Part 20

2.2K 130 32
                                    

Viny terdiam mendengar penjelasan Gracia. Ia merutuki dirinya sendiri, seburuk itukah dirinya sampai-sampai ia tidak tau masalah besar keluarganya. Disaat seperti ini, ia malah pergi, padahal keadaan keluarga Maminya sedang di ambang kehancuran.

"Kenapa kamu gak ngabarin Kakak Gre?"ucap Viny lirih. Gracia tidak menjawab. Ia jauh lebih hancur karna setiap hari ia melihat pertengkaran Mami dan Papinya. Tangisan Mami, kemarahan Papi. Untuk berceritapun ia tidak sanggup.

Dari ujung koridor terlihat Lidya berlari ke arah Viny dan Gracia.

"Vin! Hah....hah.... hah...."panggil Lidya membuat Viny menoleh.
Kini Lidya sudah berdiri di depan Viny sambil mengatur nafasnya. Viny yang melihat itu mengerutkan keningnya.

"Kenapa sih Lid?"tanya Viny menatap Lidya.

"Vin... Kak Shania... Kak Shania masuk rumah sakit."ucap Lidya.

Viny membulatkan matanya. Ia terkejut mendengar ucapan Lidya. Pasalnya tadi saat berangkat Kakaknya baik-baik saja. Gracia yang duduk di sebelah Viny pun ikut terkejut.

"Kakak loe tadi berantem sama Kak Natali. Dan sekarang dia lagi perjalanan ke rumah sakit. Mending sekarang loe ikut gue nyusul mereka."lanjut Lidya.

Viny melirik ke arah Gracia. Jujur ia khawatir dengan Kakaknya. Tapi Gracia juga sedang kacau sekarang.
Gracia yang mengerti arti tatapan Viny langsung menganggukkan kepalanya.

"Kakak harus ke rumah sakit. Kak Shania lebih membutuhkan Kakak."ucap Gracia sambil tersenyum tipis. Viny tau di balik senyum itu tersimpan banyak luka.

"Maafin Kakak Gre. Kakak pergi dulu."ucap Viny. Gracia mengangguk.

Viny dan Lidya langsung bergegas menyusul ke rumah sakit. Gracia memandang punggung Viny yang perlahan menjauh. Ia menghela nafas kasar. Kenapa keluarganya harus serumit ini.

~

Viny berlari menyusuri koridor rumah sakit, Lidya menyusul di belakangnya. Saat melihat Nabilah dan Agam, Viny langsung menghampiri mereka.

"Kak., Kak., gimana Kak Shania?"tanya Viny panik dengan nafas tersengal.

"Tenang dulu Vin."ucap Lidya yang baru sampai dan berdiri di sebelah Viny.

"Kamu tenang ya. Shania masih ditangani Dokter."ucap Agam. Baju seragam yang di kenakan Agam terdapat banyak bercak darah. Viny menduga itu bekas darah Kakaknya. Membuat Viny semakin diselimuti rasa khawatir.

"Duduk dulu Vin."
Nabilah merangkul Viny lalu membawanya duduk di kursi tunggu.

~

Farish melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Di sebelahnya ada Melody yang duduk dengan gelisah. Dua kali mereka merasakan hal seperti ini. Mendengar kabar buruk yang menimpa salah satu putrinya.

"Rish lebih cepet."ucap Melody.

"Kamu tenang Mel. Jangan sampai ini malah membahayakan kita juga."ucap Farish memberi pengertian pada Melody.

"Kamu udah telpon Veranda?"

Melody mengangguk menjawab tanya Farish.

Sampai di rumah sakit, mereka langsung turun dan bergegas masuk. Farish dan Melody yang melihat Viny beserta anak lainnya langsung berjalan cepat menghampiri mereka.

"Viny."panggil Melody.

Di belakang Farish dan Melody terlihat Veranda juga baru sampai.

"Mama.,,"Viny langsung beranjak dan memeluk Melody.

"Apa yang terjadi Dek? Gimana Kakak kamu?"tanya Melody sambil mengusap punggung Viny.
Viny melepas pelukannya lalu menatap Melody.

"Dari tadi Dokternya belum keluar."jawab Viny dengan mata berkaca-kaca. Melody kembali memeluk Viny.

KARNA KITA SAUDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang