Setelah 12 bab, akhirnya saya dapet visualisasi Eda dan Dipa ;)
Hari ini Mama sudah boleh kembali ke rumah. Tadinya Eda mau bolos sehari lagi untuk menemani Mama pulang dari rumah sakit, tapi Mama melarang. Itu sebabnya di pagi hari yang terik ini Eda berdiri dengan malas bersama teman-temannya yang lain.
"Lo tau ngga, Da, dari sejak kecil, gue punya cita-cita," bisik Hanum yang berdiri di belakangnya, saat mereka sedang berdiri dalam posisi istirahat. Pak Budi sedang berpidato, entah tentang apa.
"Apaan?" Eda balas berbisik.
"Gue punya cita-cita, suatu hari saat ada upacara bendera, tiba-tiba turun hujan deras yang membuat kita semua bubar. Dua belas tahun gue sekolah, Da, bahkan menjelang lulus SMA sekarang ini pun cita-cita gue itu masih belum tercapai."
Eda melongo mendengarnya. Kirain apaan!
"Itu mah namanya bukan cita-cita!" desis Eda.
"... dan Dwenda dari kelas 3 IPA 2."
Eda tersentak. Sepertinya barusan namanya disebut oleh Pak Budi. Ada apa lagi nih?! Eda masih berdiri terpaku. Dia melihat sosok Dipa tiba-tiba keluar dari barisan dan maju ke depan.
"Dwenda alias Eda, kamu hadir ngga hari ini?"
Ah! Benar. Itu namanya yang barusan dipanggil Pak Budi.
"Ha-hadir, Pak!" Eda mengangkat tangannya.
"Coba maju ke depan."
Eda menelan ludah. Aduh, kenapa kali ini dia disuruh maju ke depan? Eda melangkah dengan ragu. Diliriknya Dipa yang tersenyum sekilas saat mata mereka bertemu. Kalau Dipa saja bisa tersenyum, mungkin tak seharusnya Eda panik seperti ini.
"Jadi ... saya dapat kabar bahwa hari Jumat malam sekolah kita kemalingan," ucap Pak Budi. "Maling itu berusaha membawa kabur laptop dan sejumlah uang kas, tapi berhasil digagalkan oleh dua anak pemberani ini: Dipa dan Eda."
Eda mengerjapkan matanya. Dia seolah tak percaya baru saja Pak Budi tersenyum padanya sambil bertepuk tangan. Guru-guru dan murid-murid ikut bertepuk tangan.
"Untuk keberanian mereka, pihak sekolah akan memberikan mereka hadiah," lanjut Pak Budi.
Wajah Eda langsung menegang. Hadiah? Tutup stoples kopi keberuntungan kah?!
"Hadiah tersebut berupa piagam penghargaan dan voucher makan di Space Burger."
Eda langsung lemas seketika. Piagam penghargaan dan voucher makan? Kirain tutup stoples!
"Baiklah, Dipa, Eda, silakan kembali ke barisan. Selesai upacara langsung ke ruangan saya, ya."
Dengan lunglai Eda menyeret langkahnya. Dipa sempat diam-diam mengacungkan dua jempol pada Eda, membuat Eda tersenyum kecut. Setelah upacara, mereka membebaskan diri dari barisan masing-masing dan bertemu di bawah ring basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL [Sudah Terbit]
Teen Fiction[SEGERA TERBIT] Jika kamu dan seorang yang baru saja kamu kenal memenangkan undian seratus juta, apa yang akan kamu lakukan? Well... ngga tau sih denganmu, tapi Pradipta dan Dwenda langsung rebutan. Setelah disita Pak Budi, Dipa dan Eda terpaksa be...