusuri koridor rumah sakit.
"Kakak!"
Viny menoleh, ia mendapati gracia berdiri di depan ruang UGD.
"Gre." ucap Viny berjalan menghampiri Gracia.
Gracia langsung memeluk Viny, bahunya sedikit bergetar. Viny membalas pelukan Gracia, ia mengusap lembut punggung adiknya."Mami gimana Gre?" tanya Viny pada Gracia disela mereka berpelukan.
"Masih di dalem kak." jawab Gracia.
"Papi?"
"Papi lagi bicara sama Dokter. "Viny melepas pelukannya, ia menatap wajah adiknya, terlihat raut ketakutan di wajah sang adik.
Naoki berjalan menghampiri Viny dan Gracia. Melihat itu Viny langsung mendekat ke arah Naoki.
"Pi, gimana Mami?"
Naoki menatap Viny dan juga Gracia.
"Mami harus di operasi. Dokter bilang keadaan Mami tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal." jelas Naoki lirih.
"Kenapa bisa Pi? Sebenernya apa yang terjadi? Ini kan belum waktunya. "tanya Viny pada Naoki.
"Dari semalem Mami ngeluh perutnya sakit. Papi udah ajak Mami buat ke rumah sakit. Tapi Mami kamu gak mau, dia bilang mungkin cuma kontraksi biasa. Dan tadi pagi sakit di perutnya malah makin sakit."Viny terduduk di kursi tunggu depan ruang UGD.
"Mami harus segera di operasi Vin." lanjut Naoki.
Gracia menangis mendengar penjelasan sang Papi. Naoki menarik Gracia ke dalam pelukannya, mencoba menenangkan putrinya.
"Mami.." ucap Gracia dengan suara bergetar.
"Mami akan baik-baik saja Gre."

KAMU SEDANG MEMBACA
KARNA KITA SAUDARA
FanfictionTentang lika-liku kehidupan sebuah keluarga. Tentang berartinya keberadaan seseorang. Dan tentang sakitnya arti kehilangan., . . . . .