Frieska terlihat sedang duduk di salah satu cafe di Jakarta. Ia tidak sendiri, melainkan bersama Via teman lamanya.
"Jadi sekarang kamu menetap di sini?"tanya Via.Frieska mengangguk. "Iya, aku pengen lebih deket sama anak aku. Dan aku pengen menebus semua kesalahan aku sama dia."ucap Frieska sambil menyesap minumannya.
"Kamu sendiri gimana? Masih tetepkan suaminya?"kini giliran Frieska yang bertanya.
Via terkekeh mendengar pertanyaan Frieska. "Ya iyalah. Istiqomah aja aku mah."jawab Via.
"Langgeng donk ya. Gak kayak aku."ucap Frieska tersenyum tipis.
"Kamu juga kan sekarang udah sama Naoki. Ada Gracia sama Viny juga kan. Udah lebih langgeng malah sekarang."ucap Via.
Frieska tersenyum mendengar ucapan Via. Ia memang bahagia dengan keluarganya yang sekarang. Bahkan dia merasa memiliki keluarga yang sempurna.
Cukup lama mereka berdua menghabiskan waktu untuk sekedar mengobrol dan saling bertukar cerita tentang pengalaman keluarga masing-masing. Frieska dan Via berteman sejak mereka duduk di bangku kuliah. Namun setelah lulus Via memutuskan pindah ke luar kota. Sedangkan Frieska menikah dan menetap di Jakarta. Sampai hubungan pernikahannya hancur dan Frieska memilih pindah ke luar negeri.
"Ehh Fries, suami aku udah jemput nih di depan. Kamu mau ikut balik sekalian atau masih mau tetep disini?"tanya Via.
"Aku masih mau disini, kamu duluan aja gapapa."
"Beneran ni gapapa aku tinggal?"
"Iya gapapa, udah sana samperin suami kamu. Kasian kalo lama nunggu."ucap Frieska
"Ya udah aku duluan ya."ucap Via lalu beranjak dari duduknya. Frieska mengangguk sambil tersenyum ke arah Via.
Setelah kepergian Via, Frieska masih betah duduk disana seorang diri. Ia menatap sekelilingnya. Pengunjung cafe yang mayoritas datang bersama keluarganya. Frieska tersenyum mengingat ia sudah bisa dekat dengan Viny. Bahkan Viny terlihat mulai terbiasa dengan keluarganya yang sekarang. Tidak seperti saat pertama ia membawa Viny ke rumahnya. Frieska juga sangat berterima kasih pada Melody. Orang yang sudah menjaga dan merawat anaknya dengan baik. Bahkan dia mau memberikan kesempatan untuk Frieska bisa bersama Viny.
Frieska menatap jam di pergelangan tangannya. Sudah waktunya ia menjemput Viny dan Gracia. Frieska membayar makanan dan minuman yang ia pesan kemudian beranjak dari duduknya. Frieska berjalan dengan menatap ponsel di tangannya. Tanpa sengaja ia menabrak seseorang membuat ponselnya jatuh.
"Maaf mas,, saya tidak sengaja."ucap Frieska sambil sedikit membungkukkan tubuhnya.
"Frieska?"ucap seseorang.
Frieska mendongak lalu menatap orang itu. Betapa terkejutnya Frieska saat mengetahui siapa orang yang tadi tak sengaja ia tabrak."Kamu??"ucap Frieska. Dengan segera Frieska mengambil ponselnya yang jatuh dan bergegas pergi. Namun orang itu menahan pergelangan tangan Frieska.
"Tunggu Fries."ucap orang itu.
"Lepas."ucap Frieska dingin.
"Fries, aku udah lama nyari'in kamu. Akhirnya aku bisa ketemu kamu."
"Lepasin!"
Orang itu menggeleng. "Gak. Aku mau bicara sama kamu. Please."
Frieska mencoba melepaskan genggaman orang itu dari tangannya. Namun ia begitu erat menggenggam tangan Frieska.
"Aku mohon kita harus bicara. Tolong dengerin aku."
Frieska menatap laki-laki itu. Laki-laki yang telah menghancurkan hidupnya. Laki-laki yang telah mengingkari janjinya sendiri.
"Aku gak mau denger apa-apa lagi dari kamu. Lepasin tangan aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
KARNA KITA SAUDARA
FanfictionTentang lika-liku kehidupan sebuah keluarga. Tentang berartinya keberadaan seseorang. Dan tentang sakitnya arti kehilangan., . . . . .