Melody berjalan menuruni anak tangga, ia melihat Shania duduk di ruang tengah. Melody menghampiri Shania lalu duduk di sebelahnya.
"Shan." panggil Melody.
Shania yang sedang fokus pada layar televisi langsung menoleh ke arah sang Mama.
"Kamu gak ada acara? ini kan hari libur." tanya Melody pada putri keduanya itu. Karna biasanya Shania ada janji dengan teman-temannya saat hari libur. Tapi kali ini ia terlihat berada di rumah.
"Gak ada Ma, aku mau di rumah aja." jawab Shania. Ia lalu kembali fokus menonton acara televisi.
Melody hanya mengangguk paham mendengar jawaban sang anak. Tapi saat ia memperhatikan Shania lebih dekat, ada yang tidak beres dengan Shania. Melody menggeser duduknya untuk lebih dekat dengan Shania.
"Mama mau ngapain?" tanya Shania kaget.
Melody tidak menjawab, ia menyisihkan sebagian rambut Shania. Dan benar, kening sebelah kiri Shania terlihat memar. Melody menyetuh kening Shania perlahan.
"Awssh.., " ringis Shania saat Melody menyentuh keningnya yang memar.
"Ini kenapa bisa memar gini Shan?" tanya Melody dengan nada khawatir. Pasalnya Shania tidak bicara apapun tentang memar di keningnya.
"Aku gapapa Ma, cuma jatoh." jawab Shania.
"Jatoh dimana? Kenapa sampai memar gini?"
Shania tidak menjawab, ia teringat kejadian kemarin saat ia berada di toilet sekolah. Saat Julie dan kedua rekannya menghampirinya, dan berujung Julie mendorong kasar tubuh Shania hingga kening Shania membentur dinding.
"Shania jawab Mama."
Ucapan Melody membuat Shania tersadar.
"Emm aku gapapa Ma, cuma jatoh. Beneran."
Melody tau ada yang Shania sembunyikan. Ia pun tidak ingin memaksa Shania untuk bercerita.
Huft
Melody menghela nafas
"Udah di obati?"Shania mengangguk.
"Ya udah kalo kamu gak mau bilang sama Mama, biar Mama tanya Viny nanti." ucap Melody.
Shania sedikit khawatir jika nanti Viny akan menceritakan yang sebenarnya pada Mamanya. Bukan maksud untuk berbohong, hanya saja ia tidak ingin menambah beban pikiran kedua orang tuanya.
......
Pagi yang cerah di keluarga Pradipta. Semua anggota keluarga berkumpul di ruang makan. Terlihat Melody menyuapi Veranda. Jika di lihat, mungkin pekerjaan Melody sedikit bertambah sejak sang anak pertama mengalami kebutaan. Semua kegiatan Veranda tidak bisa di lakukan sendiri, harus ada yang membantu Veranda. Sekarang pun Melody tidak bisa terlalu lama meninggalkan Veranda, Melody takut jika Veranda membutuhkan sesuatu dan tidak ada seseorang yang menemaninya. Akan tetapi Melody tidak pernah mengeluh, apalagi merasa lelah merawat putri sulungnya. Melody di bantu Viny juga Shania, mereka sama-sama membantu menjaga Veranda.
"Ma Pa, Aku berangkat ke sekolah duluan ya." pamit Shania.
"Loh Kak, aku belum selesai." ucap Viny heran. Ia belum menyelesaikan sarapannya.
"Mobilnya kamu bawa aja. Kakak ada piket, jadi berangkat lebih awal. Kakak udah pesen taksi kok." jelas Shania.
"Gak bareng Papa aja. Papa juga udah selesai." tawar Farish.
"Gak usah Pa, kita kan beda arah. Udah ya aku berangkat, taksinya udah nunggu di depan." ucap Shania lalu menghampiri kedua orangnya untuk salim.
"Hati-hati ya." ucap Melody.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARNA KITA SAUDARA
Fiksi PenggemarTentang lika-liku kehidupan sebuah keluarga. Tentang berartinya keberadaan seseorang. Dan tentang sakitnya arti kehilangan., . . . . .