31: A Box of You and Me

17.7K 1.9K 144
                                    

Sebelum membaca...

Hai! Di bab ini, saya sisipin lagu sebagai background sambil baca :))) Depapepe - Dreams. Silakan play video di atas dan dengerin lagunya sambil baca. Enjoy, semoga terhibur!

(, ")

Selepas Eda dan Dio pulang, Dipa kembali ke kamarnya dan duduk mematung di atas lantai, memeluk lututnya.

Pandangannya kosong dan sendu. Benaknya terus menerus mereka ulang ucapan Dio dan kejadian kemarin, saat dirinya untuk pertama kali bertemu dengan Laras.

Rasanya aneh, seperti tidak nyata. Dipa merasa seolah dia berada dalam sebuah mimpi. Sedari tadi, Dipa terus menerus bertanya pada dirinya sendiri di dalam hati.

Apakah kamu bahagia, Dipa, setelah akhirnya bertemu dengan ibumu?

Kalau iya, mengapa kamu lari setelah berbicara begitu dingin padanya?

Kalau tidak, mengapa kamu merasa bersalah atas ucapan kasarmu?

Dipa meraih ponselnya yang ada di sampingnya. Walau tak ada nama pengirimnya, Dipa yakin ponsel itu adalah pemberian Laras. Sama seperti sederetan buku yang bertumpuk di rak meja belajarnya yang usang.

Dipa beranjak. Dia berjalan mendekati rak dan mengambil salah satu buku favoritnya: Lima Sekawan di Pulau Seram karangan Enid Blyton.

Buku itu datang bersama buku-buku pelajaran baru ketika Dipa naik kelas 5 SD. Dia antara buku-buku yang masih baru dan bersih, buku Lima Sekawan tersebut muncul dalam wujud yang sudah usang dan kekuningan.

Namun, penampilan buku itu tak menyurutkan minat Dipa untuk membukanya. Bukan cuma karena dia tahu bahwa ceritanya pasti menarik, tapi juga karena Dipa yakin, buku itu datang dari donatur misterius yang selalu mengiriminya buku sejak bertahun-tahun.

Buat Pradipta. Semoga suka dengan buku ini, seperti saya. Saya sendiri selalu berharap bisa menjadi orang yang baik hati seperti Anne, berani seperti George, lucu seperti Dick, dan bijaksana seperti Julian. Oh ya, juga setia seperti Timmy.

Jemari Dipa mengusap lembut tulisan yang ada di halaman kosong buku Lima Sekawan itu. Ketika sudah besarlah dia baru tahu, bahwa tulisan tangan itu adalah milik Laras.

Sama seperti tulisan tangan di surat yang diberikan kepada Bu Isma, tulisan tangan yang ada di secarik kertas yang tertempel di layar ponselnya, tulisan tangan yang ada di buku-bukunya yang lain ....

Buat Pradipta. Kamu berbeda, tapi bukan berarti kamu tak memiliki hak yang sama. Demikian Laras menulis di halaman kosong buku Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela karya Tetsuko Kuroyanagi.

Ada juga tulisan tangan Laras di lembaran kosong buku Lupus: Topi-topi Centil karangan Hilman Hariwijaya, yang juga sudah menguning. Buat Pradipta. Semoga hidupmu dikelilingi teman-teman menyenangkan seperti Boim, Gusur, Poppy, Fifi Alone, Meta, dan Nyit-nyit.

Dan yang paling Dipa jaga baik-baik adalah koleksi buku Harry Potter yang semuanya dikirimkan kepada Dipa dalam kondisi masih baru. Buat Pradipta. Sama seperti Harry, orangtuamu pasti selalu berusaha menjagamu walau dari jauh.

Napas Dipa terasa sesak ketika dia membaca satu per satu tulisan tangan Laras yang ada di koleksi buku-buku ceritanya tersebut.

Sewaktu kecil, Dipa tak tahu apakah orangtuanya masih hidup atah tidak. Tapi, dia sering berangan-angan suatu hari bisa terbangun dan dijemput orangtuanya dari panti.

Kemudian, seiring berjalannya waktu, seiring pesan-pesan dari donatur misterius itu datang secara reguler, Dipa perlahan mulai yakin orangtuanya masih hidup.

RIVAL [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang