Kedua gadis terlihat duduk di salah satu bangku kantin.
"Bisakan kita ngomong berdua." ucap Julie sambil menatap Shania.
Shania berpikir sejenak lalu kemudian mengangguk. Saat Shania akan beranjak dari duduknya, Viny langsung menahan tangan Shania."Ngomongnya di sini aja, biar aku sama Lidya yang pindah." ucap Viny sambil beranjak di ikuti Lidya. Mereka pindah ke bangku yang tak jauh dari Shania. Hal itu Viny lakukan karna ia khawatir Julie akan melakukan sesuatu pada kakaknya.
"Di sini juga gapapa. Mungkin dia khawatir gue bakal ganggu loe lagi." ucap Julie sambil duduk di hadapan Shania.
Shania pun kembali duduk.Sedari tadi mereka duduk belum ada yang memulai obrolan. Julie yang tadi mengajak Shania untuk berbicara juga masih telihat diam. Ia bingung harus memulai dari mana.
"Kenapa loe belain gue tadi?" Julie membuka suara dengan pertanyaan. Hanya itu yang sebenarnya ingin Julie ketahui.
"Gue gak bela'in siapa pun. Gue cuma gak mau hal yang gak seharusnya itu terjadi. Bakal banyak kesulitan yang loe tanggung nantinya." ucap Shania.
Julie terdiam mendengar ucapan Shania. Sebenarnya Julie tau bahwa sang kakak dikeluarkan karna kesalahannya sendiri. Tapi kenyataan itu sulit untuk Julie terima, mengingat ia harus jauh dari sang kakak. Masalah yang ditimbulkan Natalie membuatnya tak bisa bersama sang kakak. Kedua orang tuanya memasukkan Natalie ke sekolah asrama. Tentu itu sebagai hukuman atas perbuatan Natalie sendiri.
"Mungkin kalo tadi gue dikeluarin, gue bakal nyusul kakak gue di asrama." ucap Julie.
"Gue iri sama yang lain. Gue iri sama mereka yang adik-kakak."
Ucapan Julie membuat Shania menatapnya.
"Gue iri sama kedekatan mereka. Pertama kali gue jadi murid di sekolah ini, Natalie minta gue buat gak bilang siapa pun kalo kita sodara."
Shania terkejut mendengar ucapan Julie."Mungkin kalian gak percaya saat gue bilang kalo gue adiknya Natalie. Karna di sekolah gue sama dia gak pernah deket layaknya adik-kakak."
"Gue sendiri gak tau apa kesalahan yang udah gue perbuat sampai-sampai dia terlihat benci sama gue."Shania jadi teringat akan sikapnya pada Viny dulu. Shania cukup mengerti apa yang Julie rasakan pada kakaknya.
"Sorry ya, gue malah curhat." ucap Julie. Ia menghapus setitik air mata yang hampir jatuh dari pelupuk matanya.
Viny dan Lidya yang berada tak jauh dari mereka ikut mendengarkan apa yang mereka berdua bicarakan. Viny pun sudah tidak khawatir karna Julie datang bukan untuk mengganggu Shania.
"Gue kesini cuma mau bilang makasih sama loe. Gue gak tau kenapa loe malah bela'in gue, padahal gue udah jahat sama loe. Gue bener-bener minta maaf."
Shania tersenyum.
"Gue udah maafin loe. Dan ini udah gak perlu dibahas lagi." ucap Shania.Julie mengangkat wajahnya menatap Shania.
"Gue yakin suatu saat Natalie bakal jadi kakak seperti yang loe harapkan. Gak ada kakak yang gak sayang sama adiknya. Jauh dilubuk hati dia pasti juga kangen sama loe, dia sedih karna jauh dari loe. Loe udah kunjungi dia?" tanya Shania.
Julie menggeleng.
"Dari awal dia masuk asrama gue belum pernah jenguk dia. Meskipun beberapa kali orang tua gue jenguk, gue gak pernah ikut." ucap Julie."Jenguk dia gih. Dia pasti pengen ketemu loe."
"Kenapa loe yakin?" tanya Julie.
"Karna gue juga seorang kakak. Gimana pun gue sayang banget sama adik gue. Meskipun saat kita deket bukan seperti adik-kakak, tapi percayalah gue selalu kepikiran kalo gue jauh dari dia. Seperti yang gue bilang tadi, gak ada kakak yang gak sayang sama adiknya."

KAMU SEDANG MEMBACA
KARNA KITA SAUDARA
FanfictionTentang lika-liku kehidupan sebuah keluarga. Tentang berartinya keberadaan seseorang. Dan tentang sakitnya arti kehilangan., . . . . .