Naoki mengerjapkan matanya. Tangannya meraba tempat tidur, mencari seseorang yang semalam berada di sebelahnya. Naoki beranjak bangun karna tak mendapati istrinya di sebelahnya. Ia menguap lebar-lebar berusaha menghilangkan rasa kantuknya, perlahan ia turun dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar menuju dapur. Sudah ia duga istrinya pasti sedang sibuk menyiapkan sarapan. Tanpa permisi Naoki langsung memeluk tubuh istrinya dari belakang, membuat sang istri yang sedang menuangkan susu terlonjak kaget.
"Ki, kamu kebiasaan banget sih bikin kaget."ucap sang istri kesal melihat tingkah suaminya.
Sedang sang suami hanya terkekeh masih dengan memeluk istrinya dan menyandarkan dagunya di bahu sang istri."Aku kangen.,.,,"ucap Naoki tepat ditelinga istrinya.
"Tiap hari juga ketemu."ucap sang istri sambil melanjutkan kegiatannya menuang susu.
Naoki memasuki kamar yang dulu menjadi kamarnya dan Frieska. Ia menatap sekeliling kamar. Rasanya sudah lama ia tak memasuki kamar ini. Sejak pertengkarannya dengan Frieska, ia memutuskan untuk menempati kamar tamu. Entah kenapa ia jadi bersikap childish sampai ia memilih pisah kamar. Padahal ia sama sekali belum mendengarkan penjelasan dari Frieska.
Sebuah kertas yang terletak di nakas samping tempat tidur menarik perhatian Naoki. Awalnya ia hanya cuek. Namun saat ia mendekat untuk membuka laci nakas, ia mengerutkan keningnya melihat tulisan di kertas itu yang sepertinya hasil ketikan. Karna penasaran Naoki mengambil kertas itu lalu membacanya. Naoki membulatkan matanya saat tau isi dari kertas tersebut. Ia terduduk di tepi tempat tidur, menggenggam erat kertas yang baru saja ia ketahui isinya.
Kenapa ia tidak tau tentang hal sebesar ini. Dan selama ini Frieska menyembunyikan darinya.Pintu kamar terbuka. Frieska terkejut saat mendapati Naoki berada di kamarnya. Ia melirik sesuatu di tangan Naoki. Detik berikutnya Naoki langsung menghampiri Frieska yang masih berdiri di depan pintu.
"Apa maksud kamu nyembunyi'in semua ini dari aku??"ucap Naoki dengan emosi tertahan. Frieska tak menjawab ia diam sambil menatap Naoki. Ia melihat kekecewaan di mata Naoki.
"Kenapa kamu gak kasih tau aku tentang hal sebesar ini??"
"Kamu pengen liat aku jadi laki-laki tak bertanggung jawab, iya??"ucap Naoki dengan mata yang memerah.Frieska mengalihkan pandangannya.
"Aku gak berani bilang ke kamu. Setiap aku mendekat, kamu gak pernah anggep keberadaan aku.
"Bahkan kamu gak pernah ngasih aku kesempatan untuk bicara."ucap Frieska.Naoki terdiam mendengar ucapan Frieska. Memang benar selama ini ia sudah bersikap dingin pada Frieska. Ia tak pernah memperdulikan Frieska. Ia hanya memikirnya egonya yang semakin tak bisa ia kendalikan.
Naoki menunduk, kertas yang tadi ia pegang jatuh ke lantai.
"Maaf.,,"ucap Naoki lirih. Ia menyesal telah bersikap keterlaluan terhadap istrinya."Aku mau ngasih tau kamu, tapi aku takut."ucap Frieska dengan suara bergetar.
Naoki menatap Frieska. Perlahan ia berjalan mendekati Frieska lalu memeluknya. Frieska menangis sesegukan di pelukan Naoki. Tangan Frieska terangkat membalas pelukan Naoki.
Naoki lebih dulu melepas pelukannya. Ia menatap wajah Frieska. Tangannya terangkat menghapus air mata Frieska.
"Aku minta maaf. Aku gak akan cerai'in kamu. Aku mau jaga kamu dan juga calon anak kita."ucap Naoki sambil mengusap perut Frieska lembut.
Naoki tidak pernah membayangkan jika saat itu ia benar-benar menceraikan Frieska dalam keadaan Frieska sedang mengandung anaknya, lalu apa bedanya ia dengan laki-laki brengsek itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
KARNA KITA SAUDARA
FanfictionTentang lika-liku kehidupan sebuah keluarga. Tentang berartinya keberadaan seseorang. Dan tentang sakitnya arti kehilangan., . . . . .