Viny duduk di bangku taman sekolah. Pandangannya menatap lurus ke depan. Sudah tiga hari Kakaknya dirawat di rumah sakit. Namun kondisinya belum menunjukkan kemajuan, masih sama seperti sebelumnya. Sebenarnya Viny ingin tetap menemani Kakaknya. Namun Mama menyuruhnya berangkat sekolah. Mama tidak ingin Viny tertinggal banyak pelajaran. Setelah pulang sekolah baru Viny akan menyusul ke rumah sakit.
Seseorang berjalan menghampiri Viny kemudian duduk di sebelahnya. Tampaknya Viny belum menyadari keberadaan seseorang itu.
"Ekhemm.,"
Viny menoleh, ia mendapati seseorang yang sangat ia kenal. Seseorang yang ia ingat menggendongnya saat ia pingsan. Viny hanya menatap sekilas lalu kembali melihat ke depan.
Seorang siswa yang tak lain adalah Biru. Entah dorongan dari mana ia memutuskan untuk mendekati gadis yang sedikit mulai mencuri perhatiannya."Emang pemandangan di depan lebih menarik ya dari pada gue."ucap Biru tanpa menoleh ke arah Viny.
Viny hanya diam. Ia tidak berminat menanggapi ucapan manusia di sebelahnya kini.
"Loe hobi banget sih diem disini sendirian, gak ada hal penting lain yang pengen loe lakuin apa, daripada waktu hidup loe terbuang sia-sia cuma buat diem nglamun meratapi nasib."ucap Biru.
Sebenarnya hati Viny sedikit kesal mendengar celotehan Biru. Dia berkata seolah-olah dia lebih tau.
Viny masih tetap diam, tak menggubris ucapan Biru.Biru menoleh ke arah Viny.
"Gue berasa ngomong sama tembok."Viny menoleh ke arah Biru. Mata mereka bertemu. Mata indah Viny membuat Biru tak ingin mengalihkan pandangannya. Ia menatap bola mata indah yang meneduhkan itu. Viny juga terdiam menatap mata Biru.
Viny yang tersadar langsung mengalihkan pandangannya.
"Loe ngapain sih disini?"ucap Viny tanpa menoleh ke arah Biru.
"Harusnya loe tu berterima kasih sama gue karna udah nyamperin loe di sini."ucap Biru.
Viny mengerutkan keningnya."Kalo loe lama-lama nglamun sendirian bisa-bisa ketempelan penunggu taman ini."lanjut Biru.
Viny memutar bola matanya malas. Kenapa cowok di dekatnya ini bisa berpikir ke hal yang berbau mistis.
"Loe kebanyakan nonton horor jadi otak loe minta di rukyah."saut Viny.
'Nih cewek cantik-cantik pedes juga kalo ngomong. Ehh, cantik? Sejak kapan?'batin Biru.
Viny melihat Biru yang sedang menatapnya, membuat Viny merasa risih.
"Heh!"
Biru tersentak.
"Loe ngapain liatin gue gitu banget. Jangan bilang loe suka sama gue."ucap Viny."Dih, pengen banget ya loe di sukain gue."jawab Biru. Ia sedikit merutuki kebodohannya karna ketahuan menatap Viny.
Selanjutnya hanya keheningan yang menyelimuti keduanya. Mereka melihat beberapa murid yang sedang bermain basket di lapangan.
"Emm btw, thanks buat yang kemarin."Viny mulai membuka suara.
"Loe udah gendong gue ke UKS."lanjutnya.Biru tersenyum mendengar ucapan Viny.
"Loe bisa juga ya bilang begitu. Gue kira loe cuma cewek manja yang ngeselin.""Gue lagi baik ya. Gue gak mau di cap cewek gak tau terima kasih."ucap Viny kesal mendengar tanggapan Biru.
Biru terkekeh pelan mendengar ucapan Viny.
"Gue juga mau minta maaf karna udah bikin kesan buruk pertemuan pertama kita."ucap Biru.'Demi apa ni cowok bilang maaf.'batin Viny heran.

KAMU SEDANG MEMBACA
KARNA KITA SAUDARA
Fiksi PenggemarTentang lika-liku kehidupan sebuah keluarga. Tentang berartinya keberadaan seseorang. Dan tentang sakitnya arti kehilangan., . . . . .